Chapter VII.

11 0 0
                                    

FLASHBACK.

Sarapan pagi itu sangat berbeda. Tidak ada gelak tawa. Alsara paham betul situasi ini. Pastinya karena bando itu.

"Alsa. sejak kapan kamu belajar mencuri?"Tanya bia. kali ini tidak ada kelembutan sama sekali, Pertanyaan itu terdengar sangat menakutkan bagi alsara.

"Aku gak mencuri."Ucap alsara ditengah makannya, Geo nampak menghembuskan nafas.

"Alsa, kalau kamu bicara baik baik mama sama papa bakal maafin kamu kok."Ucap geo berusaha tenang.

"Aku nggak mencuri"Pernyataan yang sama keluar dari mulut alsara.

"Alsara.."Bujuk bia lagi.

"Huhhhh, aku harus bilang kaya gimana kalau aku ga mencuri?"Tanya alsara lelah. Anak kecil itu memegang erat rok bewarna merahnya sembari menatap bia sayu.

"Bohong, dia ambil bando aku maa!"Sahut alana yang sedari tadi diam.

"Terserah kamu lah alana, aku cape."Ucap Alsara lalu mengambil tas bewarna merah mudanya lalu ia beranjak dari duduknya.

"Alsara itu iri sama aku ma. yakan gara?"Ucap alana sengaja dikeraskan.

"iya iya! kaka ala cantiii, ka aca celem kaya monstel!"Sahut sagara dengan suara cempreng khas anak kecil.

Sudahlah, Alsara lebih memilih pergi dari ruangan itu dan duduk diteras menunggu papanya saja.

Alana yang juga kesal, memilih pergi dan memakai sepatunya di ruang tengah. Geo dan bia menatap anak kembarnya itu dengan helaan nafas panjang.

"mah, bener kata alsa. Alsa gak nyuri. justru bando itu diambil sama Sagara terus gak sengaja di taruh didepan kamar alsa."Jelas aksara yang mengetahui semuanya.

Bia tertegun mendengarnya, Harusnya ia mendengarkan penjelasan alsara dulu. bukan malah begini.

"Yaudah, Pah nanti ikut mama ke bakery shop. Mama gak enak sama alsara." ajak bia pada geo, geo hanya mengangguk. ia pun juga merasa bersalah dengan alsara.

•••

Didalam kelas Dengan nuansa coklat dan putih itu, Si kembar kembali beradu mulut. kini, alana lah yang memulainya dengan menggebrak meja milik alsara.

"Kamu mau tau? Kenapa temen temen gasuka sama kamu?"

Alana bertanya dengan dagu yang diangkat, dikanan dan kirinya terdapat dua cewek dengan perawakan yang hampir sama seperti alana, cantik. Sementara di sisi kanan alsara ada cewek cupu dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Gatau dan gamau tau."Ucap alsara singkat

Alana terkekeh mendengarnya, dan kedua anak disampingnya juga ikut tertawa ringan. Keduanya adalah Sabrinna dan Yuna.

"Tapi aku kan baik, yakan yakan" Ucap alana dengan menoleh ke samping kanan dan kirinya. Sabrinna dan yuna mengangguk setuju, dan menatap alsara remeh.

"Jadi aku bakal bilang sesuatu, yang bakal buat kamu tau apa yang buat kamu dijauhi. yah.. aku harap setelah ini kamu perbaiki penampilan kamu sih."

"Kamu tau sara? Kamu itu serem!. Kamu kaya hantu, kantung mata kamu hitam, buat wajah kamu itu kaya hantu. belum lagi kamu selalu pucet. kamu juga jarang bicara."

"Setiap papa sama mama khawatirin kamu itu, aku selalu mikir. apa aku gak cukup untuk mereka?? padahal aku lebih baik dari kamu. Aku cantik, aku pinter, aku bisa buat temen temen mau temenan sama aku. beda sama kamu!. Setiap kami pergi berlima, Yang dibahas itu selalu kamu sara!.

"Kamu tau? Mama pernah nangis karena kamu sara. Waktu kamu sakit mama nangis, Mama takut kehilangan kamu. sementara kalo aku sakit mama gak pernah nangis, mereka tenang banget. seolah mereka gak khawatir sama sekali sama aku. Kak aksa juga gitu, Dia selalu marahin aku karena kamu!. Aku sakit hati alsa, aku sakit hati. Kamu itu serem, Kenapa kamu selalu dapat apa yang kamu mau? Sementara aku—"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang itu belum redupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang