Kuil merah pada malam gaduh (4)

113 33 4
                                    

Kepalanya pusing, Lin (Y/n) membenci ini. Bagaimana dirinya secara responsif akan berusaha mengingat masalalu. Menarik nafas dalam, gadis itu menghembuskannya dengan berat. Niat hati hanya membantu Xie Lian, maka Lin (Y/n) memutuskan untuk tidak mengambil pusing setiap tindakannya.

Lagipula dengan dia yang memutuskan komunikasi dari langit membuattanda bahwa dia sudah tidak peduli. Memundurkan diri beberapa langkah, jemari lentik bagai bambu itu menijat pelepisnya dengan pelan. "Lian, aku akan berpatroli."

Putri Mahkota hanya memangil Xie Lian dengan nama pemberiannya setiap dia meminta izin. Pada masa dimana mereka hidup, seorang gadis yang ingin melakukan sesuatu harus selalu menerima izin dari suaminya. Sekarang meski jaman sedikit berbeda, tapi kebiasaan lama susah menghilang.

Tanpa mendengar jawaban dari Xie Lian, gadis itu berjalan menjauh. Sebenarnya dia hanya butuh ketenangan saja.

Berdiri pada punak atap kuil Ming Guang, Lin (Y/n) menatapi bulan. Gadis itu membiarkan cahaya sang purnama menyinari kulitnya dengan lembut. Langit berbohong, meski ada yang namanya dewa, manusia, dan hantu, tetapi apa arti semua itu dibawah kekuasaan tertinggi? Jika langit mengetahui segalanya, Lin (Y/n) pasti sudah binasa.

Pikiran gadis itu nyaris kosong membiarkan dirinya tenggelam dibawah agungnya purnama.

Kasus yang mereka hadapi sekarang membuatnya pusing. Pusing karena sebenarnya Lin (Y/n) sedang tidak mau berfikir. Dia mengutuk kaisar langit yang membuat Xie Lian mengambil tugas seperti ini. Jangan salah, gadis itu bisa saja memberikan suaminya tugas lalu memberikan bayaran yang lebih.

Tapi apa? Dia malah menolak. Ini sejujurnya sering membuat (Y/n) mengingat masalalu mereka. Sebagai Putra Mahkota kesayangan, apa sih permintaan Xie Lian yang tidak dikabulkan? Ah, perasaan Lin (Y/n).

Sedari dulu gadis itu menganggap dirinya adalah sebagai boneka pribadi Putra Mahkota. Untuk dihiasi serta dibuang ketika waktunya tiba. Mengingat bagaimana masalalu (Y/n), jujur saja dia sudah siap, tapi Xie Lian tidak melakukan itu. Selama dia tidak dibuang, (Y/n) akan berada disisi Xie Lian.

"A-(Y/n)! A-(Y/n)! Tolong selamatkan mereka!" 

Suara teriakan Xie Lian jelas dia dengar dari kejauhan. Tak lama kemudian, suara teriakan terdengar dari lapangan kuil. Ini buruk.

Dewi itu mengeluarkan ruannya, jemarinya memetik alat musik itu membuat gelombang yang mendorong siapapun. Lin (Y/n) tidak mengetahui apa yang terjadi, karena itu dia memainkan nada yang sedikit berbahaya. 

Gadis itu melompat turun kehalaman kuil Ming Guang. Manik (E/c) bagai giok itu membola ketika mendapati lusinan wanita dengan pakaian merah telah perlahan mendekati kelompok penduduk desa. Gadis itu dengan cepat kembali memetik ruannya membuat lusinan pengantin itu terpukul mundur.

Masing-masing wanita ini memiliki wajah pucat dan kehijauan, senyuman masih setia menghiasi wajah kaku mereka. lengan mereka juga terangkat setinggi dada. Mereka jelas adalah mayat pengantin wanita. Melihat itu tidak ada yang bisa tenang menonton ketika wanita-wanita itu kembali mendekat.

Orang-orang ini bodoh jika begini Lin (Y/n) yang akan kesusahan dalam menggunakan musiknya. Kerumunan tidak peduli lagi dengan bocah berperban itu. Xiao Ying sendiri mendukung anak itu.

"Jangan lari!"

"Tenangkan diri kalian!"

Sepasang suami istri berseru berusaha membuat orang-orang yang panik itu membuka telinga untuk mendengar ucapan mereka. Menarik keluar Yijing Caihua, Putri Mahkota mengembalikan ruan-nya pada bentuk gelang. Tidak ingin mengambil resiko melukai manusia.

Gadis pendek itu memerangi hantu wanita yang berusaha menyerang warga. Gerakannya sedikit lambat namun tubuhnya lentur. Apa yang kamu harapkan? Dia bukanlah seorang Dewi perang. Dia juga tidak bisa menggunakan kekuatan spiritualnya yang super kuat karena resiko menyakiti manusia.

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang