BAB 4 ~ TERKOYAK

11.9K 654 32
                                    


“Tidak!” Nara menjerit nyaring, tubuhnya bergetar, bukan karena ia terlalu takut, melainkan karena perasaan aneh saat pria itu bermain di area intimnya yang sudah lembap.

Mungkinkah dia pipis? Oh... tidak! Nara merona malu, tapi ia tidak bisa mencegah pria itu agar tidak melecehkannya.
Tubuh Nara berkhianat, dan ia membenci ini. Air matanya menetes di tengah kenikmatan yang melandanya. Ia tidak menyadari suara lenguhan kelegaan keluar dari bibir manisnya membuat pria itu menyeringai penuh kemenangan.

Tubuh Nara melemah karena baru saja ia mendapatkan orgasme pertamanya.

Bunyi decakan mengisi ruangan saat lidah pria itu masih menikmati sisa cairan Nara.

Stop!” pinta Nara lirih, hampir terdengar seperti bisikan.

Tapi pria itu tidak mau berhenti, ia malah menegakkan tubuhnya melepaskan ikatan yang membelit kedua tangan Nara di tiang bambu, lantas menggendong tubuh kecil Nara menuju sebuah ruangan.

Dengan sisa tenaganya Nara masih berusaha memberontak, ia memukul dada bidang pria itu yang hanya tertawa karena perlawanan Nara tidak ada artinya untuknya.

Bruk!

Tubuh Nara dihempaskan ke dipan beralaskan seprai putih lusuh membuat tubuhnya sedikit sakit, ia menciut. Ia hendak kabur merangkak, tapi pria itu lebih dulu meraih kedua kakinya, memelintirnya ke depan hingga Nara mengerang kesakitan, tubuhnya kembali terhempas telentang begitu mudahnya.

“Jangan nodai aku, bajingan, kau tidak waras!” jerit Nara.

"Ssstt... jangan mengumpat dengan kalimat kotor, Manis, aku tahu kamu pura-pura menolakku, nyatanya nanti saat aku memasukimu dan mengambil keperawananmu, kau akan ketagihan.” Pria itu terkekeh seraya menangkap kedua tangan Nara, menahannya di samping kepala gadis itu.

"Aku sudah tidak perawan! Berapa kali aku harus bilang, pria bedebah? Kenapa kau tidak paham juga apa yang kuucapkan?” geram Nara dengan tatapan membunuh.

“Nanti kita buktikan ucapanmu," katanya serak seraya melucuti sisa pakaian Nara berikut sepatu kets dan kaus kakinya tanpa memedulikan teriakan gadis itu.

Semua sudah sangat terlambat, Nara hanya bisa meneteskan air matanya terus-menerus tanpa mau berhenti. Kini tubuhnya sudah telanjang di hadapan pria seram itu—betapa lapar mata pria itu yang Nara tidak tahu namanya menatap tubuh bugilnya.

“Ahhh...."
Nara sudah mati-matian menahan agar tidak mendesah, tapi begitu saja lolos tanpa bisa dicegah saat pria itu menikmati ujung dadanya.

Layaknya bayi yang kehausan pria itu menikmati dada Nara.

“Jangan... kumohon... aaahh...!" Nara memejamkan mata menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. Seketika pria itu menyambar rahangnya, menangkupnya begitu kuat seperti mau meremukkan Nara.

Pria itu melumat bibir tipis Nara dengan paksa, menggigitnya hingga terbuka kesakitan, mempermudah lidah pria itu menyeruak masuk membelit lidah Nara.

Entah kapan pria itu menanggalkan celana panjangnya, Nara ketakutan, ia menahan napas saat sesuatu yang keras dan besar mulai memasukinya.

"Tidak!” jerit Nara nyaring, rasanya area intimnya ngilu luar biasa saat milik pria itu mengoyak selaputnya dan terus menyelesak masuk hingga semua tertanam di dalam tubuhnya. Perih menyengatnya dengan tajam, membuat Nara mengatur napasnya yang memburu. Keringat dingin mengaliri tubuhnya.

Nara menangis meminta pria itu melepaskan diri darinya, tapi bukannya kasihan atau menjauh, pria itu malah bergerak di dalam tubuh Nara. Rasa ngilu yang perlahan berubah menjadi sebuah rasa yang aneh tidak pernah ia cecap sebelumnya.

Tidak ada perlawanan atau tangisan lagi, hanya ada desahan saling bersahutan berpacu dalam nafsu. Akal sehat Nara seolah hilang, dengan bodohnya ia menyambut ciuman pria itu.
Ini terasa nikmat saat milik pria itu bergerak liar di dalam pusat tubuhnya. Nara kalah pada nafsu pria itu yang sudah berhasil merebut mahkota paling berharga yang ia pertahankan selama ini.

Pria itu mengerang mendapatkan pelepasannya di dalam inti Nara, lalu melepaskan penyatuan mereka. Pria itu tidak beranjak pergi, malah meraih Nara yang terisak menyesali kejadian tadi ke dalam pelukannya.

“Sekarang kau milikku, dan ingat baik-baik, panggil aku Yaszha," gumamnya serak.

🍁🍁🍁

“Bagaimana, Pak, apa Nara sudah ketemu? Di mana?” tanya Kumala, ibu Nara yang menyambut kedatangan suaminya yang sejak jam delapan malam tadi mencari keberadaan putri semata wayang mereka.

Pria paruh baya bernama Deni hanya menggeleng lemah, duduk di sofa dalam renungannya sendiri.

"Pak, kita harus lapor polisi!" kata Kumala panik.

“Laporan akan diterima kalau Nara tidak dikembalikan dalam 1x24 jam, sebaiknya kita tunggu Bu, mungkin Nara lagi main di rumah temannya.”

“Bagaimana bisa Ibu menunggu, Ibu takut Nara kenapa-napa di luar sana, terlebih banyak warga mengatakan ada orang tidak waras tinggal di dalam hutan itu, bagaimana kalau Nara diculik, Pak?" isak Kumala tidak bisa membendung air matanya.

“Mungkin itu hanya rumor, kita berpikir positif, ya, Bu.” Deni hanya bisa berdoa semoga putri mereka dilindungi, semoga Nara tidak masuk ke dalam hutan itu dan tidak terjadi hal yang mereka takutkan.

🐰🐰🐰

Author:
Nda-Aqila & Emerald8623
23 Agustus 2018, 14.00
Repost, Selasa, 9 Januari 2024, 05.57 wib.

🌺🌺🌺

Pdf ready 45k
WA Nda-Aqila 0895‑2600‑4971
WA Emerald8623 0822-1377-8824/ 0877-6528-6021

Atau ebook di playstore 88k --> 66k

Happy Reading 😍😍😍

Malam yang Terkoyak by Aqiladyna & Putri Permatasari (Emerald)Where stories live. Discover now