Sembilan belas

13 3 0
                                    

Pukul 5.20 pagi Tara masih tidur, Karel sudah bangun tadi ke toilet sekalian melihat ada apa di kulkas untuk mereka berdua sarapan pagi ini. Buat apa melihat bahan-bahan di dapur, 'kan mereka berdua tidak bisa memasak. Pesan sajalah.

Kembali ke kamar ternyata Tara masih tidur bahkan posisinya tidak berubah. Berhubung masih pagi jadinya Karel kembali berbaring lagi, naik ke kasur lalu masuk ke dalam selimut dan memeluk Tara dari belakang. Cewek itu terusik karena pacarnya di belakangnya itu tidak bisa diam. Tara menyingkirkan tangan Karel dari perutnya.

Karel bangun untuk melihat Tara. "Kamu udah bangun?"

"Belum, masih tidur." Karel tertawa, meraih dagu Tara lalu mengecup bibir tipis itu. Morning kiss.

"Jangan cium-cium, aku belum gosok gigi."

"Kamu kebluk banget, aku udah lari keliling komplek tiga kali tapi kamu baru bangun." Pembohong handal padahal cuma jalan ke dapur doang.

"Aku ngantuk, gara-gara kamu."

"Aku?"

"Aku masih capek." Karel tertawa lagi.

Flashback

Setelah menyelesaikan 'urusannya' dan mandi Karel kembali ke kamar. Cukup lama ia di toilet sekarang saja sudah pukul satu dini hari kurang 15 menit. Mengintip sedikit kamar itu untuk melihat Tara sudah tidur atau belum. Terlihat Tara tidur merungkuk menghadap ke arah pintu, Karel pikir Tara sudah tidur tapi setelah ia ingin menutup pintu untuk kembali ke kamar Hanni ternyata Tara memanggilnya.

"Karel," panggilnya. Ia duduk.

"Kenapa lagi, Ra?" Karel mendekat dan duduk di tepi kasur.

"Aku ngantuk, tapi gak bisa tidur." Matanya memerah.

"Di paksain merem aja, sayang." Di elusnya kepala cewek itu.

"Udah, tetep gak bisa."

Karel tampak berpikir. "Aku tau caranya biar cepet tidur."

"Apa?"

"Kata orang kalo kita capek pasti bakal cepet tidur."

"Iya, terus?"

"Mau olahraga?"

****

"Ah ... udah, aku capek."

"Bentar lagi, sayang."

"Tiga belas, empat belas, lima belas." Tara bangkit dan langsung menjatuhkan badannya di kasur.

Tara yang jarang bahkan hampir gak pernah olahraga di ajak push up, mana kuat. Tadi saja di suruh push up cuma lima belas kali ia sudah tidak kuat. Beda dengan Karel yang sering olahraga.

"Aku capek." Nafasnya ngos-ngosan sekali.

Karel tertawa, "Yaudah tidur, ya? Aku temenin."

Tara memperbaiki posisinya. Mereka berdua masuk ke dalam selimut, Tara tidur memeluk Karel dengan tangan cowok itu yang menjadi bantalannya. Sedangkan Karel, tangan kiri selain menjadi bantalan Tara ia gunakan juga untuk mengelus-elus kepala Tara karena masih bisa di jangkau. Dan tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus punggung cewek itu.

"Ra," panggil Karel.

"Hem?" Suaranya teredam karena wajahnya ia sembunyikan di dada Karel.

"Aku minta maaf."

"Buat?"

"Yang tadi. Maaf aku gak ke kontrol."

KATARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang