4

388 47 0
                                    

Hari ini Jili ijin tidak bekerja untuk pertama kalinya sejak bekerja dengan Sizhui.

Pagi pertama tanpa Jili.

Sizhui bangun tepat waktu. Sebenarnya dia selalu tepat waktu. Tapi ia lebih suka mengulur waktu dengan alasan tidur 'lima belas menit' lagi hanya untuk memeluk Jili. Modus memang.

Keluar kamar hanya mengenakan kemeja putih dan jas yang ia tenteng begitu saja. Rambut yang biasa rapih kini terlihat sedikit berantakan, tapi masih tetap tampan.

"Zhui...." Xiao Zhan menatap sendu pada putra sulungnya. "Kemari nak, biar papa yang rapihkan pakaian dan rambut kamu." Baru sehari di tinggal calon mantu, kehidupan anaknya sudah seperti ini. Xiao Zhan tidak bisa bayangkan jika Jili hilang!

"Papa.... Hari ini aku tidak pulang, kakek Wang minta aku untuk menginap."

"Hm. sudah beritahu Daddy kamu?" Xiao Zhan memasang dasi pada kemeja Sizhui lalu memakaikannya jas.

"Sudah tampan." Xiao Zhan mengusap pundak Sizhui. Anaknya ini sudah lebih tinggi darinya.

"Papa...aku berangkat dulu."

Cup.

Zhui mengecup pipi Xiao Zhan. Dan berangkat kerja.

"Sarapan dulu, Zhui." panggil Xiao Zhan.

"Nanti saja Papa.... di kantor sama Om Yubin."

"Ck... anak itu..." Xiao Zhan menggelengkan kepala.

----

Di kediaman Wen.

Hua Jili berdiri di depan rumah yang penuh kenangan pahit. Jili masih ingat bagaimana ketika ia masih kecil berdiri di sana saat cuaca bersalju sampai pingsan dan demam.

Cklek.

Pintu terbuka.

Nyonya Zhao Hanyi tersrnyum menyambut kedatangan Jili dengan pelukan.

Jili terdiam kaku. Dia sangat tidak terbiasa. Dulu ia selalu merindukan pelukan ibunya. Tapi saat ini ketika ia benar-benar berada di dalam pelukan, Jili tidak merasakan kehangatan seperti yang ia bayangkan.

"Mama...." suara Jili tercekat.

"Ayo ayo... Masuk, mama sudah memasak banyak makanan untuk kamu. Papa dan Yuwen juga ada di dalam."

Sama halnya dengan Zhao Hanyi, Wen Yuwen dan Wen Rouhan sang kepala rumah tangga. Menyambut Jili dengan teramat antusias.

Mereka makan bersama dengan Jili yang hanya bisa mengangguk dan makan. Ketiga anggota keluarga Wen itu sibuk menyenangkan Jili.

Sampai Jili di kamarnya yang dulu. Yang saat ini sudah di rombak dengan perabotan baru. Mungkin sudah dijadikan kamar tamu. Jili tertidur dengan kepala yang pusing menerima keramah tamahan yang terasa asing untuknya.

Di sisi lain. Tepatnya di kamar utama. We Rouhan, Zhao Hanyi dan Wen Yuwen. Duduk bersama membicarakan Jili.

"Kita harus menahannya di sini." jelas Wen Rouhan.

Wen Yuwen berdecak tak terima, "Aku tidak mau, Papa..."

"Hanya satu bulan. Sayang.... sampai usia Jili sembilan belas tahun." Zhao Hanyi mengusap lengan putri kesayangannya.

"Kenapa kakek membuat surat wasiat aneh?" Wen Yuwen mengerutkan keningnya.

"Aku tidak tahu, tadi siang kuasa hukum kakek membacakan surat wasiatnya. Semua aset kakekmu tidak bisa dipindah nama sampai usia Jili sembilan belas tahun. Semua dana perusahaan juga tidak bisa kita pakai."

Zhao Hanyi dan Wen Yuwen hanya bisa diam.

"Siapa sebenarnya Jili itu?" Wen Yuwen sangat kesal. Apalagi dari kecil ia sangat iri dengan kecantikan Jili.

"Papa tidak tahu. Kakekmu satu hari membawa bayi itu pulang dan memberinya nama Hua Jili."

"Jadi kita harus bisa menahan anak sialan itu di sini?" Zhao Hanyi kesal. Sudah lama ia merasa sangat senang ketika mengusir anak itu. Sekarang anak itu justru kembali.

"Ya... Mau bagaimana lagi. Kuasa hukum kakek mengatakan kita harus menghadirkan Jili ketika pembacaan surat wasiat selanjutnya."

Ketiga orang itu hanya menghela nafas.

Jili sialan!

----

Pagi hari berikutnya.

Jili terbangun. Untuk sesaat dia merasa bingung bangun di tempat barunya.

Ketika keluar kamar, sepi tidak ada orang.

Jili berjalan ke pintu utama.

Waktu cutinya hanya satu hari. Jadi Hari ini Jili berniat kembali. Mungkin tuan muda Zhui sudah mencarinya.

"Anda mau kemana tuan muda?" empat penjaga menghentikan langkah Jili.

"Saya mau pulang."

"Maaf tuan. Anda tidak diijinkan meninggalkan rumah ini."

Jili menyipitkan matanya. Dia tahu sekarang kenapa mereka beramah tamah kemarin sampai memohon untuk Jili tinggal bermalam.

"Kalian ingin mengurungku!"

"Anda bisa kembali masuk, tuan."

Jili berbalik kembali. Ia ingin melihat apa yang akan mereka lakukan padanya.

Wang SizhuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang