BAB 3

11K 632 13
                                    

"Mulai sekarang aku ingin Dame yang membantuku segalanya."

Ucapku pada pelayan yang mencegatku saat aku akan masuk ke kamarku.
Tindakannya yang tidak sopan pada majikannya membuatku benar-benar muak.

"Nyonya, maafkan saya. Bukankah setelah makan malam, seharusnya anda minum teh bersama tuan?."

Ia masih saja berani menjawab perkaatanku.

"Minggir, meski kau ada disini sebelum aku. Tapi akulah nyonya dirumah ini. Aku duchessnya, kau paham?. Dan panggilkan Dame segera."

Pundak kami beradu, meski aku merasakan sakit. Tapi aku merasa cukup untuk memperingatkannya.

                             ***

Tok,,tokk,,tok,,,
Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamarku.

"Sepertinya itu Dame, kebetulan aku harus mengganti pakaianku sebelum tidur."

"Masuklah Dame."

Ekspresiku menjadi datar saat orang yang kulihat masuk dari balik pintu itu adalah Derrick.

"Bukankah aku memanggil Dame, mengapa anda yang datang?."
Dengan suara yang menekan, aku sengaja membuat Derrick merasa tak nyaman.

"Dame ada pekerjaan lain, ku dengar kau mengusir Ida?."

Sejenak aku terdiam, aku baru ingat kalau pelayan itu bernama Ida. Ntah mengapa ingatanku dimasa lalu begitu samar-samar.

"Karena dia selalu membuatku jengkel, aku tidak mau lagi dia yang membantuku melakukan sesuatu."

"Benar kah? Ku pikir kau akan menyukainya, karena ia adalah pelayan yang kompeten serta jujur."

Aku mengerutkan alisku, mataku menatapnya tajam. Aku membuat ekspresi tak suka dengan jawaban yang dituturkan Derrick.

"Kau lebih memilih membela seorang pelayan daripada istrimu sendiri?."

Wajah Derrick tak menunjukkan ekspresi apa-apa, ia terlihat santai.
"Baiklah, aku akan menuruti kemauanmu. Sekarang sudah malam, waktunya kita beristirahat."

Seketika aku terkaget melihat Ia naik ke ranjang yang akan aku tiduri.
"Mengapa ia tidur disini? Bukankah kamarnya ada seberang kamarku?."

Aku mendehem.
"Tuan, sebaiknya anda kembali kekamar anda, saya akan mengganti pakaian dan tidur dengan pulas."

Kali ini ekspresi Derrick berbeda, ia tampak terkejut, namun bibirnya tersenyum.
"Hahaha, apa kau lupa hari ini jadwal kita tidur bersama?"

"Ha? Sial, bahkan akupun tak mengingat hal mengerihkan ini."

Ia beranjak, langkah kakinya yang lebar membuat ia seketika tepat dihadapanku.

"Sepertinya kau benar-benar sedang sakit, Hari ini kau terlihat sangat berbeda."

Mataku melihat kesana-kemari seperti orang linglung, aku tidak tahu harus berkata apa untuk mematahkan opininya itu.

Perlahan ia memegang kedua pundakku dan melepaskan tali yang membentuk pita kecil.
"Apa yang akan dilakukannya? Jangan-jangan ia mau."
Dengan cepat aku menepis tangannya.

"Aku bisa melepasnya sendiri, tapi anda harus menghadap ke belakang."
Ucapku kesal karena tingkahnya membuatku kaget.

Ia terseyum kecil, wajahnya seakan mengejekku.
"Baiklah, padahal kau tidak perlu malu dengan suamimu sendiri."

Meski begitu, ia menuruti ucapanku.
Dengan cepat aku melepaskan pakaianku dan menggantinya dengan piyama.

                             ***

Aku berbaring dan memunggunginya. Selimut tebal ku singkapkan ke seluruh tubuhku, kecuali wajahku saja yang tampak.

"Elena."
Suara pelannya yang memanggil namaku, membuatku bergidik ngeri. Meski kami suami istri, aku tidak rela jika ia menyentuhku.

Dengan sengaja, aku tak menjawabnya sehingga ia akan berpikir aku telah terlelap.

Tangannya memelukku dari belakang, sehingga aku merasa sesak.

"Ku mohon, jangan lakukan apapun padaku, aku tidak sudi punya anak denganmu."

Seketika itu aku mengeluarkan tanganku dari selimut dan menepis tangannya dengan kasar.
"Duke, bisakah anda tidur dengan tenang? Bukankah anda tahu saya sedang tidak enak badan? Kalau begini kapan saya sembuhnya?."

Dengan badan yang masih memunggunginya, aku mengeluarkan kalimat yang akan membuatnya merasa bersalah.

Namun, Tak ada jawaban darinya, sehingga dengan terpaksa aku memalingkan wajahku ke hadapannya.
Hingga terlihatlah ia yang telah tertidur dengan lelap.

"Apa tadi ia sedang mengigau, sehingga tak sengaja memelukku?."

Karena merasa malu, aku kembali memunggunginya dan menutup mataku.

"Malam ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, aku masih bingung dengan diriku yang tiba-tiba mengulang waktu. Apakah ini pertanda untukku mencegah kejadian dimasa lalu, atau kesempatan agar aku bisa pergi dari kehidupan Duke?."

____________________________________

Kalau kalian jadi Elena, apakah kalian akan melakukan hal yang sama? 😱

Atau melupakan kejadian di masa lalu dan membuka lembaran baru? 🤭

Komen jawaban kalian dibawah ini, dan jangan lupa vote sebanyak-banyaknya 😘
Supaya aku semangat lanjutin cerita ini sampai tamat 🤗


pecintasenjamu

Duke, Kita Lihat Saja Nanti! [EBOOK]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ