Rencana

6 3 0
                                    


"Bapak yakin rencananya bakal berhasil dan berjalan semulus itu?" Alin bertanya ragu pada Pras untuk yang kesekian kalinya.

"Ya nggak seratus persen yakin, tapi kita gak akan tau kalau belum coba"

"Saya bukan kucing yang punya nyawa sembilan ya pak..nyawa saya cuma satu dan gak bisa buat coba-coba kaya gini"

"Ya kamu pikir nyawa saya juga banyak? Saya gak mau terus terjebak didalam sini, kalo kita gak coba buat keluar dari sini sama aja,kita gak mati dimakan mereka tapi kita mati menderita didalam sini.kamu pikir siapa yang bakal selamatin kita dan tau kalau kita ada disini?" Pras sedikit kesal karena alin yang terus menerus  mempertanyakan presentase keberhasilan rencananya.

Alin hanya diam, ia tak memiliki kata-kata lagi untuk membalas ucapan Pras. Dia jadi dilanda dilema, disatu sisi ia sangat takut untuk keluar dari sini, zombie-zombie itu benar-benar mengerikan. Bahkan mereka berlari dengan sangat cepat, jika dibandingkan dengan kecepatannya berlari dengan badan yang berisi, alin pikir ia tak akan sanggup mengimbangi kecepatan zombie itu. Tapi disisi lain, apa yang dikatakan Pras juga ada benarnya. Memangnya siapa yang akan datang menolong mereka kalau diluar sana saja sudah banyak yang terinfeksi. Jika keluar, setidaknya mereka bisa pergi sejauh mungkin dan mencari tempat berlindung lain yang lebih aman dan juga tentunya mereka butuh makanan dan air untuk bertahan hidup.

Alin jadi gelisah sendiri memikirkan akan tetap disini atau ikut dengan Pras. Pras bisa menyadari kegelisahan alin.

"Jadi gimana?" Pras mencoba menanyakan keputusan alin.

"Saya.." alin sangat dilema saat ini, rasa takutnya teramat besar.

"Kalau kamu gak mau, biar saya sendirian yang keluar dari sini" putus Pras final membuat alin semakin risau.

Pras yang sedari tadi sudah siap dengan rencananya berbalik kemudian berjalan menuju pintu. Alin meremas tangannya sendiri kuat-kuat mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan bahwa ia ingin ikut bersama Pras, tapi tetap saja rasa takutnya masih berputar-putar dalam pikirannya membuat kata-katanya tertahan di tenggorokan.

Pras semakin dekat dengan pintu keluar dan kini tangannya sudah menggenggam erat gagang pintu, ia menarik nafas dalam mempersiapkan dirinya. Begitu ia rasa sudah sangat siap, tangannya mulai mengayunkan gagang pintu yang ia genggam.

"T tunggu.." Tiba tiba alin menarik bagian belakang ujung kemeja Pras, membuat Pras menghentikan gerakannya.

Pras menghembuskan nafas kasar karna sedikit tersentak oleh suara dan gerakan dari alin.

"Kenapa?berubah pikiran?" Pras belum berbalik, masih menunggu kembali jawaban alin.

"S saya mau ikut..t tapi saya takut" alin bersuara lirih.

Pras berbalik, alin kemudian melepaskan genggamannya dari kemeja Pras.

"Kamu..tenang aja, selama kamu yakin sama saya, saya usahakan akan menjamin keselamatan kamu" Pras mengulurkan tangannya pada alin.

Cara Pras meyakinkan alin untuk percaya padanya, membuat perasaan alin menjadi salah paham. Jika tidak dalam keadaan mencekam seperti saat ini pasti dirinya sudah berteriak heboh kesenangan saat ini.

Alin kemudian menatap uluran tangan Pras dengan pandangan tak mengerti.

"Pastikan kamu gak jauh-jauh dari saya, dan jangan coba-coba buat lepasin genggaman tangan kamu. Karena ini mungkin akan sedikit berbahaya..ngerti?"

Alin mengangguk mantap kemudian menaruh telapak tangannya dalam genggaman tangan Pras. Seketika hatinya berdegup kencang, ia menaruh kepercayaan penuh pada Pras saat ini. Alin mengeratkan genggamannya.

zombie in the companyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora