Chapter 12 : Salah paham

27 3 3
                                    

Keisya terduduk sendirian di bangkunya. Kelas masih dalam keadaan sepi karena hari ini Keisya sengaja berangkat lebih awal ke sekolah. Tujuannya sih ingin membantu Tiara mencari berkas tersebut. Tapi saat sampai di sekolah, Keisya bahkan terlalu kebingungan untuk memulai merealisasikan niatannya tersebut. Berkas OSIS jelas benda yang asing bagi Keisya yang biasanya berhadapan dengan kertas polaroid, kertas film kamera atau kertas foto.

Hingga akhirnya alih-alih membantu Tiara, Keisya malah berdiam diri di kelasnya. Menikmati pikirannya yang melanglang buana memikirkan segala skenario terburuk yang menyebabkan berkas itu hilang tanpa jejak.

Kalau dipikir lagi asumsi Farrel kemarin juga terasa begitu masuk akal. Setidaknya karena Farrel adalah bagian dari OSIS. Dia pasti tidak asal menebak ketika dia mengatakan kalau beberapa anggota OSIS terlihat kurang suka pada Mila, yang berimbas pula pada Tiara. Mungkin orang-orang itu sebetulnya iri pada mereka berdua.

Dan alasan tersebut bisa dipahami sih sebetulnya, Keisya saja kadangkala iri pada Tiara dan Mila. Keduanya itu kan sama-sama cantik, pintar, feminim dan aktif dalam berorganisasi. Ya memang sih diantara empat hal tersebut Keisya pun memiliki beberapa diantaranya, hanya saja semuanya masih kalah menonjol dari mereka berdua, terlebih dia yang mengikuti ekskul fotografi yang notabenenya tidak se-eksis ekskul OSIS di sekolah ini.

Perihal Mila yang berasal dari keluarga tidak mampu atau tentang persahabatannya dan Tiara, Keisya rasa dua hal itu hanya sebagai pemicu saja. Alasan utamanya jelas karena pelakunya iri pada Mila dan Tiara.

Makannya sekali lagi, asumsi Farrel semakin terasa masuk akal pula bagi Keisya.

Tapi Keisya benar-benar tidak tahu sama sekali siapa yang mungkin menjadi pelaku yang tega melakukan hal tersebut? Kasihan kan saudari kembarnya dan Mila, mereka kelimpungan mencari benda itu. Ditambah lagi dengan Jeje yang murka pada mereka.

Haduh, semakin dipikirkan, kepala Keisya semakin pusing.

Ekskul OSIS terlalu banyak menyimpan cerita kelam sepertinya. Tidak adem ayem seperti ekskul-nya. Sehingga wajar kalau Keisya merasakan healing selama dia menjadi anggota ekskul fotografi, alih-alih terbebani dengan tugas ekskul dan sejenisnya selayaknya ekskul OSIS.

"Mikirin sesuatu?"

Keisya tersentak terkejut saat dia mendengar suara berat pria dari samping kanannya. Begitu dia menoleh, dia langsung menemukan presensi Nathan yang berdiri di sisi meja Keisya dengan tas ransel yang tersampir di bahu kirinya. Pertanda bahwa Nathan baru sampai ke kelas.

Sepertinya karena terlalu asyik melamun, dia sampai tidak menyadari keberadaan orang lain di kelas ini.

Keisya mengalihkan tatapannya ke arah lain, "Enggak kok" gumam Keisya. Jujur saja, meskipun Nathan menunjukkan beberapa perubahan yang terkesan ramah pada Keisya, ia tetap saja masih secanggung itu ketika berhadapan dengan Nathan.

Dan Nathan sebetulnya sadar kalau Keisya hanya enggan bercerita padanya. Namun dia memilih untuk tidak membahasnya lebih jauh. Lagipula dia sudah bisa menebak apa yang berhasil membuat Keisya melamun seperti itu. Pasti dia sedang memikirkan masalah kembarannya.

Nathan membuka resleting tasnya lalu dia mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam sana. Tanpa berpikir panjang, Nathan langsung menaruh benda persegi tersebut ke atas meja Keisya.

Keisya mengernyitkan dahinya melihat kotak bekal tersebut. Dia lantas mendongakkan kepalanya menatap Nathan, "Ini..." Gumam Keisya, tidak melanjutkan perkataannya, tapi dari raut wajahnya sudah cukup jelas menunjukkan kalau Keisya menuntut jawaban dari Nathan.

"Buatan gue" jawab Nathan dengan datar.

Keisya mengerutkan keningnya, tertarik saat tahu bahwa bekal ini katanya buatan Nathan. Dia pun langsung membuka tutup kotak bekal tersebut, menunjukkan bagaimana isi kotak bekal itu.

CROSSROADWhere stories live. Discover now