BAB 5

9.6K 596 7
                                    

Aku kembali ke kastil tanpa mendapatkan Bunga Hortensia.
Meski sedikit kecewa, namun aku bersyukur karena telah mengunjungi Festival itu. Dimasalalu aku tidak pernah bepergian ketempat yang kuinginkan, demi mengurus kastil sebagai nyonya rumah.

"Nyonya, anda ingin menaruh bunga ini dimana?."

Dame memegang bunga Fressia yang tampak cantik dengan vas bewarna putih.

"Letakkan dimeja itu."
Aku menunjuk sebuah meja yang berada disamping tempat tidurku.
Akan menyenangkan rasanya memandangi bunga itu sebelum tidur.

"Baik Nyonya."

Aku yang tidak berselera makan, tiba-tiba sekali ingin mengkonsumsi kudapan di halaman dekat pintu masuk kastil Dominion.

Karena disana aku bisa melihat burung kenari yang beterbangan, sayap cantiknya sungguh menggemaskan hingga ingin rasanya menyentuh paruh mungilnya yang sedang bercikau ria.

"Dame, tolong siapkan beberapa kudapan dan teh Chamomile dihalaman depan."

"Baik nyonya, apakah anda tidak keberatan melewatkan makan siang anda?."

"Tak masalah, aku sedang ingin memakan yang manis-manis."

"Baik nyonya, segera saya siapkan."

                             ***

Keputusan bagus aku bersantai di halaman depan sembari menyantap croissant yang diatasnya bertabur kacang mete.
Lelehan coklat dari isi roti itu terasa manis disetiap gigitan.

Ngiiiiikkk....
Suara ringkikan serta tapal kuda yang belarian jelas terdengar ditelingaku.

"Bukankah Derrick pulang dua hari lagi?."

Ksatria penjaga kastil yang membuka gerbang setelah memeriksa siapa dibaliknya, berseru.

"Yang Mulia Duke Derrick Cutbert Telah kembali."

Seketika aku merasa kesal, karena ia tak menepati janjinya.

Aku yang tanpa sengaja menyambut kepulangannya itu, melihat seorang wanita berambut pirang dengan mata yang sedang tertidur, ia duduk menyamping tepat dihadapan Derrick. Sebagian pipinya bersandar didada Duke yang menjadi suamiku.

Perlahan Derrick turun dari kuda hitam gagahnya, kemudian ia membantu wanita itu dengan menopangnya.

"Elena?." Lirih Derrick yang sepertinya panik melihatku memandang dirinya bersama wanita lain.

Ekspresi datarku menatapnya dengan bibir yang tertutup rapat.

Derrick menghampiriku sembari menggendong punggung wanita itu dengan kedua tangannya.

"Aku menemukannya tak sadarkan diri di tengah hutan, tidak mungkin aku meninggalkannya."

Ucap Derrick mencoba menjelaskan padaku.

Mataku menatap kearah wanita itu, sungguh wajah yang sangat kukenal.

"Bukankah wanita ini seharusnya muncul beberapa tahun lagi, mengapa ia datang lebih cepat?."

Gumamku dalam hati setelah menatap tubuh Bella yang kotor dan berantakan. Meski begitu, ia memiliki wajah yang cantik.

"Ayo Dame."

Tanpa menjawab apapun yang dilontarkan Derrick. Aku memutar badanku dan pergi meninggalkan Derrick bersama Bella serta beberapa ksatria yang pergi berburu dengannya.

                            ***

Kepalaku pusing karena mencoba mengingat kembali kenangan burukku dimasa lalu.

Aku merasa aneh dengan kemunculan Bella yang lebih cepat, dan seharusnya mereka bertemu diperjalan pulang setelah perang diperbatasan, bukan saat Derrick berburu.

"Apa karena aku mencoba mengubah masalalu, maka dari itu masa depanpun ikut berubah?."

"Elena, apa kau marah padaku?."

Tanpa mengetuk pintu, Derrick nyelonong masuk kekamarku, aku yang sedang berbaring langsung mengubah posisiku dan duduk tanpa menyandarkan punggung.

"Apa maksud anda Tuan?."

"Kau selalu saja memanggilku Tuan ataupun yang Mulia, mengapa kau tak menganggapku sebagai suamimu?."

Ekspresi Derrick seakan putus asa, nada suaranya yang terdengar kecewa tetap terdengar lembut.

"Bukankah tempo hari kita telah membicarakannya?, lupakan hal itu, aku ingin bertanya tentang maksud anda yang berpikir aku marah."

Derrick menyipitkan matanya, hingga alisnya ikut mengkerut.
Ia menatapku dengan suara napas yang menghela.

"Wanita itu, aku menyuruh pelayan membantunya untuk tinggal sementara dikamar tamu. Melihat dari kondisinya, sepertinya ia sedang sakit. Aku akan memerintahkannya meninggalkan duchy setelah tubuhnya sehat."

Aku memalingkan wajahku dan menatap bunga Fressia, sama seperti sebelumnya, aku tak menjawab sepatah katapun pembicaraan mengenai wanita itu.

"Ku harap kau tidak keberatan Elena, kita akan membicarakannya kembali nanti. Ada pekerjaan yang harus kuurus."

Derrick melangkah pergi setelah menutup pintu kamarku yang terbuat dari kayu Eboni.

Aku menyeringai, mungkin sebaiknya aku harus membuat rencana.
Karena firasatku mengatakan, hal buruk akan terjadi jika aku hanya duduk diam seperti yang ku lakukan dimasa lalu.

____________________________________

Apakah penasaran dengan kelanjutannya? 😱

Semakin banyak vote dan komentarnya.
semakin cepat updatenya, begitupun sebaliknya 🥰

Duke, Kita Lihat Saja Nanti! [EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang