Chapter 15 : Jawaban

22 4 2
                                    

"Gue masuk rumah ya" ujar Tiara pada Keisya yang langsung mengacungkan jempolnya ke arah Tiara. Tiara pun langsung turun dari taksi tersebut dan mengeluarkan sepedanya dari bagasi mobil dibantu oleh Pak Supir.

Farrel yang notabenenya duduk di bangku samping kemudi menoleh ke arah Keisya yang terduduk di sana sembari menatap ke belakang, melihat kegiatan yang dilakukan Pak Supir dan Tiara. Sekarang Keisya sudah tidak lagi memakai baju pasien, dia hanya memakai atasan berupa jaket bertudung milik Farrel juga bawahan celana training olahraganya, sementara Farrel sendiri hanya memakai kaus putih dan celana SMA-nya saja.

"Lo yakin nggak pulang Kei?"

Keisya menoleh ke arah Farrel. Dia tampak terdiam selama beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Farrel dengan gelengan lemah. "Bunda pasti marah kalau liat keadaan gue kaya gini Rel"

Farrel menghela napasnya panjang lalu dia menganggukkan kepalanya sekali. Paham betul maksud Keisya, meskipun jawaban Keisya sangat berbanding terbalik dengan jawaban yang dia berikan pada Tiara saat Keisya mengatakan pada Tiara bahwa dia akan menginap di rumah Farrel.

Saat itu Keisya bilang kalau keadaannya belum stabil, jadi dengan dirinya yang berada di rumah Farrel maka paling tidak keadaan Keisya akan selalu terpantau karena di sana ada dokter handal seperti Dokter Wisnu. Dan lagi Tiara diminta Keisya untuk merahasiakan soal keadaannya karena Keisya tidak mau membuat orangtuanya khawatir. Tiara pun menerima alasan tersebut tanpa tahu bahwa sebetulnya Keisya hanya terlalu takut pulang ke rumah. Bunda pasti marah besar begitu melihat keadaannya, alih-alih merasa khawatir padanya.

Brak!

Pintu mobil ditutup kembali oleh sang supir yang kini masuk kembali ke dalam mobil, pertanda bahwa beliau selesai menurunkan sepeda Tiara. Dari posisi mereka juga mereka bisa melihat Tiara yang menuntun sepedanya masuk ke dalam rumah, menyisakan Farrel dan juga Keisya yang masih di dalam taksi.

Farrel mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku celananya kemudian bergegas membayar argo taksi pada Sang Supir. Baru kemudian ia keluar dari taksi diikuti oleh Keisya.

Mereka berdua berdiri di depan gerbang rumah Farrel sembari menatap lurus mobil taksi tersebut yang sekarang melaju menjauh meninggalkan mereka berdua.

"Makasih ya Rel"

Farrel mengalihkan atensinya pada Keisya yang tiba-tiba berterimakasih padanya. Tentu saja untuk segala kebaikan Farrel yang selalu menolongnya, entah itu dia yang merawatnya selama di rumah sakit, membayar biaya rumah sakit dan argo taksi, atau Farrel yang mau menuruti keinginannya untuk merahasiakan apa yang sebenarnya terjadi pada Tiara.

Farrel mengacak poni rambut Keisya dengan lembut. "Iye, santai aja" kemudian dia pun menggeser pintu gerbang rumahnya, berniat masuk ke dalam sana.

Tapi baru juga dia membukanya sedikit, Farrel kemudian menghentikan kegiatannya. Bukannya apa-apa, mendadak dia mengingat satu hal.

Farrel segera membalikkan badannya, membuatnya berhadapan langsung dengan Keisya yang sedari tadi berdiri di belakang punggung Farrel.

Tanpa aba-aba, Farrel menangkup wajah Keisya yang tentu saja berhasil membuat Keisya terkejut setengah mati. Farrel bahkan secara tiba-tiba memajukan wajahnya serta menatap lurus bibirnya seolah dia akan mencium dirinya.

Keisya pun refleks memundurkan kepalanya ke belakang dengan dahinya yang mengerut dalam-dalam, mulai merasa panik karena asumsi yang ia ambil barusan. 

CROSSROADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang