6

363 49 1
                                    

Sizhui duduk di mobilnya. Ia menatap gerbang rumah yang satu bulan ini ia datangi.

"Sampai kapan aku harus di sini?"

Yubin yang duduk di sebelahnya hanya menghela nafas. Selain mengambil alih pekerjaan Sizhui, ia juga harus ikut menemani bos nya ini duduk diam mengintai rumah keluarga Wen.

Sizhui selalu menyempatkan diri datang. Dia tidak bisa membawa Jili secara paksa, karena memang secara hukum, Jili masih anak mereka. Terlebih Jili juga menolak beryemu dengannya. Teleponnya tak satu pun diangkat.

"Kenapa Om Yubin gak bisa bawa Jili keluar sih?!"

"Tuan Zhui.... keluarga Wang memang kaya. Tapi keluarga Wen ada dalam lindungan keluarga Huacheng."

"Seberapa kaya si Huacheng itu?" Sizhui kesal bukan main.

"Jika anda menyerahkan seluruh kekayaan Wang, bahkan Huacheng tidak akan meliriknya."

"Terus.... Kenapa nama keluarga Jili sama dengan marga Om Yubin?"

"Saya tidak tahu, yang jelas saya tidak kenal dengan mereka."

Sizhui kembali menatap rumah besar di depannya. Bahkan ia tidak tahu, di jendela mana kamar Jili berada.

Beberapa mobil keluar dari gerbang utama.

Sizhui menegakan duduknya. "Tidak biasanya mereka keluar ramai-ramai."

Yubin mengangguk setuju, setelah mengintai selama sebulan. Dia juga tahu, keluarga Wen jarang sekali keluar.

"Ikiti mereka." Desak Sizhui. Entah kenapa ia merasa tidak tenang.

----

Istana mewah. Seperti itulah gambaran rumah yang kini ada di depannya.

"Rumah siapa ini?" Sizhui menatap kagum rumah di depannya. Meski ia sendiri terbilang sangat kaya. Rumah di depannya ini benar-benar sombong kaya nya.

Yubin juga tak kalah terkejut. "Aku rasa, ini rumah bangsawan Huacheng."

"Lepas!.... aku tidak mau...biarkan aku pergi!"

Sizhui mendengar suara yang familiar di telinganya.

Kawasan itu memang jauh dari kebisingan. Sehingga satu teriakan bisa terdengar jelas.

Tergesa keluar dari mobil. Sizhui melihat Jili yang di tarik keluar dari mobil. Di halaman rumah mewah itu.

"Jili..."

Sayangnya puluhan penjaga menghentikan langkah Sizhui. Tidak bisa mendekat sedikit pun.

"Zhui....tolong...." suaranya penuh rintihan menyayat hati Sizhui.

Sizhui hanya bisa melihatnya dari jauh. Tidak mampu menolong. Bahkan ketika Jili tak lagi terlihat Sizhui linglung di sana. Seolah akalnya terputus dari tubuhnya.

"Tuan Sizhui....." Yubin menangkap tubuh Sizhui ketika di dorong para penjaga berbadan besar.

"Kita pulang dulu, tuan Zhui..."

"Jili....jili di sana....dia meminta tolong. Jili pasti ketakutan." racau Sizhui.

"Tenanglah.... Kita pulang dulu. Kita cari solusi."

Sizhui tahu itu. Dia harus bisa dapatkan Jili kembali.

----

Jili yang ketakutan kini bersimpuh di depan tuan barunya. Ya orang yang membelinya.

Huacheng bahkan hanya sekilas melirik Jili.

"Mulai hari ini. Kamu akan melayani istri saya."

Jili diam tak berani bicara.

"Entah apa yang istri saya suka dari kamu." Huacheng berdecak sebal.

"Sayang.... jangan menakutinya!" Hua Lian, sang istri datang. Ia langsung menghampiri Jili. Memegang kedua tangannya dengan lembut. Lalu menuntunnya berdiri.

"Bangunlah....jangan pernah mau berlutut di depan lelaki tua itu." Hua Lian mengusap punjak Jili, lalu ia menyentuh luka di wajah Jili dengan sendu.

"Lian.... berhentilah mengataiku tua. Kamu sangat tahu aku tidak setua itu. Dan jangan terlalu lama menyentuhnya...." Huacheng cemburu dengan siapapun yang mendapatkan perhatian Hua Lian.

"San Lang.... Kamu berisik." Hua Lian menarik Jili pergi dari sana, meninggalkan Huacheng yang makin kesal.

Sabar untung sayang.

Wang SizhuiWhere stories live. Discover now