2

2 2 0
                                    

Cerahnya sinar matahari di pagi ini cukup membuat Nawa mendengus kesal tatkala jadwal kuliahnya diajukan secara mendadak, selain iya harus terburu-buru, ini bukanlah ide yang baik. Selalu dipertanyakan kenapa dosen senang sekali mengerjai para mahasiswanya untuk hal hal pribadinya sendiri yang bahkan mahasiswanya pun tiada yang peduli.

Wajah cantik yang ditekuk itu tak sedikitpun membuat paripurna pada seorang Nawa Rekha luntur. Tanpa berkaca dan memoles wajahnya seperti di hari hari biasa, Nawa yang kini siap dengan celana jeans dan kaos pendek yang ia balut dengan cardigan tipis berwarna kuning pastel siap didepan rumah sembari menunggu taxi pesanannya.

Drrrt Drrrt

Silky, selaku teman dekat Nawa menelpon.

"Gimana sil?"

"Gue ijin ga masuk dulu, titip absen dong wa."

"Send tugas dulu."

"Lah kan udah gue kirim di grub semalem."

"Lah? yaudah."

"Jangan lupa ntar malem."

"Gampang."

Usai mematikan teleponnya, Nawa melihat seorang laki laki yang semalam membuatnya mimpi buruk itu turun dari mobil yang kini terparkir didepan halaman rumahnya. Dengan tatapan yang semakin membuat Nawa berfikir bahwa hari ini tak ada untungnya itu, Edzar tak berkutik. Memilih saling diam dengan melanjutkan takdir masing masing.

Merasa cemas tatkala taxi yang dipesannya tak datang datang, Nawa beralih menelpon teman temannya yang harapannya bisa membersamainya untuk berangkat. Sialnya, motor Nawa yang kemarin diservice belum juga bisa dinaiki, salahkan Silky yang meminjam motornya dan berakhir harus diservice karena menabrak tiang didepan komplek.

"Mau gue anter?"

Nawa tak merasa ajakan Edzar itu untuknya.

Lima belas menit berlalu, Nawa mondar mandir didepan rumahnya seraya bolak balik menelpon entah siapa saja yang tertera pada kontaknya. Menoleh untuk memastikan, Nawa mendengus saat mengetahui Edzar tak berada di depan rumah. Ia kira ia akan dipaksa untuk ikut Edzar agar mengantarkannya kuliah pagi ini, ternyata itu hanya ada didrama drama televisi saja.

Sampai sebuah mobil melintas didepan rumahnya dan berhenti, lalu membuka kaca jendelanya. "Dengan Nawa Rekha?"

"Ah iya."

"Mari kak."

Nawa diam sejenak, lalu bertanya. "Ini..?"

"Oh taxi yang kakak pesen kan?"

"Loh kan tadi udah dicancel sama masnya."

"Hah? Emang iya ya? terus ini kakaknya jadi apa engga?"

"Yauda deh iya."

Sepanjang perjalanan yang memakan waktu dua puluh menit, Nawa terus berpikir sejak kapan menarik taxi dengan setelan old money outfits lengkap dengan Porsche 911 Targa 4 GTS Arctic Grey. Ini tidak mungkin, sangat tidak mungkin. Meski bukan pertama kali ia menaiki mobil seperti ini. Tapi mengapa harus Nawa pikir, selama ia dapat sampai dilokasi tujuan, ia tak mempermasalahkannya.

"Seriusan lo pada ngajakin gue ke tempat kaya gini?"

Keluhan itu rasanya sudah lebih dari tujuh kali Silky dengar. Fakta bahwa malam ini Nawa dan teman akrabnya datang ke pesta Soiree yang diadakan kakak tingkat yang bahkan mereka tak ada yang diundang. Entah atas dasar apa kegilaan itu tak kunjung mereda, bahkan tak ada satupun dari mereka selain Nawa untuk bertekad balik kerumah seraya berendam di air hangat ketika malam ini cukup dingin suasananya.

ECHOES OF DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang