Benarkah Itu Seekor Musang?

14 1 0
                                    

Persahabatan antar Arya, Sandy, Cika dan Eno sudah terjalin sejak SD hingga kini saat duduk di bangku SMA pun mereka tetap bersahabat hingga teman mereka menjuluki mereka sahabat forever karena dimana ada Arya dan Sandy selalu ada Cika dan Eno. Terkadang tingkah Arya dan Sandy sering membuat Cika dan Eno marah namun tidak lama mereka kembali berteman, seperti saat pergantian malam tahun baru setahun yang lalu ...

Arya dan Sandy mengajak Cika dan Eno melalui pergantian malam tahun baru dengan bakar ikan, maklum mereka tinggal di sebuah desa di pantai pesisir jadi ikan dengan mudah di dapat sehingga mereka memutuskan untuk bakar ikan saja.

"Cika, mana menteganya tadi? Sudah dioles ke ikannya belum?" Tanya Arya pada Cika yang sedang sibuk memotong cabe rawit sementara Eno mengupas bawang merahnya.

"Sudah! Tinggal bakar aja ikannya!" Jawab Cika.

Angin malam terasa semakin dingin menusuk ke tulang. Cika nggak berani melihat ke pohon besar yang banyak semaknya. Takut! Nanti ada sesuatu di kegelapan sana! Walaupun mereka bakar ikannya di depan rumah Cika tapi tetap saja kalau malam suasananya tampak menyeramkan!

"Eno, jam berapa sekarang?" Bisik Cika pelan dengan wajah khawatir.

"Jam dua belas malam kurang sepuluh menit!" Eno meneruskan memasukkan cabe rawit, bawang dan garam ke dalam piring yang berisi kecap manis. Hmm! Pasti yummy sekali malam ini makan ikan bakar panas!

" Berapa lama lagi ikannya matang?" Sandy kelihatan sudah nggak sabar.

" Lu dari tadi nanya aja, bantuin dong kipas bara tempurungnya." Kata Arya sedikit sewot.

Setengah jam kemudian ...

"Nah, ikan bakarnya sudah matang nih. Silahkan dihabisin!" Arya mengangkat beberapa ekor ikan yang dipanggangnya ke atas piring. Harum ikan bakar membuat mereka lupa kalau malam itu sudah lewat tengah malam! Mereka sampai lupa kalau pergantian tahun telah lewat tanpa mereka sadari.

"Malam ini malam yang bersejarah, tau nggak kenapa?" Tanya Arya pada tiga sahabatnya yang sedang asyik menikmati ikan bakarnya.

"Perasaan ngga ada istimewanya, cuma bakar ikan aja," jawab Sandy santai.

"Iya nih, si Arya ada-ada aja!' tambah Cika.

"Gimana nggak bersejarah, kita masak ikannya selama satu tahun ha ha ha." Arya tertawa melihat Cika dan Eno saling pandang mendengar perkataan Arya.

"Nggak percaya?"

"Nggak!" Kata Eno dan Cika bersamaan.

"Tadi kita mulai bakar ikannya jam berapa?"Arya bertanya lagi.

"Jam sebelas!"

"Terus ikannya masak jam berapa?"

"Jam dua belas lewat!"

"Itu artinya kita masak di tahun 2023 dan makan ikannya di tahun 2024! Satu tahun lamanya!"

"Oh! Iya ya! Lu benar Arya! Ha ha ha ...! Cika, Eno dan Sandy ikutan tertawa mendengar celoteh Arya. Mereka terus asyik bercanda, hingga tak sadar jika dari rerimbunan semak di bawah pohon jambu air yang tidak begitu tinggi berjarak sekitar lima meter.dari tempat mereka bakar ikan, sepasang mata yang tajam mengawasi gerak gerik mereka dari kejauhan. Sosok misterius yang terusik dengan ramainya suara canda dan tawa mereka berempat yang sedang menikmati bakar ikan di malam pergantian tahun baru.

"Jangan dihabisi dong ikannya! Aku juga masih mau nih!" Cegah Arya pada sandy.dan Cika yang berlomba menghabiskan satu ikan bakar yang tersisa sementara Eno berhenti makan karena menahan rasa pedas di bibirnya.

Sejenak kemudian seperti ada angin yang melintas di tengah kehebohan mereka bercanda sambil makan ikan.

"Awas tulang ikannya nyang ... kut ..." Suara Cika tiba-tiba terdiam begitu angin dingin itu terasa melintas.

"Sssst! Lu ngerasain juga nggak?" Bisik Sandy pada Arya.

"Iya, terasa seperti ada angin dingin yang lewat," jawab Arya.

"Apaan sih? Jangan macem-macem," sambung Cika takut dan merapatkan duduknya ke arah Eno.

Arya dan Sandy memandang sekeliling yang tampak gelap dan sunyi hanya suara jangkrik dan suara gonggongan anjing di kejauhan. Bulu kuduk mereka tiba-tiba terasa merinding mendengar suara anjing dari kejauhan. Ada yang bilang biasanya anjing menggonggong karena melihat sesuatu!

"Udahan yuk! Bakar ikannya!" Ajak Cika yang sudah hampir menangis.

"Katanya berani, siang aja bilangnya berani. Begitu malam hari takuuuut!" Ejek Sandy.

"Eh! Apa itu! Di balik semak-semak itu!" Teriak Arya sambil menunjuk ke arah semak di bawah pohon jambu air.

"Sebelah mana?" Tanya Sandy yang langsung berdiri dan berlari mengikuti langkah Arya yang sudah lebih dulu bergerak mengejar sosok misterius itu!

"Woi! Tunggu kami!" Teriak Cika dan Eno yang mau tidak mau juga mengikuti mereka berdua dari belakang. Arya dan Sandy melihat sosok yang keluar dari semak yang rimbun itu dan mereka terperangah ketika melihat sosok tersebut seperti seekor musang berbulu namun berdiri tegak setinggi manusia dewasa dengan sorot mata yang tajam. Begitu kehadirannya diketahui oleh Arya dan Sandy, secepat kilat sosok itu pun berlari sementara Arya, Sandy, Cika dan Eno mengejarnya dari belakang! Satu hal yang tak masuk akal terjadi saat sosok itu melewati pagar kawat berduri tanpa membukanya atau pun melompatinya tapi dia terlihat menembus pagar kawat berduri itu tanpa terhambat dengan adanya pagar tersebut!

"Aneh! Musang itu seperti menembus begitu saja pagar ini," ujar Arya pada Sandy yang terhenti langkahnya karena adanya pagar kawat berduri tersebut.

"Cepat sekali larinya!"

Arya dan Sandy berhenti masih dengan nafas yang memburu sambil memandang ke arah sebuah rumah yang memang terkenal besar namun terlihat gelap dan angker!

"Apa yang kalian kejar tadi?" Tanya Cika dan Eno juga dengan nafas memburu.

"Seekor musang!"

"Seekor musang?' Eno nggak yakin itu seekor musang.

"Menurut kalian itu apa?" Arya berbalik bertanya pada Eno.

"Han ... Han .. Mungkin itu hantu Arya!" suara Cika gemetar menahan rasa takut.

"Kita udahan aja ya bakar ikannya. Kami takut nih, lagian ikannya juga sudah habis." Ajak Cika.

"Semua ini gara-gara elu berdua nih pakai ajak bakar ikan tengah malam begini," kata Eno menyalahkan Arya dan Sandy.

"Iya bener tuh! Untung saja musang itu pergi!" sambung Cika dengan wajah kesal.

"Kok kami yang disalahkan, yang bilang banyak ikan di rumah kalian, ya kalian berdua kan?" Balas Sandy.

"Sudah! Sekarang antar kami berdua pulang ke rumah!" Eno menengahi perdebatan itu.

"Ok! Kita antar kamu dulu Cika sampai depan pintu rumahmu terus kami antar Eno juga sampai depan pintu rumahnya," jelas Arya.

Setelah selesai mengantar Cika dan Eno,

"Baru pertama kali ini gue lihat ada musang Segede itu dan berjalan tegak, lebih aneh lagi dia bisa menembus pagar kawat berduri tadi," Arya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Menurut gue, itu bukan musang asli tapi sudahlah lupakan saja! Sampai besok ya," tutur Sandy pada Arya saat mereka berpisah di persimpangan jalan, Arya belok ke kiri dan Sandy belok ke kanan.

"Kreseekk!" Suara sesuatu berlari dari balik semak di pinggir jalan menuju rumah Arya membuatnya terkejut! Dia pikir musang tadi rupanya seekor tikus yang berlarian menyeberang jalan.

TENTANG HORORWhere stories live. Discover now