Nggak Tahu Jalan Pulang

3 1 0
                                    

Keesokan harinya ...

Tepat jam sembilan, semua sudah pada ngumpul di tempat biasa, bangku kayu bawah pohon asam. Sesuai rencana kemarin, hari ini mereka mau ke hutan yang tidak jauh dari desa mereka. Arya dan Sandy sudah menyiapkan ketapel bersama batu-batu kecil sebagai pelurunya.

"Makan siang urusan Lo berdua ya," seru Arya pada Cika dan Eno.

"Siaap!! Pokoknya urusan makan dan minum jangan kuatir semua sudah beres!!" Lapor Cika. Setelah semua dirasa lengkap mereka berjalan dengan urutan barisan Arya paling depan diikuti Sandy, Cika dan Eno yang berjalan paling belakang!

"Aman! Gue jalan paling belakang, kalau ada bahaya yang paling depan bakal menghadapinya!" Pikir Eno senang.

"Aww! Tolongin guee! Di kaki gue ada Pacet! Hih!!" Teriak Eno melompat ke arah Cika dan Sandy membuat semua jadi terkejut!

"Makanya kalau di hutan jangan jalan paling belakang, dapat pacetnya pasti paling banyak! Ha ha ha," goda Arya menertawakan Eno yang masih meringis dibantu Cika dan Sandy melepaskan gigitan Pacet dari kakinya yang nampak berdarah. Kini Eno memilih berjalan paling depan karena takut terkena gigitan Pacet lagi.

Sssttt!!

Arya memberi kode pada temannya agar tak berisik saat dilihatnya ada seekor burung di ranting pohon tepat di depan mereka.

"Aakkhh! Gagal!! Seru Arya kesal saat bidikan pertamanya meleset dan burung itu pun melesat terbang dari ranting pohon. Berulang kali bidikan Arya dan Sandy meleset! Coba, gagal! Dan gagal lagi! Begitu asyiknya mereka mengejar burung yang mereka incar tanpa mereka sadari langkah kaki terhenti kala sampai di halaman sebuah rumah tua, sunyi dan menyeramkan!! Entah sudah berapa lama rumah ini tidak berpenghuni mungkin sudah puluhan tahun! Dedaunan kering berguguran dari pohon besar yang berdiri kokoh di sekelilingnya bertebaran di sana sini. Arya, Sandy, Cika dan Eno berdiri memandang rumah tua di hadapan mereka dari atap hingga keadaan sekelilingnya!

"Apa yang akan kita lakukan di rumah tua ini? Lebih baik kita urungkan saja berburu burung dan lekas pergi dari tempat ini!" Bisik Eno pada tiga temannya.

"Justru aku pengen masuk ke dalam sana! Mencari tau apakah di dalam juga seseram penampakan luarnya. Ayo! Ikut aku!" Ajak Arya tidak mengindahkan peringatan Eno untuk putar balik.

Kreekk!

Suara derak lantai kayu rumah ini saat kaki mereka menginjak lantai teras rumah ini.

"Tuh! Kaannn ... !! Bangunannya sudah rapuh! Kalau roboh gimana? Bahaya tau!!' ujar Eno tambah takut.

"Sssttt! Jangan bawel! Ntar hantunya bangun baru tahu!" Sandy menakuti Eno.

Mereka langsung masuk melalui pintu depan yang terbuka. Keanehan terjadi saat mereka semua sudah masuk ke dalam rumah! Rumah tua yang nampak rapuh, gelap dan menyeramkan dari luar tadi tiba-tiba berubah dalam sekejap menjadi sebuah rumah yang cantik dan mewah! Mereka berempat tak habis pikir bagaimana mungkin itu bisa terjadi!

"Rupanya ada tamu, selamat datang di istana saya. Kenalkan saya Isabella pemilik rumah ini," sapa seorang perempuan cantik yang mengenakan gaun dengan rok mengembang seperti pakaian gadis belanda zaman dulu.

"Cantik! Ramah dan baik hati! Bukan begitu Arya?" Tanya Sandy sambil matanya tak berkedip memandang kecantikan wanita itu yang kemudian mengajak mereka ke ruang makan yang luas dengan perabotan klasik dan mahal tertata rapi di sana. Seorang pelayan nampak telah menyiapkan makanan diatas meja seolah tau akan kedatangan mereka. Perempuan cantik itu kemudian duduk di pojok tengah meja makan ini, sementara Arya dan Sandy di sebelah kirinya serta Cika dan Eno di sebelah kanannya! Aneh!! Kenapa makanan yang terhidang semua menunya sama? Sepiring mie instan! Di sisi kiri piring mie instan itu tertata segelas anggur berwarna merah! Arya menjadi ragu melihat keanehan hidangan makan malam itu dan melarang Sandy, Cika dan Eno menyantapnya!

"Hi hi hi ....!! Tawa perempuan itu menyeringai dan melengking membuat merinding bulu kuduk yang mendengarnya!

"Silahkan nikmati makan malamnya!" Ujar perempuan itu sebelum sosoknya hilang secara misterius di samping cermin besar di dinding dekat jendela!

***

Sementara itu kehebohan terjadi di desa karena orang tua mereka berempat melapor ke aparat desa setempat kalau Arya, Sandy, Cika dan Eno belum pulang ke rumah padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam!

"Aryaaaa!! Sandyyy!! Cikaaaa ...!! Enoooo ...!! Teriak warga memanggil nama mereka berempat sambil memukul tampi beras yang sering digunakan warga untuk memisahkan beras dengan padinya berharap Arya dan teman-temannya dapat mendengar panggilan para warga yang sedang mencari mereka karena sudah tidak pulang kerumah selama dua hari.

"Ayo! Kita pergi dari sini!" Ajak Arya menarik tangan Sandy, Cika dan Eno mengikuti dari belakang! Sudah dua kali mereka berputar mencari pintu keluar namun akhirnya mereka kembali ketempat awal mereka yaitu di ruangan makan! Cika dan Eno terlihat mulai menangis!

"Huuhh! Payah nih! Bukannya bantuin cari jalan keluar! Malah nangis! Bikin tambah ruwet suasana aja!" Gerutu Sandy.

"Itu seperti jalan pintu masuk kita tadi!" Tunjuk Arya ke arah pintu yang terbuka. Mereka segera berlari secepatnya di saat yang bersamaan perempuan cantik tadi muncul dan mencoba mencegah mereka pergi! Dia mengeluarkan tawanya yang melengking tinggi namun bukan suara tertawa perempuan muda tapi suara nenek yang berusia ratusan tahun! Seperti suara tawa Mak Lampir!

Buukkk! Buukkk!!

Suara gedebuk saat tubuh mereka jatuh ke tanah di halaman rumah tua itu karena mereka berlari dengan kencang melewati pintu rumah tua itu dengan cepat dan sekuat tenaga! Keanehan pun kembali terjaga saat rumah megah nan cantik tadi menghilang dan berganti kembali dengan penampakan rumah tua usang, rapuh, gelap dan menyeramkan! Lebih menyeramkan lagi perempuan cantik tadi berubah wujud menjadi nenek tua berusia ratusan tahun berdiri di muka pintu sambil tertawa dengan lengkingan suaranya yang memecah sunyi dan gelapnya hutan malam itu!

"Ayo lari!" Arya menggandeng tangan Cika dan Sandy menarik baju Eno sambil terus berlari menjauhi rumah tua itu.

Hingga beberapa saat lamanya ...

"Aduuhhh! Berhenti!! Lepasin baju gue San! Lo kalau mau nolongin jangan tarik baju dong! Nggak sopan tau!!" Eno menepis tangan Sandy dari tangan bajunya.

"Maaf! Aku nggak sengaja! Aku juga takut dan pengen secepatnya kabur dari sini!" Jelas Sandy.

"Cika ... Enoo ...!! Di mana kalian?" Suara warga memanggil nama Cika dan Eno terdengar di kejauhan.

"Ayaaahh!! Kami di sini!" Teriak Eno berlari dan memanggil ayahnya diikuti Arya, Sandy dan Cika yang juga memeluk ayah mereka.

"Ngapain kalian main ke hutan sampai malam begini?" Tanya beberapa warga yang ikut mencari.

"Kami tersesat dan tidak tahu jalan pulang." Arya menceritakan kejadian hari itu pada ayahnya dan warga sambil berjalan pulang namun tak satupun warga yang dapat melihat rumah tua itu selain mereka berempat Arya, Sandy, Cika dan Eno!

TENTANG HORORWhere stories live. Discover now