12

315 41 1
                                    

Sizhui gagal kencan ke pantai!

Daddy Wang Yibo meneleponnya ketika Sizhui baru setengah jalan. Memberitahunya bahwa Haikun dan Zhou Cheng mengalami kecelakaan dan meninggal.

Rekan sekaligus sahabat Daddy Wang ini juga pernah menjadi rekan Sizhui di beberapa kesempatan.

"Pelan-pelan Zhui!" teriakan Jili yang duduk di sebelahnya, tidak dihiraukan.

"Maaf Jili...." meski terucap maaf, Sizhui masih tidak mengurangi kecepatannya. Mobil melaju kencang dan semakin kencang.

----

Ckit!....

Mobil Sizhui berhenti di depan rumah keluarga Liu Haikun.

Bergegas masuk. Sizhui mengabaikan Jili yang tertinggal di belakang.

Jili keluar dari mobil dengan kaki yang gemetar dan kepalanya sedikit pusing. Ia bersandar di mobil, mengatur nafasnya sebelum menyusul Sizhui.

"Zhui gege...."

"Lusy....ada gege di sini." Sizhui memeluk hadis mungil bernama Zhou Lusy. Anak satu-satunya pasangan Liu Haikun dan Zhou Cheng.

"Mama Papa....gege...mereka pergi ninggalin Lusy sendirian....hiks...."

Hati Sizhui terasa terisi mendengar tangisan Lusy.

"Kamu masih punya gege. Ada Papa Zhan, A Yun, dan Xiaoyi. Kita juga keluarga kamu."

"Hwaa....."

Sizhui memeluk Lusy yang masih menangis. Ia mengusap punggung gadis itu sesekali juga menciumi puncak kepalanya.

Jili berdiri tak jauh. Ia tidak berani mendekat. Di matanya sekarang, hanya ada Sizhui yang sedang memeluk Lusi dengan sayang.

"Jili....kamu datang...." Xiao Zhan menyapa Jili yang berdiri sendirian.

"Iya...Papa...Jili datang dengan Zhui." Jili memeluk Papa Zhan. Lelaki cantik itu terlihat sembab.

"Terimakasih sudah datang, nak." Xiao Zhan kembali menitikan air mata.

Sepanjang hari itu, Jili menemani Xiao Zhan. Dan Sizhui.... Dia sibuk menenangkan Lusi.

-----

Malam hari.

Keluarga Sizhui menginap di rumah Lusi. Menemani gadis itu yang sendirian.

"Papa lihat Jili?" Sizhui bertanya pada Xiao Zhan yang sedang merapikan ruang tamu, dibantu Wang Yibo dan Xiaoyi.

"Ada di dapur, katanya tadi mau panasin makan." jawab Xiao Zhan tanpa menoleh.

Sizhui mengangguk mengerti. Ia ke dapur, dan benar Jili nya ada di sana.

"Sayang...." Sizhui memeluk Jili yang sedang berdiri di depan mikrowife mengawasi makanannya.

Jili mengusap tangan Sizhui yang melingkari perutnya. "Ada apa?"

Sizhui hanya bergumam. Ia menyembunyikan wajahnya di tengkuk Jili, menghirup aroma yang menenangkan.

"Lepas dulu Zhui....makanannya sudah hangat. Kamu belum makan dari siang." Jili berusaha melepaskan pelukan Sizhui.

"Sebentar saja.... aku perlu charge tenagaku."

Lima menit baru Sizhui melepasnya dengan enggan.

Mereka makan berdua, karena yang lainnya sudah lebih dulu makan.

"Dimana Lusy?" Jili tidak melihat gadis itu menempeli Sizhui lagi.

"Ada di kamarnya dengan A Yun."

Jili mengangguk. "Apa dia sudah makan?"

"Hm." Sizhui makan dengan mulut penuh.

Jili tersenyum, ia mengulurkan tangan mengusap pipi Sizhui yang terkena makanan.

"Pelan-pelan makannya."

Sizhui mengangguk menyelesaikan makannya dengan cepat.

"Aku kenyang, puas Sizhui."

"Ya.... aku bisa melihatnya."

"Jili...biar aku antar kamu pulang." Sizhui berdiri meraih tangan Jili.

"Apa kamu tidak istirahat saja. Biar supir Papa Hua yang akan jemput."

"Tidak...tidak...biar aku saja yang antar kamu." Sizhui mana berani membiarkan Jili pulang sendiri. Makin minus nilainya nanti di mata calon Papa Mertua.

Jili tidak lagi menolak. Setelah berpamitan, Sizhui mengantar Jili pulang.

Kali ini mobil Sizhui melaju dengan kecepatan normal.

"Jili....aku menganggap Lusy sebagai adikku. Kamu jangan khawatir. Di hatiku cuma ada kamu seorang." Meski Sizhui sibuk menghibur Lusi, dia selalu tahu dimana Jili dan bagaimana tatapannya menghindarinya.

Jili menoleh, melihat Sizhui yang masih fokus menyetir.

"Aku tidak mengkhawatirkan apapun!"

Sizhui terkekeh mendengar jawaban Jili. Ia meraih tangan Jili dengan satu tangannya.

"Terimakasih sudah percaya sama aku."

Jili menatap keluar. Pipinya merah terbakar. "Aku selalu percaya sama Zhui."

----

Sesampainya di rumah mewah Huacheng.

Sizhui disambut dengan sosok Huacheng yang berkacak pinggang. Dan Hua Lian yang tersenyum ramah.

"Jili masuk!"

"Jangan galak-galak." Hua Lian mencubit pinggang Huacheng sampai lelaki itu mengaduh sakit.

"Mama...." Jili memeluk mamanya.

"Selamat malam Om, tante..."

"Malam Zhui, terimakasih sudah mengantar Jili pulang." suara Mama Lian memang menyejukan.

"Ck..." Hucheng tidak senang melihat Sizhui beramah-tamah di depannya. Itu menyakiti matanya.

"Masuk, sayang.... di luar dingin." pinta Huacheng pada istri kesayangannya. "Kamu juga masuk, Jili..."

Huacheng menatap dua kesayangannya yang masih diam di sana.

"Aku tidak akan memakannya.... Jadi jangan khawatir."

"Papa.... Jili sayang sama Zhui..."

Sizhui tersenyum mendengarnya. Meski calon papa mertua sangat sulit di hadapi. Ia masih punya Jili yang akan selalu membelanya.

"Ck...Papa tahu, cepat masuk. Papa cuma mau bicara sama bocah Wang ini."

Jili gak percaya!

"Ayo, masuk.... biarkan Papa kamu bicara sama Zhui." Hua Lian mengusap kepala Jili. Anaknya ini sudah besar. Sudah tahu bagaimana membela kekasihnya.

Sizhui mengangguk begitu Jili menatapnya.

Dengan berat hati Jili meninggalkan keduanya.

Entah apa yang akan terjadi.

Wang SizhuiWhere stories live. Discover now