Kuil merah pada malam gaduh (2)

160 32 6
                                    

Mata Xie Lian melirik keatas, disaat dimana bulan bersinar terang, mata ungu menyala dapat Xie Lian lihat dengan jelas. Gadis dengan pakaian ungu yang jika didunia manusia dinilai  'vulgar' melayang diatas langit memperhatikan gerakan mereka. Rambut hitamnya tergerai menari bersama dengan angin, dia pastilah yang tadi menyanyi.

Yang pasti, Xie lian tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, karena kain hitam yang menutupi setengah wajahnya.

Setelah (Y/n) pergi, secara mengejutkan terdengar suara nyanyian yang indah dan merdu. Namun juga mematikan, Xie Lian tidak menyangka hanya dengan sebuah nyanyian dapat membunuh ratusan mahkluk. Belum sempat memperhatikan sosok itu lebih lama, pandangan Xie Lian dihalangi oleh payung merah yang menutupinya.

Benar, kini dia sedang berjalan dengan sosok berpakaian merah yang tadi menuntunnya. Rasa ingin tau Xie Lian tentang orang ini menjadi lebuh kuat. Pada saat ini dia hanya ingin melepaskan cadar dan melihat siapa orang itu. Tetapi dia tau bahwa tindakan itu tidak pantas untuk dilakukan. Karena alasan itu pula dia hanya bisa mengintip sedikit-sedikit.

Dengan pandangan sekilas, Xie Lian melihat ujung jubah merah. Dan di bawah jubah mrah itu ada sepasang sepatu bot kulit hitam. Mereka saat ini berjalan dengan santai.

Langkah-langkahnya tidak tergesa-gesa dan lesu tapi ringan, itu membuatnya nampak seperti remaja yang bersemangat. Namun dia sekolah-olah memiliki tujuan yang kuat di benaknya, hingga tidak ada yang mampu menghentikannya. Siapapun yang berani menghalangi jalannya hanya akan hancur menjadi debu.

Beberapa kali Xie Lian tidak tenang memikirkan (Y/n), tapi dia meyakinkan diri dan mempercayai istrinya. Sementara itu, orang yang dibicarakan masih memperhatikan mereka dengan seksama. Serigaian pada wajahya tidak hilang saat pikiran licik untuk mengotori pakaian sahabatnya muncul.

Menaikkan tangannya, (Y/n) mengumpulkan darah semua mahkluk yang ia bunuh, membuat mayat mereka menghilang seperti abu. Mengarahkan darah itu diatas jalan yang Hua Cheng Lalui, sang gadis lalu menurunkan jarinya membuat hujan darah. Gadis itu mengendus puas ketika melihat Hua Cheng memiringkan payung kearah Xie Lian.

Sejujurnya dia merasa cukup aneh, bagaimana tidak? (Y/n) mengetahui bahwa sahabatnya menyukai dirinya dan suaminya. 

Mendencih melihat Hua Cheng yang tidak kotor sama sekali, (Y/n) memutuskan untuk melakukan rencana kedua. Untung itu dia harus mengganti penampilannya dahulu. Tapi tidak diatas sini, resiko ketahuan sangat besar. Terbang masuk kedalam hutan, dalam sejenak pakaian (Y/n) berubah menjadi pakaian sederhana yang semua ia gunakan. Warna mata dan rambutnya juga berubah kembali.

Di dalam pegunungan yang sunyi dan gelap, di dalam hutan yang dipenuhi rumput liar, dikedalaman yang jauh dari barisan pegunuungan, sekelompok serigala liar menghadap kearah bulan dan melolong. Xie Lian tidak tau apakah itu karena pesta pembantaian baru saja terjadi, tetapi di udara yang dingin, aroma dari darah perlahan-lahan muncul.

Siatuasi ini dapat menakuti siapapun. Namun, remaja ini memegang tangannya dengan satu tangan dan mengangkat payung dengan tangan lain sembari perlahan membimbingnya kedepan tanpa alasan untuk tampil sangan romantis dan penuh kasih sayang seolah mereka tulus dalam cinta dan tak terpisahkan.

Untuk sesaat dia memikirkan menikah ulang bersama (Y/n).

Itu hujan aneh dayang dengan cara yang aneh dan pergi juga dengan cara yang aneh. Tidak butuh waktu lama sebelum suata tetasan air hujan mengenai payung menghilang dan remaja itu juga berhenti. Dia menutup payungnya sembari berjalan selangkah mendekati Xie Lian. Tangan yang memegang dan membawa pria itu kesini dengan ringan menyentuh kerudungnya, sebelum perlahan membukanya.

Shing!

Sebuah pedang keluar dari perhiasan rambut Xie Lian, pedang itu melesat cepat membuat sosok pria berpakaian merah itu menghindar. Kembali ketangan pemiliknya, (Y/n) terlihat dibawah cahaya bulan dengan wajah tenang menatap mereka, ekspreksi wanita itu tidak terbaca ketika ia mengayunkan pedangnya.

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang