12. Mengunjungi Peramal Jane

356 34 1
                                    

Kereta kuda putih berpadu emas berjalan pelan melewati kerumunan orang di pasar. Bendera putih bergambar naga emas berkibar ditiup angin.

Beberapa orang melihat ke arah kereta, penasaran siapa di dalamnya. Namun kain tabir tipis putih menghalangi pandangan. Mereka kembali sibuk melakukan tawar-menawar.

Aku menghela napas panjang, lalu bergidik ngeri teringat kejadian tadi. Dariel benar-benar kerasukan setan. Untung bisa melarikan diri. Entah apa yang terjadi kalau aku tetap di sana. Menendang bokongnya--mungkin.

Hal yang sama ingin kulakukan pada Duchess Edmont. Dia tahu Joana hendak meracuniku. Akan tetapi, alih-alih mengusut sampai tuntas, kejadian itu malah dianggap tak pernah terjadi.

Keluarga Edmont sangat memuakkan. Berada di sana membuat usiaku berkurang tiga puluh tahun. Namun, aku harus bersabar sampai kakiku benar-benar bisa keluar dari mansion naga dengan label janda.

Janda kembang, siapa yang tak mau menikahi Giselle yang terkenal seantero negeri? Kurasa putra mahkota pun akan menyukaiku dalam sekali pandang.

"Sepertinya perasaan Anda sangat baik, Nona," tegur Leila.

"Setiap menghirup udara yang berbeda dari keluarga Edmont, hatiku selalu bahagia, Leila," ujarku.

"Saya pikir, karena Tuan Dariel menyatakan cinta pada Anda."

"Cinta?" Aku bergidik lagi. "Anak laki-laki adalah robot ibunya. Jika Duchess Edmont yang dikenal lembut dan bijaksana bisa sekejam itu padaku, apalagi anaknya? Kau pikir mereka tidak bekerja sama?"

"Sebaiknya, kita tidak boleh berburuk sangka, Nona. Selama ini, Tuan Dariel selalu melakukan semuanya sekehendak hati, bukan karena permintaan Duchess atau Duke Edmont."

"Benar, itu memang tidak salah, tapi kami menikah atas rancangan dari kedua orang tua kami. Apa ada alasan kenapa dia setuju? Tentu saja karena Dariel anak yang patuh."

"Pasti ada alasan, Nona. Hanya saja, kita tidak tahu."

"Dan aku tidak mau tahu!" ujarku sembari membuang pandangan keluar jendela.

Ucapan Leila tidak salah. Dariel bukan laki-laki yang bisa disetir oleh ibunya. Setiap bepergian, itu dilakukan karena keinginan pribadi. Kunjungan ke daerah lain pun dilakukan atas kemauan Dariel.

Perintah Duke Edmont saja disaring, mana yang dia suka dan mana yang tidak. Itu ayahnya. Kepala keluarga Edmont yang dihormati di seluruh Apore.

Akan tetapi, bisa saja Dariel sedikit lunak pada ibunya, ratu di keluarga Edmont. Terlebih menyangkut Joana. Dariel, kan, juga suka pada gadis itu. Mana mungkin mereka tidak bekerja sama jika tujuannya sama.

Aku menghela napas panjang. Beberapa waktu lagi, Dariel akan menikah dengan Joana. Bingung rasanya harus mencegah atau membiarkan saja.

Kalau pernikahan itu terjadi, Giselle asli pasti akan kecewa. Namun aku tidak mau peduli soal itu. Toh, bukan aku yang mencintai Dariel. Kenapa aku harus repot-repot mengurus hal remeh itu?

"Tapi, alasan aku ada di sini, karena dendam Giselle," lirihku.

"Anda bicara pada saya, Nona?" tanya Leila bingung.

Aku menggelengkan kepala. Baiklah, apapun yang terjadi, mari mengesampingkan urusan pribadi. Kematian Giselle asli tak boleh sia-sia. Dia harus bahagia di alam sana.

Seseorang mengetuk jendela lalu berkata, "Nona, kita sudah sampai."

Rumah sederhana yang membuat seseorang betah, itu kesan pertama yang aku tangkap. Mataku terpaku pada setiap elemen di sekitarnya.

Me And The Bad Husband [On Going]Where stories live. Discover now