Lelaki Bayaran (Aqiladyna)

347 27 0
                                    

Di ruangan luas terlihat dua lelaki dan aku terdiam dalam keheningan setelah pembicaraan menguras emosi. Aku terpaku, menatap nanar pada lelaki selain suamiku yang hanya berdiri dengan sorot mata dingin. Rasanya kakiku tak berpijak mendengar permintaan konyol bahkan menjijikkan dari suamiku, Baren.

Aku harus tidur dengan lelaki asing di hadapanku ini. Aneh bukan?

Masih dalam keadaan tidak percaya dan menahan air mata, aku mendekati Baren yang duduk menyangga dagunya menatapku penuh harapan.

"Katakan semua ini hanya candaanmu, Baren, ini sungguh tak lucu?" tanyaku dengan bibir bergetar.

Baren menghela napas, berdiri mendekatiku dan berhenti di hadapanku dengan jarak sangat dekat. Tangannya terulur menyentuh pipiku lembut.

"Pernahkah selama ini aku bercanda, Karla? Bahkan menikahimu pun aku sangat serius,” jawab Baren serak.

Aku tercekat dengan jawabannya, mundur selangkah dengan air mata mengucur membasahi pipiku.

"Jadi kamu menikahiku hanya ingin menjadikanku pelacur lelaki lain?" lirihku pilu mengingat beberapa pekan lalu kami melalui pernikahan yang indah bahkan sangat indah yang tak bisa kulupakan.

"Oh, Karla, tidakkah kamu mengerti aku, Sayang? Kita sudah beberapa pekan menikah, tapi aku tidak pernah bisa menyentuhmu. Aku mempunyai kelainan sex, aku hanya bisa menyentuhmu bila melihatmu duluan disentuh pria lain. Dan aku telah membelinya,” jelas Baren mendelikkan matanya pada sosok lelaki yang hanya berdiri diam sejak tadi. "Dia lelaki bayaran. Aku bersumpah tak berniat menyakitimu, semua kulakukan demi hubungan kita.” Baren kembali meyakiniku.

Aku tertunduk lesu, pikiranku berkecamuk. Aku ingin menolak ide gila ini, tapi di sisi lain aku sangat mencintai Baren. Selama menjadi istrinya, Baren tidak pernah mengecewakan aku, dia selalu berusaha menjadi suami yang baik meski memang benar  Baren tak pernah menyentuhku walau aku berusaha merayunya. Ternyata inilah jawaban dari pertanyaanku selama ini, Barenku memiliki sex menyimpang, tapi aku tak mungkin meninggalkannya.

"Kumohon, Karla. Aku berjanji setelah aku sembuh, aku tidak akan menggunakan lelaki mana pun untuk menyentuhmu," pintanya memelas.

"Apa kamu mencintaiku?" tanyaku. Aku mulai ragu dengan perasaannya.

"Demi Tuhan, jangan bertanya hal itu, sejak pertama melihatmu aku jatuh cinta bahkan sampai detik ini aku masih jatuh cinta." Baren menatapku memelas agar aku percaya padanya.

Aku terdiam beberapa saat, berusaha berpikir, akhirnya aku mengangguk tanpa syarat karena aku terlalu percaya pada Baren. Senyumnya mengembang, meraih mengecup keningku dan memelukku. Pandanganku melirik lelaki bayaran yang belum aku tahu namanya. Lelaki dengan postur tubuh tinggi hampir sama dengan Baren, namun umurnya terlihat lebih muda, memiliki rambut hitam dengan tubuh atletis berwarna kecokelatan. Dia terlihat sempurna dengan wajah tampannya yang terkesan dingin. Entah dari mana Baren menemukan lelaki ini yang akan meniduriku.

Aku lebih dulu diminta Baren masuk ke kamar. Mengganti pakaianku dengan lingerie super tipis dan seksi. Menatap pantulan tubuhku yang kini terbalut lingerie bercorak hitam begitu kontras dengan warna kulitku yang seputih kanvas.

Persis seperti jalang.

Aku tidak bisa menghentikan permainan ini. Hanya berharap semua ini akan cepat selesai dan kehidupan pernikahanku dengan Baren kembali normal.

Aku duduk di tepi ranjang menunggu lelaki bayaran itu memasuki kamar. Mendelik setiap sudut kamar yang dipasangi kamera CCTV dari ruangan lain—Baren akan melihat persetubuhanku dengan lelaki itu.

Klek!

Suara pintu terbuka. Aku meneguk saliva. Keringat dingin membasahi tubuhku meski ac kamar sudah dihidupkan. Kepalaku semakin tertunduk, pendengaranku menangkap langkah kaki yang mendekat memasuki kamar. Bisa kulihat sepasang kaki lelaki bayaran melangkah ke meja seperti membuka botol minuman dan menenggaknya.

Lelaki itu duduk di sofa, aku sangat yakin sorot matanya sangat lekat menatapku.

"Tidakkah Nyonya ingin mengenalku lebih dulu?" katanya, ia memiliki suara berat cenderung serak.

Memejamkan mata sejenak, aku berusaha tegar, mengangkat wajah menatap mencemooh padanya.

"Untuk apa aku mengenal lelaki rendahan sepertimu? Suamiku membayarmu hanya untuk pekerjaan, jadi jangan terlalu basa-basi," kataku ketus. Lelaki itu tertawa menenggak minumannya lagi.

"Baiklah, aku akan melakukan tugasku dengan baik. Dan siap membuatmu menjerit... di bawahku," tekannya membuat bulu kudukku merinding.

Mata tajam itu mengawasi nakal padaku meneliti setiap sudut tubuhku yang hanya terbalut lingerie tipis. Ia mendekat melepaskan satu per satu kancing kemejanya membuatku semakin tercekat memundurkan tubuhku di atas ranjang.

"Oh... Nyonya, Anda tidak bisa lari lagi, kita selesaikan permainan panas ini," ucapnya menangkap kakiku dan menarikku hingga aku memekik di bawah tubuhnya. Ia tersenyum menyentuh daguku, tanpa peringatan ia merunduk menyapu lembut bibirku yang berganti lumatan terkesan kasar dan memaksa.

"Buka mulutmu, Nyonya, dan balas ciumanku, ini perintah suamimu," bisiknya di sela bibirku.

Tak ada pilihan, aku membuka bibirku, menyambut lidahnya yang menyeruak masuk ke celah bibirku. Ciuman yang sangat panas. Bertukar saliva dan saling membelit. Hampir aku kehabisan napas kalau saja lelaki ini tidak menyudahi ciumannya.

"Anda indah, Nyonya," pujinya mengagumiku. Salah satu tangannya kini meremas payudaraku yang masih terbalut lingerie. Matanya tidak lepas dari wajahku yang sudah memerah pasrah.

🌺🌺🌺

Pdf ready 10k
Author: Nda-Aqila

Chat wa 0822 1377 8824 (Emerald)

WA 0895-2600-4971 (Aqiladyna)

Malam yang Terkoyak by Aqiladyna & Putri Permatasari (Emerald)Where stories live. Discover now