Gerhana malam mengguncang surga (1)

98 25 3
                                    

Ketika bocah yang diperban itu bangun, dia duduk dengan kebingungan mencari dimana keberadaan Xiao Ying. Raut wajahnya tampak panik, setidaknya hingga sang Putra Mahkota Mendekatinya. "A-(Y/n) sudah mengurus pemakaman, aku akan membawamu kesana." Anak itu dengan cepat berdiri, tubuhnya sempoyongan akibat dirinay baru terbangun.

Xie Lian dengan canggung membawa sang anak berjalan kearea selatan, tempat dimana (Y/n) berada. Baru saja mereka mendekati tempat tersebut, suara alunan musik sudah dapat mereka dengar dengan baik. Aroma bunga khas juga muncul disekitar sana. Semakin mereka mendekat, sosok seorang gadis dapat mereka lihat dengan jelas.

Jemari yang memetik senar ruan berhenti saat menyadari bahwa ada orang lain mendekat. "Xie Lian," ujarnya tampa membalikan tubuh. Gadis itu jelas tau siapa yang berada dibelakangnya.

Anak yang diperban itu berlari mendekat ketika melihat sebuah makam. Dia memeluk nisan kayu yang tertancap pada tanah tanpa mengatakan alpapun. Xie Lian dan Lin (Y/n) berkutar pandang, mereka mengerti isi kepala satu sama lain untuk tidak menganggu anak itu. Xie Lian berjalan mendekati istrinya.

ketika jarak diantara mereka cukup dekat, pria itu meraih tangan sang gadis. Bekas gengamannya tadi masih terlihat membekas. Dengan lembut Xie Lian mengecup pergelangan tangan istrinya, sementara sang Putri Mahkota hanya menatapnya dengan tatapan datar. Padahal dia berjanji untuk melindungi (Y/n), tapi dia malah melukai sang gadis.

Xie Lian menempelkan pergerangan tangan sang gadis pada pipinya, dengan senyuman lemah dia berkata, "A-(Y/n), maafkan aku." Gadis yang di panggil namanya hanya menghembuskan nafas sembari menggelengkan kepala. "Tidak perlu minta maaf, kamu hanya melakukan apa yang seharusnya," ujar sang gadis membuang wajahnya.

Sebagai seorang suami jelas Xie Lian peka, dia mengjulurkan tangan untuk memegang pipi sang gadis membuat tatapan mereka kembali bertemu. "Tapi aku menyakitimu," ucapnya lirih. Memang sifat Xie Lian banyak berubah. Tapi jika tentang istrinya, Xie Lian masih ingin serakah. Bagaimanapun, secara fisik Xie (Y/n) adalah miliknya untuk selamanya.

"Itu nanti akan sembuh," ujar sang gadis menatap mata indah suaminya. "Aku memaafkanmu," lanjut sang gadis, ekspreksinya tenang bahkan tidak menunjukan apapun. Senyuman langsung menghiasi wajah Xie Lian. "Terimakasih, sayang."

Menarik tangannya dengan pelan dari genggaman Xie Lian, gadis itu berjalan mendekati anak lelaki dengan perban menutupi seluruh tubuhnya. Gadis itu memperhatikannya sampai akhirnya menyadari suatu hal, kepala anak itu berdarah. Jika itu darah dari hutan mayat, maka harusnya darah tersebut sudah kering.

"Nak, kepalamu terluka. Mau kah kamu biarkan aku melihatnya? Aku akan mengobarimu," Pin (Y/n) lembut. Sang anak mendongak, mendapati sosok Xie Lian sudah berada dibelakang (Y/n). Sepasang suami-istri itu tersenyum padanya dengan ramah. "Jangan takut, jika ada luka maka harus diobati. Kami berjanji tidak akan menakutimu," ujar Xie Lian menyandarkan salah satu tangan pada pundak istrinya.

Anak itu ragu-ragu sejenak, membalikan tubuhnya, perban yang melingkari kepalanyanya dia buka secara perlahan. Pergerakannya lambat tetapi mereka menunggunya dengan sangat sabar, memangnya bisa separah apa luka anak ini? Dalam pikiran (Y/n) luka pada wajahnya mungkin lupa bakar atau tanda lahir yang buruk, orang-orang cenderung membuang anak mereka karena hal itu.

Saat anak itu selesai, dia membalikan tubuhnya. Dan pada saat Xie Lian melihat wajah itu secara keseluruhan, dia merasa semua darah di nadinya telah terkuras seluruhnya.

Meneguk ludahnya, (Y/n) menjulurkan tangan kedepan menyentuh wajah anak itu. Bekas luka itu besar dan serius. Dan disisi bawah bekas luka ada tiga sampai empat 'wajah' kecil. Wajah-wajah itu tidak lebih besar dari telapak tangan bayi, mereka tersebar di pipi dan dahinya. Setelah terbakar, wajah mungil itu mengerut seperti berteriak kesakitan.

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang