Si Manis Berayun - Ayun

6 1 0
                                    

Kebiasaan Arya sama Sandy setiap sore mengambil air bersih untuk keperluan emak mereka memasak. Apalagi musim kemarau seperti ini, air sumur pada kering kalaupun ada airnya itupun sangat keruh.

"Kapan ya hujan turun? Perasaan sudah hampir dua bulan hujan belum turun juga." Arya bertanya pada dirinya sendiri sambil menaruh jerigen air warna putih ke bawah kran air yang mengalir deras. Setelah penuh dia duduk ditempat duduk yang terbuat dari kayu sambil nunggu giliran Arya mengisi jerigennya. Cahaya kuning kemerahan sudah mulai nampak di langit sebelah barat, pertanda siang akan berganti dengan gelapnya malam. Di seberang jalan tempat mereka berdiri banyak pohon-,pohon kelapa sawit berderet dipinggir jalan di sela lebatnya semak belukar. Biasanya siang terang benderang tidak ada masalah tapi ketika hari menjelang Maghrib seperti ini Arya dan Sandy merasakan aura mistik yang membuat bulu kuduk mereka merinding. Warga sudah mulai sepi hanya sesekali kendaraan sepeda motor yang melintas di jalan aspal ini. Pandangan mata Sandy tak bergeming saat ia melihat sesuatu yang bergerak berayun - ayun di ujung pelepah daun kelapa sawit!

"Arya  … i, i, .. itu apa?" Tanya Sandy dengan suara tercekat menahan rasa takutnya melihat sosok itu.

"Mana? Ada apaan sih,?" Sandy balik bertanya dengan mimik wajah penasaran mendengar pertanyaan Arya tanpa melihat ke arah yang ditunjuk Sandy.

"Sudah! Jangan takut! Mana ada hantu Maghrib-maghrib begini!" Celoteh Arya sambil tersenyum menggoda Sandy yang dikiranya Cemen.

"Ssssstt! Jangan keras-,keras! Ntar dia denger! Ituuu … se … se … sebelah sa .. sa .. na apaan tuh?" Tunjuknya lagi. Spontan Arya menoleh ke belakang dan matanya membelakak dan seluruh tubuhnya seakan kaku mendapati seorang perempuan berambut panjang yang sebagian menutupi wajah bagian depannya.  Seakan tubuhnya begitu ringan seperti kapas hingga dia dapat berayun-ayun di ujung pelepah daun kelapa sawit itu.

"Hu .. hu …hu …! Terdengar suara tangisan perempuan yang tidak kelihatan jelas wajahnya itu membuat Arya dan Sandy seakan terpaku di tempat mereka berdiri. Tiba-tiba Arya berteriak menarik tangan Sandy ambil langkah seribu saat perempuan itu merosot turun dari pelepah yang tinggi ke pelepah yang rendah dengan cepatnya.

"Lari San! Dia turun kemari!" Arya sudah lebih dulu berlari meninggalkan Sandy dan jerigen airnya.

"Tungguiiinn!" Teriak Sandy sambil ikutan lari pontang-panting di belakang Arya. Mereka berhenti sekitar seratus meter dari pohon kelapa sawit itu dengan nafas ngos - ngosan seperti habis lomba lari 1 kilometer!

"Bener-bener deh! Hantu itu nekat kali nggak nungguin ganti shift, ini kan belum malam." Ujar Arya.

"Iya! Nggak tau apa itu air dalam jerigen ditunggu emak buat masak nasi sekarang." Sandy mengajak Arya kembali ke tempat tadi untuk mengambil jerigen air mereka. Emak pasti marah kalau jerigen airnya nggak ada. Dengan berjalan perlahan Arya dan Sandy bergandengan tangan supaya salah satu diantara mereka tidak ada yang ambil langkah seribu tanpa memberi aba-aba. Perempuan itu sudah hilang! Pelepah daun kelapa sawit tempat nangkring perempuan itu terlihat sesekali bergerak ditiup angin. Sinar emas kemerahan sang Surya sudah tenggelam berganti temaram gelap yang mulai membayang di sela lampu jalan yang mulai menyala.

"Dia sudah nggak ada …." Bisik Arya pelan. 

"Iya." Sandy memandang sekeliling untuk memastikan bahwa perempuan itu memang benar-benar lenyap! 

Arya dan Sandy mengambil jerigen masing-masing dan bersiap putar balik ke rumah tapi alangkah terkejutnya mereka …

"Nungguin ya?" Tiba-tiba saja perempuan itu sudah duduk dengan santainya di atas pelepah daun pisang yang hanya berjarak dua meter dan menyapa dengan suara dinginnya!

Arya dan Sandy berlari dengan kecepatan full gas tanpa melepaskan jerigen di tangan mereka diiringi suara kikikan tawa perempuan itu yang melengking tinggi semakin jauh dan menghilang .

Sesampainya di rumah ...

"Mak! Ini jerigennya." Arya menaruhnya didekat emak yang baru saja sholat Maghrib.

"Kenapa wajahnya seperti itu? Seperti habis melihat hantu …" tanya emaknya Arya penasaran lihat wajah Arya yang masih menyiratkan rasa takut.

"Mak! Ceritain dong kenapa Maghrib nggak boleh keluar rumah?" 

"Kalau nggak penting banget jangan kelayapan di luar kecuali ke masjid. Biasanya setan pada keluar …" jawab emak.

Kemudian emak menceritakan sosok hantu perempuan yang sering menampakkan diri saat Maghrib di dekat ambil air tadi. Si manis berbaju putih dan berambut panjang …

TENTANG HORORWhere stories live. Discover now