Rencana Masuk Ke Hutan

3 1 0
                                    

"Gimana Bu dokter, anak saya sakit apa?" Tanya ibunya Eno pada dokter puskesmas yang bertugas pagi itu.

"Dari hasil pemeriksaan anak ibu tidak menderita suatu penyakit apa pun, hanya perlu istirahat saja beberapa hari nanti saya kasih vitamin saja," jawabnya membuat ibu Eno lega namun juga bingung melihat kondisi anaknya kalau malam hari masih sering ketakutan.

"Coba dibawa ke rumah kakek Samin saja yang sering diminta tolong sama warga di sini," saran ibunya Cika saat melihat keadaan Eno di rumahnya.

"Apa bisa mengobati rasa takut dan cemas si Eno? Saya takut kalau mentalnya sampai terganggu." Ibu Eno kelihatan bingung.

Malam harinya ...

Sekitar jam tujuh malam ibu dan ayah Eno pergi ke rumah kakek Samin berbekal cahaya obor yang dipegang ibunya, mereka berjalan di tengah gelap sementara Eno menutup wajahnya dengan dua tangannya masih bermain dengan bayangan seram di pikirannya sendiri. Ayahnya mengajak Eno bicara sepanjang jalan agar ketakutannnya hilang.

Langkah kaki berbelok memasuki halaman rumah yang cukup besar dan lengang. Setelah memberi salam merekapun di persilahkan masuk oleh seorang nenek, istri kakek Samin! Tanpa banyak bicara kakek Samin duduk bersila di lantai dan mencoba melihat apa yang dilakukan Eno beberapa hari yang lalu melalui air di dalam baskom yang diletakkan tepat di hadapannya. Sejenak kemudian dia bertanya pada Eno.

"Rupanya anak ini ada menebang pohon bambu kuning di dekat pohon rambutan dan jambu klutuk. Di sana juga ada sebuah rumah tua yang angker! Benar begitu?" Tanya kakek Samin pada Eno yang mengangguk takut menjawab pertanyaannya.

"Anak ini pada saat menebang pohon bambu tanpa sengaja dia menendang bantal mahluk halus yang menghuni rimbun bambu itu," jelas kakek Samin sambil menepikan baskom berisi air ke pinggir tempat duduknya. Waduh! Eno malah jadi tambah ketakutan mendengarnya. Bagaimana kalau bantal yang tertendang olehnya sobek? Pasti lebih marah lagi!

"Jadi gimana caranya biar Eno kembali seperti semula kek, tidak seperti ini sepanjang hari siang dan malam dia selalu ketakutan," tanya ayah Eno.

Kakek Samin menatap Eno lalu memberikan secangkir air yang sudah dibacakan doa olehnya. Dengan sedikit ragu Eno meminumnya itu pun karena dibujuk oleh kedua orang tuanya. Kakek Samin membuat ramuan obat yang kemudian dia bentuk menjadi bulatan kecil berwarna hitam. Eno pikir bentuknya seperti kotoran kambing hitam dan bulat! Entah apa yang akan terjadi bila dia harus menelan butiran obat tersebut.

"Habiskan obatnya supaya tidak mengulang lagi," tegas kakek Samin.

"Baik kek. Terima kasih." Ayah Eno mengambil obat tersebut dan segera pamit pulang diikuti Eno dan ibunya.

Sampai di rumah Eno kembali di dera rasa takut itu lagi.

"Ayah, bangun yah! Jangan tidur! Eno takut yah!" Suara Eno membangunkan ayahnya yang tertidur nyenyak sementara dirinya baru saja terjaga seperti malam kemarin biasanya Eno tak bisa tertidur kembali karena rasa takut apabila dia terjaga sendirian. Jam dinding berdentang dua kali pertanda sudah dini hari! Berkali dia mencoba membangunkan ayahnya tapi tak berhasil! Ayahnya tetap tidur nyenyak! Eno bertambah gelisah ketika dia kebelet pipis! Tanpa pikir panjang Eno berlari menuju kamar mandi yang terletak jauh di belakang dan di luar rumah!

Cleek!

Bunyi engsel pintu belakang yang dibuka Eno. Entah apa yang merasuki Eno malam itu dia lupa akan sifat penakutnya. Setelah membuka pintu dapur suasana gelap di belakang rumahnya tampak terkesan menyeramkan! Sejauh pandangan Eno hanya melihat gelapnya malam dengan bayangan pepohonan yang tinggi dan lebat! Sepi! Hanya suara jangkrik dan burung malam! Setelah mengunci kamar mandi Eno langsung pipis tanpa rasa takut seperti biasanya. Aneh! Tiba-tiba Eno merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya. Eno mempercepat langkahnya masuk ke rumah dan segera menguncinya! Saat melewati kamar belakang yang kosong karena jarang dipakai Eno melirik ke dalam kamar melalui pintunya yang sedikit terbuka dan ... betapa terkejutnya Eno ketika ada sesosok bayangan yang menyerupai sepupunya yang bangun dari tempat tidur! Padahal Eno yakin kalau sepupunya itu sudah pulang kampung tadi siang! Jadi itu siapa? Hiiii ....!! Eno bergidik ngeri, berteriak, berlari menuju kamar ibunya dan langsung membangunkannya!

"Buuuu ...!! Bangun! A. .ada han, Han ... hantu Bu!" Panggil Eno membangunkan ibunya dengan ketakutan level 4!

"Ada apa? Tanya ibu nya terkejut. Eno masih berteriak ketakutan bak orang gila!"

Eno hanya menurut saja ketika ibunya menuntunnya ke kamar mandi dan menyiramnya dengan beberapa gayung air karena mengira dirinya kesurupan tengah malam! Dinginnya air membuat bibir Eno bergetar menahan dingin dengan baju basah kuyup Eno berhenti berteriak.

"Di, di, dingin se,..sekali aa, airnya Bu," ucap Eno terbata-bata kedinginan. Setelah Eno merasa tenang ibu menyuruhnya mengganti bajunya, karena lelah dan kedinginan akhirnya ... Eno tertidur sambil menggigil kedinginan!

Satu Minggu kemudian ...

Arya, Sandy dan Cika duduk di tempat biasa mereka ngumpul, bangku kayu bawah pohon asam.

"Kapan Si Eno sembuh ya? Perasaan ada yang kurang kelompok kita, karena yang penakut tinggal satu orang ha ha ha," kata Arya tertawa menyindir Cika yang hanya seorang perempuan.

"Hai gaeess ...!" Teriak seseorang dari kejauhan yang sedang berlari ke arah mereka. Arya, Sandy dan Cika kompak menoleh dan mereka terkejut sekaligus seneng banget! Itu kan Eno!

"Seneng banget lihat Puteri penakut sudah sembuh! Moga nggak kambuh penakutnya," komen Arya yang diaminkan Sandy.

"Besok kita pergi bertualang kemana lagi gaeess? Hhhh ...," tanya Eno sambil mengatur nafasnya seperti habis dikejar anjing.

"Sok banget! Baru sembuh sudah nanya mau kemana ha ha ha," ledek Sandy.

"Asal jangan menebang pohon bambu kuning itu lagi, ntar giliran gue lagi yang kesandung bantal penghuni di sana," tambah Cika.

Eno mengeluarkan sebuah tempat makanan yang dibawanya dan menyuruh Cika membukanya. Semua jadi lapar melihat isinya! Sepuluh potong singkong goreng yang masih panas!

"Elo emang sohib yang setia Eno, ingat teman kalau ada makanan walaupun cuma singkong goreng tapi rasanya nikmat!

Mereka duduk makan singkong goreng sambil merencanakan kegiatan mereka besok yang akan masuk ke hutan yang tidak jauh dari perkampungan mereka untuk menangkap burung dengan ketapel.

"Jangan ketapel burung dong! Kasihan! Mereka kan mau hidup juga!" Cegah Eno yang tidak setuju dengan rencana temannya. Suara Eno kalah karena berbanding dengan tiga suara Arya, Sandy dan Cika yang setuju untuk berburu burung di hutan.

"Yakin, kita berani masuk hutan hanya dengan ketapel? Nggak perlu pentungan kalau ada hewan buas gimana?" Tanya Eno mengingatkan dan berharap teman-temannya membatalkan rencana berburu di hutan.

TENTANG HORORWhere stories live. Discover now