8. Beo Kuning

363 30 0
                                    

"Ajaib, baru dua kali pemakaian bengkaknya mulai berkurang," ucap Jorell.

Sore hari, seluruh anggota keluarga berkumpul di kamarku. Mereka tak banyak berkomentar selain mengucapkan rasa senangnya. Ah, terkecuali Dariel, dia sudah berangkat ke Holland bersama Lionel.

Dua jam setelah membawa obat itu ke ruangannya, Jorell menepati janji. Ia memastikan obat tersebut aman. Lalu dengan mengikuti petunjuk pemakaian pada surat, Jorell mengoleskannya pada kakiku.

Sekarang hasilnya terlihat. Memang baru berkurang sedikit, tapi yang namanya obat tradisional tidak mungkin menunjukkan hasil instan, kecuali mengandung sihir.

"Bagaimana cara kita berterima kasih pada pengirim obat itu? Hatinya begitu mulia. Aku yakin, obat itu terbuat dari bahan-bahan yang sulit ditemukan," ujar Duke Edmont.

"Benar, Yang Mulia." Duchess Edmont menyahut. "Di surat itu tertulis, bahannya tidak mampu ditemukan oleh tabib biasa. Melihat kata-katanya, aku yakin dia bukan orang sembarangan."

"Kau beruntung, Giselle. Rakyat Apore sangat menyayangimu," ujar Duke Edmont lagi.

Dasar, keluarga banyak basa-basi. Itu karena kalian tidak menyayangiku, makanya Tuhan memberi hati penuh kasih sayang pada rakyat Apore sehingga mereka sangat mencintai diriku.

"Giselle, jika orang itu menghubungimu, katakan padanya aku mengundangnya secara terhormat ke Mansion Naga. Kuharap dia mau menerima undangan ini," tukas Duke Edmont.

Aku mengangguk. "Baik, Duke."

Diam-diam aku merasa bangga. Sudah kubilang memakai obat dari Pashenka adalah pilihan tepat. Hanya karena mereka tidak kenal Pashenka, bukan berarti dia menipu.

Bengkak di kakiku terlihat berkurang meski masih kehitaman. Beberapa kali pemakaian lagi, pasti akan pulih sepenuhnya. Tuhan, terima kasih sudah menciptakan Pashenka di zaman ini.

"Meskipun begitu, lain kali jangan sembarang menerima obat, Nona. Memastikan keselamatan anggota keluarga Edmont adalah tanggung jawab saya," pesan Jorell.

"Terima kasih sudah sangat memperhatikan diriku, Tuan Jorell," kataku dengan senyum gembira.

"Sudah menjadi tugas saya, Nona."

Duchess Edmont mendekati dan memberikan sesuatu. Kotak berukuran kecil, pasti perhiasan lagi. Ia bilang, itu adalah hadiah untukku. Supaya perasaanku selalu baik dan bisa sembuh dengan cepat.

"Terima kasih, Duchess. Hadiah ini sangat berharga untuk saya," ujarku.

"Katakan padaku, apa yang kau inginkan?" tanya Duke Edmont.

Kalau boleh, aku ingin menyebutkan banyak hal. Kapal, pelabuhan, harta segunung, tempat usaha, dan perceraian dengan Dariel. Ah, sayang, aku masih punya muka.

"Saya akan menerima apa pun yang Anda berikan. Apa pun yang Anda hadiahkan, itu tanda saya dihargai dan disayangi oleh keluarga ini," jawabku.

"Kudengar dari Leila, kau ingin memiliki kuda, pedang, belati, dan seperangkat alat memanah," sahut Duke Edmont.

"Ah, saya meminta saran tentang ahli senjata terbaik di negeri ini. Tak kusangka dia benar-benar mencarinya dengan serius," balasku sambil menyimpan senyum.

Aku pernah membahas itu dengan Leila sebelum makan siang. Rasanya tidak seru hidup sebagai perempuan lemah. Rencananya, aku akan belajar ilmu bela diri dengan Lionel, lalu belajar menggunakan panah, belati, dan pedang sepulangnya dari Holland.

Entah kapan dia memberitahu Duke dan Duchess Edmont terkait rencanaku. Sampai-sampai pria itu agak tak percaya meskipun mengatakannya dengan tenang. Reaksi Duchess yang paling jujur, termangu dan tak percaya.

Me And The Bad Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang