BAB 5 ~ KESEDIHAN

9K 587 14
                                    

KOLABORASI 2 PENULIS
Aqiladyna + Emerald

🐇🐇🐇

Nara sudah hancur, semua harga dirinya direnggut paksa, malam yang terasa panjang bagi Nara yang dipaksa melayani nafsu bejat pria gila itu. Bercak merah darah yang tertinggal di seprai putih menandakan Nara sudah tidak perawan lagi, hal itu membuat dadanya sakit.

Menjelang pagi, Nara tidak juga bisa memejamkan mata, ia hanya berpura-pura tidur agar pria bernama Yaszha tidak memaksanya lagi melakukan hubungan seks.

Tidak ada selimut atau apa pun yang menutupi tubuh telanjang Nara. Siapa lagi kalau bukan pria itu yang menolak membiarkan Nara mengenakannya?

Layaknya janin, Nara meringkuk antara kedinginan dan melindungi ketelanjangannya.

Suara langkah seseorang mendekati ranjang membuat Nara bergidik. Siapa lagi kalau bukan pria itu yang menghampirinya? Ia makin memejamkan mata, mencengkeram seprai melawan rasa ketakutan yang luar biasa. Tubuhnya terasa ringan, spontan mata indahnya terbuka bertepatan menatap manik mata pria itu.

“Lepaskan aku, berengsek! Kau mau bawa aku ke mana?" teriak Nara memberontak.

Yaszha tersenyum mengejek, gendongannya pada tubuh mungil Nara jauh lebih kuat daripada kekuatan Nara yang tidak seberapa untuk melepaskan diri. Begitu saja pria itu menjatuhkan tubuh Nara ke dalam bak mandi besar hingga hampir keseluruhannya tenggelam.

Nara keluar dari air mengusap wajahnya yang basah, napasnya megap-megap dengan detak jantung yang memompa cepat. Ini terlalu pagi untuk mandi air dingin! Nara melirik pada Yaszha yang bergeming memperhatikannya, kepala pria itu dimiringkan ke kiri.

“Dasar tidak waras!” Nara berdiri ingin beranjak dari bak mandi, tapi Yaszha menahannya dan malah ikut masuk ke bak menarik Nara duduk di pangkuannya. Ia kembali meronta merasakan milik keras pria itu, namun kedua lengan kuat melingkar di tubuh rampingnya, memerangkapnya. "Lepaskan aku! Aku ingin pulang, biarkan aku pergi dari sini! Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kaumau!” jerit Nara memalingkan wajah enggan menatap Yaszha.

“Tempatmu di sini bersamaku, kau tidak akan kuizinkan pergi dari sini.” Yaszha mencengkeram rahang Nara memaksa gadis itu untuk menatapnya.

Nara malah memejamkan mata, tidak mau membukanya.

“Kenapa kau memejamkan matamu?”

“Karena aku tidak sudi melihat wajahmu yang begitu menyeramkan," sahut Nara jujur.

Yaszha mengangkat alis tebalnya, pria itu sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Nara, malah ia tersenyum geli melihat ekspresi wajah cantik Nara yang seperti anak kecil.

“Memang seseram apa wajahku bagimu?” tanya Yaszha, tangannya menyelusuri dada Nara mencubitnya gemas, sepasang matanya menatap wajah Nara yang mati-matian menahan desahannya. “Buka matamu!” bentaknya.

Nara membuka mata, terlihat sinar ketakutan begitu kuat yang Yaszha tangkap.

“Seseram apa diriku?” tanya pria itu lagi.

“Cambangmu sangat lebat, kau terlihat seperti... monster," jawab Nara tersendat.

Yaszha terkekeh, ia mendekatkan wajahnya membuat Nara menciut, tapi gadis itu tidak bisa menjauh karena pria itu menahannya kuat. Bibir Yaszha mendarat di bibir Nara, membungkamnya dengan lumatan panas.

Nara mendorong dada bidang Yaszha yang bergeming dalam posisinya masih menciumi bibirnya semakin ganas. Lidah dan gigi-gigi pria itu ikut bermain.
🍁🍁🍁

Tidak ada yang mengetahui sejak kapan asal-usul rumor tentang pria sakit jiwa bisa menghuni di dalam hutan, kabar itu begitu saja berembus kencang seakan meneror ketenangan desa. Entah sekadar gosip, tapi tetap saja membuat warga makin resah, apalagi setelah putri pasangan dari Kumala dan Deni tidak kembali ke rumah sejak kemarin malam.

Warga tidak ada yang berani memasuki hutan yang diperkirakan telah Nara masuki, padahal gadis itu sudah diperingati untuk tidak melewati hutan saat pergi ataupun pulang sekolah.

“Minta bantuan pada Pak Bagas saja, Pak," usul salah seorang warga pada Deni.

Bagas adalah ketua RT setempat yang sangat dihormati, dia menggantikan posisi kakaknya yang meninggal karena kecelakaan beruntun yang membawa serta istri dan putra bungsunya, sedangkan anak pertamanya menghilang begitu saja setelah kematian orang tua dan adiknya.

"Jangan minta bantuan Pak RT, deh, soalnya bukan kenapa-kenapa, putranya itu congkak, pasti dia menyuruh bapaknya agar tidak membantu," ibu-ibu berpostur gendut menyahut.

Kumala yang duduk sedih dengan pandangan kosong tidak menimpali sama sekali, pikirannya dipenuhi oleh putrinya. Deni melirik kasihan pada istrinya karena sejak kemarin malam Kumala menolak makan.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu, terima kasih sudah mau repot membantu kami, saya akan mencoba mencari solusi yang terbaik, sekarang sudah hampir sore, lebih baik kita istirahat dulu," kata Deni.

Para warga pun membubarkan diri, tidak sedikit yang menyampaikan rasa simpatiknya meminta pasangan itu untuk bersabar.

Rumah kembali sepi. Deni mengajak sang istri untuk masuk ke dalam karena langit sudah berubah menjadi gelap, kemungkinan hujan akan turun.

"Bu, istirahat dulu," kata Deni membantu Kumala berbaring di tempat tidur.

Setetes air mata Kumala mengalir dan segera dihapus suaminya.

"Bapak janji akan mencari Nara sampai ketemu, Bapak akan temui Tuan Bagas, syukur kalau beliau mau membantu, kalau tidak, kita harus lapor polisi.”

"Bapak, janji, ya, akan bawa Nara pulang. Ibu kepikiran dia terus, Ibu takut Nara dijahati orang,” isak Kumala.

Deni memeluk istrinya erat. "Sabar, Bu, kita sama-sama berdoa.”

🐇🐇🐇

Author: Nda-Aqila & Emerald8623
26 Agustus 2018, 08.25

Repost, Sabtu 20 Januari 2024, 07.11 wib.

Happy Reading 🥰🥰🥰

Malam yang Terkoyak by Aqiladyna & Putri Permatasari (Emerald)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang