POV RENDI

156 4 0
                                    

Gladis bersandar di depan pintu kamar apartemennya, sembari bersekap dada menatap pintu yang akan segera terbuka.

Sosok yang di tunggu-tunggukan akhirnya muncul dengan setelan jas kedokteran.

Rendi masuk, menghela napasnya dengan pelan, lalu menatap istrinya itu dengan tatapan binggung. "Ngapain di situ..?"

Gladis menggelengkan dengan pelan. "Tumben pulang cepet.."

"Yang penting aku pulang.."

Rendi berjalan melewati tubuh gladis, dan segera ingin pergi ke kamar mandi.

"Kalau kepaksa juga gapapa.. gak ada yang maksa kamu buat pulang.."

Perjalanan Rendi terhenti, lalu langsung menghadap ke belakang ke arah istrinya itu.

"Aku baru aja pulang dis.. dan sekarang kamu udah mau ngajak ribut.. mau kamu apa haa!!"

Air mata gladis rasanya sudah mau keluar tapi segera ia tahan. "Kamu kepaksa kan.. tinggal bareng sama aku, dari kemarin-kemarin juga.. kamu sengaja pulang telat dan minum alkohol di bar, biar gak ketemu aku lebih lama.. aku ngerasa itu semua beban buat aku ren.."

Rendi menghela napasnya dengan kasar. "lalu kamu mau apa? Mau pisah..? Coba lebih pikirin anak yang kamu kandung sama calon ayah gak bertanggungjawab ituu dis.."

Gladis terdiam seribu bahasa. Mau mengelak pun. Sekarang dirinya yang malah malu sendiri.

Rendi merasa tidak enak, langsung pergi begitu saja. Dan masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi Rendi, merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Tak peduli dengan rambutnya yang basah. Dirinya menatap langit-langit kamarnya dengan seksama.

Gladis tanpa mengetuk langsung masuk ke kamar Rendi. "Ren.. aku mau bicara serius sama kamu..."

Rendi langsung menoleh ke arah muka gladis, dan beranjak dengan pelan dari kasurnya.

"Ngomong ajaa.."

Gladis segera duduk di atas kasur tepat di sampingnya Rendi. Menatap Lamat Lamat wajah tampan itu dengan sendu.

"Kalau anak ini lahir, kamu benar-benar mau ceraikan aku ren..?"

Rendi melengos, berharap jangan sampai melihat tatapan menyedihkan dari wanita di sampingnya itu. "Aku bukan dari bapak anak itu dis.."

"Terus kamu berharap anak aku di akui sama bapak yang udah pergi entah kemana..!!" Racau gladis dengan air mata yang sudah mulai mengalir.

"Apa yang kamu cari lagi sih dis.. kamu sepertinya frustasi banget yah.. cari-cari pengganti buat bapak anak kamu itu..!!" Rendi tersenyum remeh.

Gladis mengangguk dengan cepat. "Benar.. bahkan aku memanipulasi ayahku, dan mengatakan kalau ini anak kamu.. biar kita nikah.. aku seambisi itu ren.. biar kamu dan anak aku.. gak pernah bisa ninggalin aku.."

Rendi menatap marah ke arah gladis. "kamu egois dis.. itu yang bikin aku gak pernah mau mempertahankan status ini.. bahkan sampai anak itu lahir.. aku udah gak peduli mau anak itu terlantar karena gak punya bapak.. aku udah gak urus dis.. Karena yang salah itu kamu sama cowok itu..!!!"

Gladis semakin histeris. "Kamu masih suka kan sama sahabat kamu itu.. mangkanya kamu kekeh buat ceraikan aku..!!"

Rendi menghela napas dengan gusar. Dan segera menarik tangan gladis untuk membawanya keluar.

"PERGI DIS.. PERGII!!!"

Rendi mendorong tubuh gladis keluar dari pintu dengan kasar, tak peduli dengan teriakan dan tangisan gladis yang memintanya untuk tetap di situ.

30 hari[END]Where stories live. Discover now