BAB 1

15.5K 994 22
                                    

Dengan langkah pelan, aku menaiki ranjang empuk yang membuat punggungku nyaman sembari menarik selimutku.

"Katakan pada Duke, aku sedang tidak enak badan."

Aku memunggungi pelayan itu, agar ia tak melihat mataku yang memutar karena rasa malasku terhadap Derrick.

"Ba,baik nyonya, apakah anda ingin saya bawakan air hangat?."
Suara pelayan itu terdengar takut, ia seperti tak yakin akan perkataannya.

"Tidak perlu, aku ingin sendiri dan jangan biarkan siapapun masuk kemari."

"Baik Nyonya."
Langkah kaki pelayan itu berjalan dengan terburu-buru, hingga tak lagi terdengar di telingaku.

"Apa pelayan itu dari dahulu memang begitu?."

Setelah mengulang waktu, aku tak begitu ingat dengan masa laluku, hanya perselingkuhan Derrick dan kematianku yang begitu melekat dalam kepalaku.

"Aku tidak akan membiarkan kejadian itu terulang kembali, Derrick."

"Kreeekk."
Terdengar suara pintu kamarku yang terbuka.
"Sebegitu susahnya kah pelayan itu meyakinkan Derrick, hingga ia harus kembali dan menggangguku?."

Aku tidak membuka mataku, agar pelayan itu percaya aku telah bermimpi indah. Namun, tangannya yang membuatku risih, memegang pundakku dan berusaha membangunkanku.

Dengan hati yang sangat kesal, aku membalikkan badanku.
"Bukankah sudah ku bilang untuk tidak mengangguku?."

"Ups."
Seketika aku tertegun melihat seorang lelaki yang berdiri tepat dihadapanku.
Perawakannya tinggi, dengan rambut hitam lurus, mata coklat, alis yang tebal, hidung mancung, dan kulit coklat yang eksotis.

Tanpa sadar, aku terpesona dengan Derrick. Aku tak ingat kalau wajahnya dahulu setampan ini.
Mungkin karena aku sudah terbiasa melihatnya setiap hari.

Tangan lebar Derrick menyentuh keningku, ia memeriksa suhu tubuhku. Namun aku tak perduli meski ia tahu aku telah berbohong.

"Hmm, tampaknya kondisimu parah, sehingga tak bisa meninggalkan tempat tidur."
Suara rendah dan lembut yang keluar dari bibirnya tak membuatku goyah, karena aku tahu, meski sekarang ia mencintaiku.
Semuanya akan berbeda setelah ia bertemu Bella.

"Yaah seperti yang anda lihat, yang mulia. Jadi biarkan aku beristirahat dengan tenang."
Aku kembali membalikkan badan sehingga memunggunginya.

"Yang mulia?."
Derrick melenguh pelan.

"Baiklah, hari ini aku akan sarapan sendirian. Selamat beristirahat."
Ia mengecup keningku, sehingga tanpa sadar aku mengerutkan alis,
Aku terus memaksakan mataku agar tetap terpejam.

"Bukan hari ini, tapi mulai hari ini dan seterusnya kau akan makan sendirian Derrick."

Ia telah meninggalkan kamarku, sehingga dengan cepat aku membuang selimut dan bangkit dari ranjangku.

"Sekarang aku akan hidup sesuai keinginanku, tidak ada lagi Elena Greisy yang bodoh dan penurut."

                          ***

Aku mengeluarkan seluruh pakaian dari dalam lemariku, hingga menumpuk menyerupai sebuah gunung.

"Nyo,nyonya apa yang anda lakukan?."

"Pelayan yang sungguh cerewet, bukankah aku nyonya dirumah ini? Terserahkulah mau berbuat apa."

"Hei kau, daripada terus mengkritikku, lebih baik kau bawa semua gaun ini keluar."

"Ta,tapi nyonya, mengapa anda membuang gaun-gaun itu?."

"Kenapa kau terus bertanya?, kau pemilik rumah ini?."

Pelayan itu sungguh membuatku kesal, dengan langkah kasar aku keluar dari kamarku. Hingga tampaklah sebuah ruangan yang sangat indah dan menyejukkan mata. Aku takjub dengan pemandangan disekelilingku.

Ini adalah ruang keluarga favoritku, dulu aku selalu bermain dengan Austin disana.

"Deg."
Jantungku terasa nyeri, setelah tanpa sengaja mengingat putraku Austin. Seketika air mataku menetes dan dalam hati aku berkata. "Maaf nak, dikehidupan ini, ibu tidak akan mengikutsertakanmu. Ibu tak ingin kau menderita lagi."

Aku bertekad akan pergi meninggalkan Derrick, namun sebelum itu, aku akan membuatnya menyesal telah menikah denganku.

"Nyonya, anda kenapa?"
Seorang pelayan menyadarkanku yang tenggelam dalam lamunan.

Aku mengingatnya sebagai pelayan yang pernah melindungiku saat Bella mencoba memfitnahku.

"Dame?"

"Ya nyonya?, apa anda masih tidak enak badan? Mengapa anda meninggalkan kamar anda? Panggilah saya nyonya, saya yang akan menghampiri anda."

Raut wajahnya terlihat cemas, suara yang ia lontarkanpun terdengar tulus.

"Aku baik-baik saja Dame, masuklah."

Aku mengajaknya kembali kekamarku, terlihat pelayan tadi yang masih bengong menatapi gaun-gaunku.

"Kalian, buanglah gaun-gaun ini sekarang juga."

"Baik nyonya, saya akan memanggil pelayan lain, agar lebih cepat."

Dame segera meninggalkan kami, ia tak banyak bertanya ataupun kaget dengan perintahku, berbeda dengan orang yang berada didepanku. Ia terlihat cemas seakan ini gaun miliknya.

                            ***

"Satu masalahku telah selesai, sekarang waktunya aku membeli gaun-gaun baru."

Tuk,,,tuk,,,,tuk,,
Langkahku menggema diseluruh kastil, kala itu aku menuju ke ruangan yang biasa dipakai Derrick bekerja.

"Duke, ada hal penting yang akan ku katakan padamu."
Derrick menatapku sembari mengernyitkan keningnya, ntah apa yang ada didalam pikirannya.

"Duduklah Elena, apakah kondisimu sudah lebih baik?."

Ia meletakkan buku yang sedang dibacanya dan wajahnya terlihat antusias.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung berbicara tanpa basi-basi.

"Berikan aku koin emas yang banyak, aku mau membeli gaun baru."

Derrick tersenyum, bukannya kesal ia malah tampak senang dengan perkataan yang kulontarkan.

"Baiklah, kupikir istriku akan membicarakan apa. Aku akan memberikan sebanyak yang kau inginkan. Tapi, berhentilah memanggilku yang mulia atau duke, panggil namaku seperti biasanya." Pungkas Derrick dengan senyuman yang masih menempel diwajahnya.

"Itu bisa nanti, lagi pula kita baru sebulan menikah. Sebelumnya aku canggung ketika memanggil langsung nama anda, jadi biarkan aku mencobanya secara perlahan, bukan karena terpaksa."

Senyuman Derrick perlahan menghilang, wajahnya tampak sedikit kecewa, namun inilah yang aku harapkan.
"Kau akan merasakan sakit saat orang yang kau cintai melukaimu. Seperti yang pernah kau lakukan padaku."

"Baiklah Elena, lakukan senyamanmu dan ku harap kau menjaga kesehatanmu."

Ekspresi datar yang terpasang diwajahku menjadi akhir dari obrolan tak bermutu ini.
____________________________________

Menurut kalian siapa pelayan nyebelin itu?.

Apakah rencana Elena akan berhasil?.

Spam komen sebanyak-banyaknya ya, dan jangan lupa Vote setelah membaca 🤗

Duke, Kita Lihat Saja Nanti! [EBOOK]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora