Chapter II

44 26 6
                                    

Pagi ini nampak sedikit mendung. awan gelap menyelimuti langit dengan udara dingin yang menusuk.

Alsa kini sedang makan bersama dengan keluarganya, Membahas.. nilai.

"Ya gimana caranya dong aksa. lihat tuh adek kamu alsa. padahal dia gak ikut bimbingan segala macem. bisa tuh nilainya bagus. bisa tuh ikut olimpiade. bisa tuh pinter"Ucap sang ibu— Bia. Bia saat itu sedikit kesal dengan kedua putranya.

Karena Aksa yang mendapatkam nilai jelek di try outnya. padahal ia sudah kelas 12. Belum lagi gara. Nilai matematika dan Ipa anak itu turun drastis. sehingga membuat Bia dan Geo—Papa mereka, pusing sendiri.

"Ya aku udah berusaha ma. lagian kemampuan orang beda beda"Ucap aksa mulai lelah, Ia melirik tajam kearah alsa yang kini sedang makan dengan tenang.

Aksara Adhipa Amarta adalah anak sulung dikeluarga mereka. Mantan ketua osis disekolah alsa, juga kakak yang cuek bagi alsa. anak itu sangat tidak menyukai alsa sejak dulu karena ia selalu dibanding bandingkan dengannya. Aksara pun kadang enggan mengakui alsa adalah adiknya dan kadang, alsa hanya bisa diam menerima saja.

Nakula sagara amarta. anak bungsu dikeluarga mereka. hiperaktif dan super jahil adalah ciri khasnya. namun berbeda dengan perlakuannya ke alsa. dia bisa menjadi sangat pendiam dan pemarah. Sagara itu keras kepala, dan ia selalu saja mendapat hukuman dari orang tuanya. saat itu terjadi, alsa lah yang menjadi sasaran amukan sagara.

meskipun begitu, alsa terus saja diam. Mungkin dia muak, tapi dia selalu ingat bahwa keduanya adalah saudara laki lakinya.

"Haduhhh jangan banyak alasan deh kamu itu udah kelas 12!. Gimana kalau nanti kamu gabisa masuk univ yang mama bilang waktu itu. pokoknya mulai sekarang kamu harus lebih banyak belajar lagi."Omel mamanya. Aksa hanya menghela nafas panjang saja mendengarnya.

"Kamu juga gara, Masa gurumu bilang nilai mtk sama ipa kamu nurun. lihat dong kakak kamu. Kemarin dia baru menang olimpiade fisika. juara 2 lagi. Lah kamu adeknya malah bodoh di ipa."Ucap bia sambil memijit pelipisnya. Gara hanya terdiam mendengarnya.

"Kalau orang tua ngomong itu didengerin."Sahut geo yang sedari tadi menyimak. Kedua kakak beradik itu saling pandang, lalu keduanya menatap kearah alsa.

alsa yang paham pun hanya menghela nafas saja. kemudian, ia berdiri dari tempat duduknya.

"maaf mah pah, Aku hari ini ada jadwal piket. aku berangkat, assalamualaikum."Ucapnya setelah bersalaman kepada bia dan geo.

"Tuh lihat, kakak kamu aja sopan. masa kamu nggak" Ucap bia menambahi. tangan gara mulai terkepal, dalam hati ia menyumpah serapahi alsa.

"Udah lah maa. lagi makan loh"Sahut aksa yang sedari tadi diam, Akhirnya bia pun diam dan menikmati makanannya. hening pun melanda meja makan yang tadinya penuh dengan omelan bia. dan setelah selesai makan,  bia mengambil piring piring kotor bekas aksa, gara dan geo makan tadi dan beranjak dari duduknya.

Sebelum pergi, ia kembali berucap.

"Tolong perbaiki nilai kamu gara.. ini demi kebaikan kamu juga. jangan sampe kamu menyesal kaya mama."Ucap bia lalu pergi dari meja makan.

Gara terdiam mendengarnya, namun setelahnya ia berpamitan dan mulai beranjak keluar untuk berangkat ke sekolah.

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
Bintang itu belum redupOnde as histórias ganham vida. Descobre agora