15

256 29 1
                                    

Yubin yang malang harus menggantikan bos nya yang kabur secara tiba-tiba! Sudah satu minggu ia bahkan tidur di perusahaan!

Keterlaluan.

Tidak tahan lagi. Yubin mendatangi rumah Xiao Zhan.

"Xiao Zhan!... bantu gege ya?" Yubin mengatupkan kedua tangan memohon. Ia bahkan sampai bersimpuh di depan Xiao Zhan.

"Bangunlah gege...." Xiao Zhan meringis sambil menggaruk pelipis. "Jangan membuatku jadi tak enak hati."

"Tapi Zhan...."

"Bangunlah.... Kita bicara pelan-pelan. Apa masalahnya."

Yubin mengangguk menurut. Ia kembali duduk dengan benar.

"Ada beberapa pertemuan yang mengharuskan pimpinan perusahaan untuk datang langsung. Kalau masalah berkas-berkas, aku masih bisa menanganinya, meski harus lembur."

"Hanya pertemuan dan berbincang dengan para investor?" tanya Xiao Zhan memastikan.

"Suruh saja pak tua Wang menggantikan Zhui." ucap Wang Yibo.

Xiao Zhan dan Yubin menoleh bersamaan ketika suara Wang Yibo memotong perbincangan mereka berdua.

"Yibo! Siapa yang kamu katai Wang tua?"

Wang Yibo mengedikan bahunya. "Dia memang sudah tua, Zhan..."

Duduk di sebelah Xiao Zhan, Wang Yibo menyerahkan segelas jus. Mengecup pelipis Xiao Zhan. Lalu perhatiannya beralih pada Yubin.

"Pak tua Wang tidak bisa menggantikan sebentar?" Wang Yibo memastikan. Semua perusahaan kan Wang Hedi yang membuatnya. Masa menggantikan sebentar saja tidak bisa! Tidak bertanggung jawab!

Yubin menggeleng. "Semuanya sudah dialihkan atas nama Wang Sizhui. Jadi tuan besar Wang tidak mau ikut campur lagi masalah perusahaan."

"Ck...licik sekali. Pasti dia cuma mau berduaan sama Mama Lulu." Wang Yibo mendengus.

Xiao Zhan terkekeh disampingnya. Wang Yibo dan Papa Hedi memang tidak bisa akrab.

"Sudah.... jangan bicara macam-macam." Xiao Zhan mengusap paha Wang Yibo dan memberinya senyum manis.

"Gimana Zhan? bisa bantu gege?" Yubin mulai tidak sabar. Disaat nasibnya masih genting, bisa-bisanya masih bermesraan di depannya.

"Oke.... Zhan bisa bantu. Tapi hanya pertemuan yang penting saja." Xiao Zhan menegaskan.

"Tanpa alkohol, ingat itu!" Wang Yibo mengultimatum.

Yubin mengangguk, apapun syaratnya, yang penting pekerjaannya bisa berjalan lancar.

----

Jauh di Korea selatan. Di rumah yang damai.

Jili duduk di bangku teras belakang. Memperhatikan Sizhui yang sedang berlarian mengejar kelinci.

"Zhui...." panggil Jili.

"Ya..." Sizhui berlari mendekat bersama seekor kelinci putih yang baru saja ia tangkap. "Ada apa?"

"Bisakah kita memakannya?" Jili berbinar menatap kelinci yang meringkuk seolah ketakutan di pangkuan Sizhui.

"Kamu ingin makan daging kelinci?"

"Bisakah?"

"Kita beli di luar nanti." Sizhui menurunkan kelinci di tangannya. Membiarkan kelinci itu melompat menjauh.

Jili cemberut. Ia menatap sekumpulan kelinci gemuk yang melompat di rumput hijau. "Mereka terlihat lezat. Kenapa tidak ambil satu saja."

Sizhui menggeleng. "Kelinci di sini, semuanya peliharaan kakek Wangji. Gak ada yang berani mengambilnya."

"Baiklah." Jili mengangguk, apa boleh buat.

----

Xie Yun berjalan santai dengan kaos dan celana jeans. Terlihat lebih santai jika dibandingkan biasanya ia pakai jas dokternya.

Untuk hari ini, Xie Yun khusus mengambil cuti.

Sampai di depan gedung Wang corp.

"Sangat megah.... benar-benar tipikal kakek Wang." Xie Yun baru pertama kali menginjakan kaki di gedung yang saat ini sudah menjadi milik kakaknya, Sizhui.

"Mmm.... Aku harus kemana?" Xie Yun bingung.

"A Yun?"

Xie Yun berbalik, melihat Yubin yang baru saja keluar dari mobil akan masuk ke perusahaan.

"Om...Yubin..." Xie Yun mengernyit heran melihat penampilan Yubin. Ini bahkan masih jam 9 pagi. Tapi penampilan Yubin seolah sudah bekerja sepanjang hari.
"Ada apa dengan wajah lelah Om?"

Yubin menghela nafas. "Mengertilah A Yun. Saya punya boss yang kejam."

Xie Yun terkekeh. "Ada apa dengan Zhui gege?"

"Bisakah kita bicara di dalam?" Yubin mengingatkan bahwa mereka masih di lobby perusahaan.

"Baiklah, ayo ke ruangan Zhui gege."

----

Yubin yang belum tidur selam dua hari. Pagi tadi sudah harus menghadiri rapa dengan perusahaan Huacheng. Apa daya Yubin yang masih manusia biasa.

"Apa Zhui gege masih belum bisa dibuhungi?" Xie Yun merasa kasihan dengan Yubin.

"Beruntungnya, Sizhui mengirim pesan pagi ini. Dia kembali hari ini, kemungkinan sampai sini malam hari."

Xie Yun mengangguk mengerti. "Mmm Om... apa...Lusy datang ke sini?"

Yubin terkekeh melihat Xie Yun yang salah tingkah.

Oh... anak-anak sudah sangat cepat dewasa.

"Lusy biasanya datang ke sini setiap hari. Karena tempat dia bekerja juga tidak jauh dari sini."

Xie Yun mengangguk. Ia juga hafal dengan kebiasaan Lusy. Karena gadis itu yang dengan senang hati bercerita kesehariannya ketika mereka bertemu.

Tok

Tok

Tok

"Masuk." Seru Yubin.

"Permisi, Tuan Yubin.... Perwakilan dari perusahaan WX sudah menunggu di ruang rapat."

"Ok, aku ada di sana dalam lima menit." Yubin melambaikan tangan. Lalu ia menatap Xie Yun.

"A Yun.... Om tinggal ya, kamu bisa menunggu Lusy di sini."

"Ya, selamat bekerja Om..."

"Hm... Tentu. Aku akan meminta cuti satu bulan sama Zhui. Aku juga butuh reflesing!"

"Ya, ide bagus itu." Xie Yun tertawa melihat Yubin yang kerepotan membawa berkas beserta laptopnya.

Tak lama setelah Yubin pergi, gadis cantik yang Xie Yun tunggu akhirnya datang.

"Yun gege!" teriak Lusy yang teramat senang.

Gadis itu melompat ke pelukan Xie Yun.

"Lusy." Xie Yun menahan punggung Lusy takut gadisnya jatuh.

"Hehehee.... aku senang bertemu gege di sini. Sangat jarang gege bisa keluar dari rumah sakit."

Xie Yun tersenyum. Mengusap rambut panjang Lusy.

"Hari ini aku baru saja syuting untuk produk baru yang akan rilis bulan depan. Dan akan makan malam nanti di dekat sini. Jadi aku mampir ke sini, karena riangan Zhui gege paling nyaman."

Xie Yun tersenyum mendengar cerita dari bibir manis Lusy.

"Bisakah gege minta waktu kamu seharian ini sampai malam nanti?"

Lusy berkedip mencerna perkataan Xie Yun.

"Apa Yun gege mengajakku berkencan?"

"Ya....hari ini kita kencan." Xie Yun melihat mata Lusy berbinar bahagia. Tak lupa pipinya samar terlihat bersemu.

Cup.

Karena gemas, Xie Yun mengecup pipi Lusy.

"Bisakah kita berangkat sekarang?"

Lusy mengangguk malu.

Wang SizhuiWhere stories live. Discover now