Kuil merah pada malam gaduh (1)

242 41 3
                                    

Seluruh tubuh tandu pengantin itu dibalut kain satin merah cerah. Terdapat beberapa sulaman benang berwarna-warni serta pola indah. Nan Feng dan Fu Yao masing-masing berada di kanan dan kiri, mengawal di kedua sisi. Sedangkan (Y/n) berada di paling depan sambil memegang lentera ditangannya. Xie Lian duduk dengan tenang di tandu, bergoyang mengikuti gerakan pembawa tandu.

Manik (E/c) sang gadis dengan tenang menatapi jalan, sejujurnya dia cukup kedinginan karena angin malam. Jujur, (Y/n) merasa tidak nyaman dari tadi. Bukan apa, sejak tandu datang, orang-orang yang memikul berat tandu tersebut melihatnya dengan mata penuh nafsu. Bukan seperti dia takut atau apa, hanya merinding.

Mereka adalah pasukan militer yang besar dan tinggi. Tetapi tujuan mereka sebenarnya bukan untuk membantu, malah sebaliknya, ketika hantu bar-bar itu datang mereka akan kabur dan melindungi diri sendiri. Tetapi sebenarnya, delapan perwira militer itulah terlalu meremehkan mereka dalam hati. 

Mereka berpikir, mereka adalah delapan perwira militer teratas, nomor satu di kantir pemerintah, pemimpin pahlawan luar biasa kemana pun mereka pergi. Namun, dua laki-laki dan satu perempuan disana benar-benar kehilangan pikiran mereka, memerintahkah mereka untuk mengangkat tandu? Tidak salah untuk mengatakan bahwa mereka sangat kesal.

Perintah sang majikan harus diikuti, jadi mereka dengan terpaksa harus menahan rasa penghinaan dalam hati mereka. Setidaknya sosok gadis pembawa lentera itu menjadi tontonan yang menyegarkan, wajah cantiknya tampak tenang dan tidak takut sama sekali. Tapi mereka memiliki pemikiran yang sama, ketika gadis itu ketakutan, mereka akan maju sebagai pahlawan dengan bangga.

Tapi apa? Benar, gadis itu malah terlihat tenang. Sangat tenang untuk berjalan menuntun jalan di depan, tanpa gentar sedikitpun. Dengan demikian, sulit untuk menghindari rasa frustasi yang membara, sehingga sering kali kedelapan orang itu sengaja menghentakkan kaki atau mengepalkan tangan, membuat tandu menjadi cukup terguncang.

Orang mungkin tidak tau, tetapi jika orang yang duduk di tandi sedikit lebih lemah, mereka mungkin akan muntah. Tandu itu berbentur-bentur, dan benar saja. Mereka mendengar Xie Lian menghembuskan nafas didalam tandu. Para pejabat militer itu tentu saja merasa sedikit bangga didalam hati karena hal tersebut.

"Ada apa, nona? Air mata kebahagiaan karena akhirnya menikah di usia tua?" Tanya Fu Yao dengan dingin. Jujur, (Y/n) ingin tertawa mendengar ucapan itu, tetapi dis harus tetap tenang. Dia jadi mengalami nostalgia, dimana saat dia menjadi seorang pengantin dulu, pengantin Putra Mahkota Xian Le.

"Tidak. Hanya saja saya merindukan kekasih saya, kami sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama. Tetapi aku malah menikah... Ingin aku memadu kasih dengannya," ucap Xie Lian tersenyum membayangkan telinga (Y/n) yang memerah diluar tandu. Dan tebakkannya benar, wanita bersurai (H/c) itu menelan ludah, menahan malu yang membuat telinganya memerah.

Sedikit menenangkan diri, (Y/n) bersyukur dia berjalan paling depan. "Tapi nona, ini adalah hari penikahan anda. Pikirkan saja diri anda," ujar (Y/n) dengan tenang. Kekehan jelas terdengar, Xie Lian entah kenapa puas berhasil menjahili istrinya. "Dia benar, apa yang kurang? Kita telah mempersiapkan semua yang kita butuhkan," tanya Nan Feng menjawab dirinya sendiri.

"Benar juga, saya tiba-tiba menemukan bahwa ada yang hilang... Dua pelayan wanita." Senyuman terukir pada wajah Xie Lian saat ia mengatakan itu. Kesunyian tiba-tiba melanda, jelas perkataan itu dia tujukan kepada Fu Yao dan Nan Feng. Keduanya saling bertukar pandang, dan sepertinya mereka membayangkan sesuatu sebelum bergidik ngeri.

"Maaf nona, tapi keluarga anda terlalu miskin untuk membeli pembantu," jawab Fu Yao. "Baiklah," balas Xie Lian tenang.

Ketika para perwira militer yang membawa tandu mendengar lelucon ini, mereka tidak bisa menahan tawa. Setidaknya ini membuat rasa tidak enak pada hati mereka menurun cukup banyak, dan rasa kedekatan sedikit lebih berkembang, membuat tandu itu berjakan lebih nyaman. Dengen  demikian, Xie Lian dapat bersandar pada posisi duduk yang benar dan memejamkan mata untuk mengistirahatkan pikirannya.

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Where stories live. Discover now