BAB 8 ~ Rahasia di Balik Mitos

10.7K 641 18
                                    

Cerita ini adalah kolaborasi dua penulis. Nda-Aqila & Emerald_86,
5 September 2018, 17.20

🌲🌲🌲🐇🐇🐇😸😸😸

"Beneran Bapak mau masuk ke hutan itu?" kata Kemuning, sang istri.

"Iya Bu, bagaimanapun aku harus masuk hutan itu untuk menemukan putri Pak Deni dan membawanya pulang."

"Tapi gadis itu bukan siapa-siapa kita, Pak, kalau Bapak kenapa-kenapa dalam hutan itu bagaimana, tidak hanya banyak binatang buas di sana, tapi kemungkinan terburuk pun bisa terjadi?" ujar Kemuning cemas.

"Ibu ini bagaimana? Bapak ini kan ketua RT, jadi kalau Bapak berhasil menemukan si Nara itu, tentu nama baik Bapak akan makin tersohor di desa ini dan pemilihan ketua RT selanjutnya Bapak yang akan memimpin kembali."

"Benar itu, Bu," sahut putra mereka bernama Aryan. "Kita harus gunakan otak, Bu, lagi pula di hutan itu cuma mitos, kan kita sendiri yang menciptakan mitos itu," lanjutnya menyengir sambil memakan camilan kacang di dalam mulutnya.

Kemuning memperhatikan suami dan anaknya bergantian, cerita itu memang hanya mitos yang keluarganya sebarkan di kalangan warga desa hingga mereka percaya dan tidak ada yang berani memasuki hutan tersebut. Mitos itu tidak pernah padam meski sudah bertahun-tahun lamanya, tapi entah kenapa Kemuning merasa sangat cemas seperti sesuatu mengganjal di hatinya bila suaminya tetap nekat memasuki hutan.

"Ibu jangan cemas," ucap Aryan seraya bangkit dari tempat duduknya dan melangkah berhenti di belakang Kemuning menyentuh pundak ibunya, "aku akan menemani Bapak masuk ke dalam hutan."

"Kenapa kau juga ikut-ikutan masuk hutan? Ibu hanya takut, kau tahu sendiri orang gila di dalam hutan itu..." ucapan Kemuning tersendat.

"Jangan membahas itu lagi, Bu, bagi kita semua sudah mati, tidak ada seorang pun yang bisa bertahan hidup di dalam hutan, bahkan orang gila sekalipun!" bentak Bagas kesal lalu mengambil gelas teh dan menyesapnya tidak sabaran.

Kemuning terdiam, ia enggan juga membahas masa lalu, ia berdiri kemudian melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Aryan hanya melirik bapaknya, raut wajah tua yang sebenarnya menyimpan kerisauan mendalam. Hanya keluarga mereka yang mengetahui ada apa sebenarnya di balik hutan tersebut. Tanpa mau membahas lebih lanjut, Aryan berdiri melangkah kembali ke kamarnya.

Dibukanya laci mejanya di mana tersimpan foto lama kebersamaannya bersama dua bocah laki-laki yang sebaya dengannya. Keningnya mengerut dalam dan hatinya bergejolak. Kenangan masa kecil terekam jelas di ingatannya, ia yang dulu penuh kekurangan yang selalu dimarahi kedua orang tuanya, berbeda dengan dua bocah lelaki di sampingnya yang segala sesuatunya selalu dipenuhi dengan dilimpahi kasih sayang, dan Aryan kecil hanya bisa menatap sedih tawa kebahagiaan mereka. Tapi, kini semua berbeda, Aryan mempunyai segalanya, semua di genggaman tangannya meski ayahnyalah yang masih berkuasa sepenuhnya.

"Kau pasti sudah mati," gumam Aryan lalu meremas foto itu di dalam genggaman tangannya.

***

Nara memperhatikan Yaszha yang menyiapkan hidangan di atas meja. Sejak pagi Nara dikunci dalam kamar dengan ikatan kuat membelit tangan serta kakinya, dan setelah pria itu kembali sore hari, barulah Nara bisa sedikit bernapas lega karena ikatannya dilepas.

"Makanlah, kau pasti lapar," ujar Yaszha.

Nara mengangguk, ia memang banyak diam, sibuk dengan pemikirannya, antara lain ia ingin lari dari sini, tapi tetap saja semua rencananya berakhir buntu karena memang sangat sulit melarikan diri dari pria ini.

Apakah benar mitos itu jika pria di hadapannya ini adalah orang sakit jiwa yang menyandera dan membunuh para tawanannya hingga dulunya para warga yang terperangkap dalam kuasanya tidak bisa kembali ke desa karena harus meregang nyawa?

Mitos itu makin kencang berembus dari para warga, tapi Nara malah mengabaikannya dan menantang memasuki hutan untuk mengambil jalan singkat pulang dari sekolah menuju rumahnya.

Sekarang Nara begitu menyesal, andai waktu bisa diputar, ia tidak ingin memasuki hutan ini.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Yaszha memperhatikan curiga pada Nara.

Nara menggeleng, ia merundukkan kepalanya karena air mata yang memenuhi kelopak matanya.

Yaszha mendekati Nara mencengkeram rahangnya untuk membalas tatapan gadis itu.

"Aku tahu kau berbohong, katakan apa yang kau pikirkan," geram Yaszha.

"A... ku hanya merindukan kedua orang tuaku," sahut Nara gugup.

Yaszha mengerutkan keningnya, lalu melepaskan cengkeraman di rahang Nara, ia berbalik marah menghamburkan makanan di atas meja hingga berserakan ke lantai.

Nara meredam jeritan, menutup mulut dengan telapak tangannya menatap waspada pada Yaszha yang menumpukan kedua tangan ke atas meja.

Tanpa bersuara, hanya lirikan matanya yang tajam, Yaszha melangkah meninggalkan Nara yang masih berdiri bergeming.

Nara merosot berjongkok di lantai, air matanya mengalir deras, mitos itu benar adanya, Yaszhalah pria gila itu, tapi entah bagaimana pria itu bisa berada di sini, pasti ada sebuah rahasia yang tidak diketahui siapa pun, hanya Yaszha dan Tuhan yang tahu.

🌲🌲🌲

Pdf ready 45k
Wa 0822 1377 8824 Emerald8623
Atau
Wa 0895-2600-4971 Nda-Aqila

Tersedia juga di playstore

Repost, Jumat, 1 Maret 2024, 19.12 wib.

Malam yang Terkoyak by Aqiladyna & Putri Permatasari (Emerald)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang