Kembalinya ia menapak tanah fana (1)

186 44 0
                                    

Tiga hari kemudian, di alam manusia di bagian utara. Di pinggir jalan utama, ada sebuah kedai teh kecil. Bagian depan kedai itu tidaklah besar dan si pemilik kedai adalah orang yang sederhana, tapi jajanan di kedainya mahal karena pemandangan di situ cukup bagus. Dari kedai ini, bisa terlihat gunung dan sungai, kota dan orang-orang yang lalu lalang. 

Kedai ini punya semua pemandangan itu, walaupun tidak banyak, semua pemandangannya bagus. Terletak di tengah-tengah pemandangan seperti ini, jika seseorang kebetulan mengunjungi kedai teh ini, maka kunjungan itu akan meninggalkan kenangan yang indah. Pemilik kedai teh itu sedang bermalas- malasan, karena saat ini sedang tidak ada pelanggan. Jadi, dia memindahkan sebuah bangku kecil ke pintu kedai dan mulai memandangi gunung, sungai, orang-orang dan kota. 

Dia sedang asyik memandang ketika dari jauh, dia melihat seorang pendeta Tao yang berpakaian putih dan gadis muda dengan pakaian sederhana berjalan mendekat. Pendeta Tao itu terlihat penuh debu, sepertinya dia telah berjalan cukup lama, berbeda dengan sang gadis yang masih rapih, wajahnya juga menarik. 

Jika dilihat secara gamblang, ini seperti seorang pendeta Tao yang menjadi pengawal dari putri bangsawan.

Ketika mereka sudah semakin dekat, aroma bngua tercium. Beberapa orang menolehkan kepada mereka, keduanya berjalan melewati kedai teh itu, sebelum tiba-tiba menghentikan langkahnya dan pelan-pelan memutar kembali rutenya. Terlihat sang gadis menunjuk-nunjuk kearah kedai teh.

Mengangguk, pendeta Tao itu memiringkan topi bambunya dengan tangan sebelum mengangkat kepalanya. Dia hanya melihat sekilas kedai itu sebelum mulai berbicara dengan tersenyum, "Kedai kecil Xiang Feng, nama yang menarik."

Orang ini, walaupun agak lelah, raut wajahnya penuh senyum, membuat orang yang melihatnya juga balas melengkungkan senyuman. "Permisi, numpang tanya, apa Gunung Yu Jun sudah dekat?" tanya si pendeta Tao.

Pemilik kedai teh menunjukkan arah padanya, sebelum menjawab, "Ada di daerah sini." Orang ini mengembuskan napas, dan untuk sekali ini, bukanlah napas yang membuat jiwanya ikut tercabut. Sang gadis menatapi rute yang akan mereka tempu nantinya, sebenarnya tempat sederhana seperti ini adalah hal yang ia sukai, apalagi dengan suasana alam.

Sejujurnya cerita dari kejadian ini cukup menari. Hari itu, ketika meninggalkan Kayangan, awalnya Xie Lian sudah memutuskan lokasi di mana mereka ingin turun. Xie Lian ingin mereka turun di dekat Gunung Yu Jun. Siapa sangka, karena pergi dan lompat seenaknya, lengan bajunya tersangkut di awan yang melayang bebas. Ya, lengan bajunya tersangkut di awan.

Bahkan Xie Lian juga tidak tahu bagaimana lengan bajunya bisa tersangkut di awan. (Y/n) melihat itu jelas melesat melompat untuk menarik Xie Lian, ketika dia mendapatkan pria itu, (Y/n) memeluk Xie Lian dan menjadikan dirinya sebagai perisai manusia. Namun, beruntungnya dia jatuh diatas semak penuh dengan bunga.

Bisa di bilang mereka tidak mengetahui dimana mereka berada. Membuat mereka melakukan perjalanan selama tiga hari, hingga akhirnya sampai pada lokasi awal yang direncanakan untuk turun. Karena itu, untuk sejenak, Xie Lian merasa sangat terharu.

Ketika memasuki kedai teh, (Y/n) menutup payungnya sebelum dia memilih meja yang berada di samping jendela membiarkan Xie Lian memesan teh dan camilan. Akhirnya mereka bisa duduk setelah melalui kesulitan-kesulitan sebelumnya. Namun mendadak, terdengar suara-suara ratapan dan pukulan gendang dari luar kedai.

Xie Lian sendiri memilih duduk disebelah (Y/n) dari pada dihadapannya, dia sungguh ingin lebih dekat pada istrinya. Manik (E/c) sang gadis melirikkan pandangannya ke jalan dan melihat sekumpulan orang dari segala usia mengawal tandu pernikahan merah tua melewati kedai teh itu.

Prosesi ini diliputi suasana yang sangat aneh. Kalau dilihat sekilas, mereka tampak seperti para kerabat yang mengantar pengantin wanita. Namun kalau diperhatikan, kau akan menyadari kalau ekspresi wajah para pengantar ini tampak serius. Ada yang tampak sedih, marah, takut, tetapi satu-satunya yang tak tampak adalah ekspresi kebahagiaan. Pokoknya, sama sekali tak tampak seperti pernikahan.

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Where stories live. Discover now