Chapter 3 : Tahun ajaran baru

44 6 4
                                    

"TELAT INIMAH TELAT!"

Keisya yang notabenenya sedang sibuk memakai sepatunya kelihatan tidak merasa terusik sedikitpun meskipun dia mendengar suara teriakan Nino dari sebelah kamarnya. Bukannya apa-apa, Keisya itu sudah biasa sekali mendengar teriakan Nino yang mengucapkan kalimat seperti itu ketika Nino bangun kesiangan dan mau tidak mau harus berlomba-lomba dengan waktu agar tidak terlambat. Nino memang anak laki-laki satu-satunya di rumah ini, tapi bisa dikatakan hebohnya itu melebihi hebohnya Tiara ketika dia lupa mengerjakan PR. Bisa jadi karena faktor anak bungsu di rumah ini yang membuat sifat Nino pecicilan dan manja selayaknya anak bungsu pada umumnya.

Setelah Keisya selesai memakai sepatunya, dia pun langsung mengambil tas ransel berwarna biru langit miliknya yang diletakkan di atas ranjang tunggal miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Keisya selesai memakai sepatunya, dia pun langsung mengambil tas ransel berwarna biru langit miliknya yang diletakkan di atas ranjang tunggal miliknya. Baru kemudian Keisya berjalan keluar dari kamarnya yang cenderung luas memang, namun sangat minim perabotan.

Dulu sih kondisi kamarnya tidak sekosong ini, malah terkesan sempit karena saat itu diisi dengan satu ranjang tunggal lainnya yang diletakkan di sisi meja belajar. Ranjang tersebut diperuntukkan untuk Tiara. Ya, dulu dia dan Tiara memang satu kamar. Sampai kemudian kedua orangtuanya memutuskan untuk memisahkan kamar mereka karena alasan yang masih tidak bisa diterima oleh Keisya. Alhasil sejak saat itu mereka memiliki kamar masing-masing dengan kamar Tiara yang terletak di lantai satu, dekat kamar Fina. Sementara Keisya tetap di kamar tersebut, berada satu lantai dengan kamar Nino.

Cklek!

Baru juga Keisya membuka pintu kamarnya, dia dibuat terkejut dengan kemunculan Nino yang tiba-tiba berlari melewati kamarnya sembari memakai dasinya secara asal-asalan. Dahi Keisya tampak mengerut di sana ketika aroma parfum menguar dari tubuh Nino, padahal anaknya saja sudah turun ke lantai bawah. Sepertinya Nino tidak mandi dan hanya mengandalkan parfumnya saja. Bukan, Keisya bukan sedang menuduh Nino melakukan tindakan sejorok itu, tapi memang Nino itu terbiasa memakai parfum yang berlebihan seperti ini ketika dia tidak mandi saja. Umumnya sih karena alasan tidak punya waktu lagi seperti ini.

"Ya ampun Nino hati-hati" ucap Ayah memperingati Nino yang begitu grasak-grusuk menuruni tangga, khawatir saja anak itu terjatuh nantinya.

"Ayah kok nggak bangunin Nino sih" kata Nino pada Ayahnya yang terduduk di atas kursi makan. Kelihatannya Nino kesal karena bangun terlambat hari ini.

Ayah mengerutkan keningnya, "Loh Ayah itu udah bangunin loh. Bunda juga udah bangunin Nino, salah Nino sendiri yang kunci pintu kamar jadi Bunda nggak bisa tuh guyur Nino pake air" kata Ayah di susul dengan gelengan kepalanya, terkadang tidak habis pikir saja dengan Nino yang masih belum merubah kebiasaan buruknya. Nino memang menduduki urutan pertama di rumah ini yang sulit sekali dibangunkan dan sudah bisa dipastikan kalau cara satu-satunya yang ampuh untuk membangunkan Nino adalah dengan menciprati wajah Nino dengan air, tapi sayangnya cara ampuh tersebut tidak bisa direalisasikan karena Nino yang mengunci pintu kamarnya hari ini.

Nino tidak menanggapi lebih jauh ucapan Ayahnya. Dia hanya menekuk wajahnya di sana sambil memegang puncak kursi makan yang diduduki oleh Ayahnya. Kedua manik matanya menatap lurus nasi goreng yang sudah tersaji di atas meja. Dia ingin sarapan sih, tapi kalau dia nekat sarapan dulu bisa-bisa dia terlambat.

CROSSROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang