3

419 47 1
                                    

Sizhui menarik nafas, hembuskan, tarik nafas dan hembuskan.

"Aku rasa keluarga Jili keterlaluan. Mereka terlalu membedakan antara kakak dan adiknya." komentar Yubin.

"Om... haruskah aku membunuh mereka?"

Pletak!

Yubin memukul kepala Sizhui dengan gulungan kertas yang ia pegang.

"Jaga kewarasanmu anak muda."

"Ck.... Lalu aku harus apa?!"

"Aku akan menyelidiki keluarga Jili. Aku menaruh curiga kalau Jili bukan anak mereka."

Sizhui mengangkat kedua alisnya. "Apa yang membuatmu yakin?"

Yubin menunjukan foto kedua orang tua Jili. "Selain sikap mereka yang kejam pada Jili. Wajah mereka juga tidak ada miripnya. Meski wajah Jili saat ini sebagian rusak, aku yakin wajah Jili sangat indah."

Sizhui cemberut menatap Yubin. "Om Yubin.... kamu begitu yakin wajah Jili sangat indah?"

Yubin mengangguk semangat.

Brak!

Sizhui menggebrak meja. "Keluarlah Om! Aku ingin sendiri!"

Yubin berkedip bingung. Kenapa Sizhui tiba-tiba marah.

----

Di kediaman Wen.

Wen Yuwen pulang mengadukan pertemuannya dengan Jili.

"Mama.... Anak buruk rupa itu masih hidup."

Zhao Hanyi, nyonya Wen mendengus. "Selama dia tidak berani kembali biarkan saja."

"Tapi aku tidak suka melihatnya!" Wen Yuwen kesal.

"Tenang saja, kakek kamu sudah meninggal. Tidak ada yang akan membela anak malang itu."

Wen Yuwen mengangguk. Dari kecil kakeknya selalu membela Jili, memberikan banyak hadiah untuknya. Kakeknya juga selalu memuji wajah Jili yang cantik. Itu semua membuat Wen Yuwen iri dengan kakaknya.

----

Di rumah sakit Xiao.

Rumah sakit yang dibangun oleh Sizhui sebagai hadiah untuk adiknya, Xie Yun.

Bocah yang masih memakai seragam sekolah disambut dengan suka cita. Dialah Xie Yun.

Para dokter memegang beberapa berkas kasus. Berharap Xie Yun berbaik hati menjawab pertanyaan mereka.

"Aku punya waktu satu jam sebelum ke laboratorium penelitian." ucap Xie Yun.

Para dokter berebut bertanya. Ada yang tidak beruntung karena jadwal kunjungan pasien harus dilakukan. Sisanya tersenyum senang setelah mendapat pencerahan.

Xie Yun masuk ke laboratorium. Penelitian terbarunya adalah meracik obat untuk calon kakak iparnya, Hua Jili.

"Bagaimana ujicoba terakhir, dokter Wen Qing?"

"Obat tidak ada masalah. Krim oles dan obat nya juga sudah siap. Apa mau di kemas sekarang?"

Xie Yun berfikir, "Aku hubungi Zhui gege dulu."

"Baiklah."

----

Sizhui mengangkat Jili yang lagi-lagi tertidur di sofa karena menunggunya. Memindahkan ke kamar yang ada di ruangannya. Menyelimutinya dan mengecup keningnya.

Drt drt drt

Menatap ponselnya dan melihat nama Xie Yun berkedip di layar ponselnya.

Ia keluar takut mengganggu istirahat Jili.

"Ada apa A Yun?"

"Oh Gege.... kabar gembira. Obat untuk kakak ipar sudah jadi. Tidak ada efek samping, aku bisa jamin!"

Sizhui tersenyum mendengar Xie Yun bersemangat.

"Kamu bisa bawa pulang obatnya. Aku akan katakan pada Jili kalau kamu berhasil meracik obatnya."

"Hehee.... tentu... Tapi Gege, tidak lupa 'kan? Projek penelitian ku masih banyak yang perlu dukungan?"

"Katakan saja pada Om Yubin."

"Siap pak boss.... Aku tidak akan sopan meminta kali ini."

"Iya."

"Yaudah.... Bye gege, titip salam untuk kakak ipar."

"Hm."

Sizhui menutup telepon.

Senang obat untuk Jili sudah ada. Ia menantikan perubahan Jili.

"Aku harap kamu bisa lebih percaya diri setelah ini."

Wang SizhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang