Gelang Ular Antik

7 1 0
                                    

Banyak tetangga dan teman-teman Cika datang melihat. Tak terkecuali Arya yang langsung mendekati Cika.

"Lo nggak papa cik," tanya Arya sok perhatian. Cika cuma melirik ke arah Arya yang caper. Cuma itu! 

Ular itu akhirnya ditembak oleh tetangga Cika karena dianggap berbahaya!  Cika menutup matanya tak berani lihat! Dia lega saat ular itu sudah dibuang jauh oleh tetangganya. Cika teringat kalau dia sering sekali melihat ular entah itu di halaman rumahnya, di rerumputan yang baru saja di pangkas pernah juga lihat ular yang sedang melintang di tengah jalan raya seperti pagi itu …

Cika bernyanyi kecil menuju sekolahnya rasanya bahagia banget hari itu karena pertama kalinya dia diperbolehkan ayahnya membawa sepeda motor ke sekolah. Tiba-tiba sebuah benda tanpa sengaja terlihat olehnya dari kejauhan menyerupai tali yang melintang di tengah jalan, cukup panjang sekitar hampir dua meter. Cika masih belum ngeh! Dia masih bernyanyi kecil karena menyangka itu hanya seutas tali! Tali, yah! Seutas tali tapi … tunggu dulu! Cika mulai merasa ada yang aneh ketika dia melihat bahwa di ujung jalan tapi itu berdiri! Mana mungkin tali bisa berdiri! Kalau berdiri berarti dia bukan tali! Lalu apa? Hah!!! U … U … Ular? Bisik Cika dalam hati tak berani bicara apalagi berteriak yang takut akan membuat ular itu terkejut. Cika berusaha tidak panik dan memperlambat jalannya sepeda motornya agar ular itu tidak kaget dan berubah agresif karena untuk putar balik sepeda motornya tidak mungkin lagi karena ular itu sudah begitu dekat! Cika terus berdoa dalam hati saat melewati sosok ular itu yang masih berdiam di tempatnya dengan badan memanjang melintangi jalan sementara kepalanya berdiri tegak tak bergeming! Setelah satu meter melewati ular itu Cika memacu sepeda motornya tanpa menoleh lagi ke belakang!!

" Sudah, jangan melamun terus! Makanya lo kalau jadi cewek harus rajin," ujar Arya membuka obrolan. Cika menoleh dan memandang Arya dengan wajah jutek.

"Maksud lo, gue cewek pemalas gitu?" Tanya Cika.

Aduuhhh!! Susahnya membujuk cewek manis nan judes di depannya ini. Arya sungguh nggak habis pikir. Ada satu jurus andalan lagi yang akan diberikan Arya untuk membujuk Cika agar mau baikan lagi.

"Sebentar! Lo tunggu di sini!" Arya meminta Cika untuk tidak kemana-mana sampai dia kembali. Kehadiran tukang bakso yang lewat di dekat mereka menjadi ide brilian membujuk Cika.

"Bang! Baksonya dua mangkok ya. Nggak pake lama bang. Ntar keburu ngambek dan lari yang mau ditraktir," pinta Arya pada tukang bakso yang dengan cepat menyiapkan pesanan Arya dua porsi nggak pake lama! Cika pura-pura nggak doyan bakso ketika Arya membawa dua mangkok bakso, untuk dirinya dan untuk Cika.

"Ayo dimakan! Mumpung gratis. Tukang baksonya nungguin mangkoknya lho."  Cika masih diam namun tak lama tangannya mulai bergerak mengambil mangkok di tangan Arya. Yess!! Arya bersorak dalam hati!

"Gue terima traktiran lo tapi inget! Jangan minta traktir balik," seloroh Cika yang kemudian langsung menyantap bakso favoritnya. Cantik! Iya! Tapi … pelit!

Setelah traktir makan bakso selesai ...

'Gelang apaan nih? Sejak kapan lo suka gelang?" Arya mengamati gelang yang ada dalam genggaman tangan Cika. Gelang perak dengan dua kepala ular yang bertemu di ujungnya.

"Gelang ini aku dapat waktu pulang sekolah …," ujar Cika memulai ceritanya. Siang itu dia berjalan kaki pulang dari sekolah bareng teman-temannya yang lain dan tanpa sengaja dia melihat sebuah benda di atas rerumputan di pinggir jalan. Cika berhenti dan langsung memungut benda itu yang ternyata sebuah gelang terbuat dari perak dengan model dua kepala ular yang bertemu di ujungnya. 

"Terus lo pake gelangnya? Tanya Arya penasaran. 

"Iyalah, karena gue pikir ini kan cuma gelang boleh nemu di jalan dan nggak ada yang punya." 

"Pas lo pake, lu nggak ngerasain ada yang aneh kan?" Arya tambah semangat dengerin cerita Cika tentang gelang aneh itu!

Cika diam sebentar mencoba mengingat hal aneh yang pernah dialaminya semenjak dia memakai gelang aneh itu. 

"Jangan kelamaan mikirnya! Pendengar setia sudah menunggu nih ha ha ha," goda Arya melihat Cika yang terdiam dari tadi.

"Iya! Seingat gue setelah itu tanpa sengaja beberapa kali gue melihat ular." Sambung Cika. Dia menceritakan bagaimana ketika berjumpa ular saat dia sedang bermain dengan kucing kesayangannya si manis yang memberi tanda bahwa di dekat mereka berdiri ada seekor ular yang bersembunyi! Hampir saja Cika menginjak ular itu kalau saja simanis tidak mengingatkannya! Saat bermain bola kasti saat rumput habis dipangkas juga ketemu, di jalan raya juga ketemu pas naik sepeda motor! Kalau dihitung sudah enam kali lebih dia melihat ular tanpa sengaja.

"Lo biasa aja? nggak ngeri atau apa?" 

"Bukan ngeri lagi tapi gue sampe trauma." Kemudian Cika berkata bahwa sempat diajak oleh pamannya ke tempat seorang pawang ular di sebuah desa yang lumayan jauh dari rumahnya. Cika melihat sebuah patung ular kobra yang besarnya hampir setinggi atap rumahnya! Setelah menunggu lama Cika dan pamannya dipersilahkan masuk ke dalam rumah oleh saudara pawang ular itu karena sang pawang sedang tidak ada di rumah.

"Usahakan di sekeliling rumah tidak ada tumpukan kayu yang tidak terpakai karena biasanya ular paling suka bersembunyi di sana," ujar pria itu saat memberi saran soal bersih-bersih halaman biar tidak jadi sarang ular.

"Terus apa lagi pak?" Cika paling semangat dengerin.

"Kalau membuang sisa nasi atau ampas kelapa jangan dekat sekali dengan rumah. Lebih bagus kalau ada ternak ayam jadi bisa langsung dimakan sama ayam peliharaan," saran bapak itu.

" Ehm, apa hubungannya dengan sisa nasi dan ampas kelapa pak?" 

"Mereka suka sama dua sisa makanan tadi."

"Ooo …!" Gumam Cika mengerti. Kemudian mereka pun pulang dengan membawa sebuah saran jauhkan tumpukan kayu tak terpakai, jauhkan membuang sisa nasi dan ampas kelapa! Satu lagi kalau aktifitas membersihkan rumput atau semak jangan lupa gunakan sepatu dan sarung tangan biar aman.

Begitu ceritanya .. Cika kemudian menutup ceritanya. Arya mengangguk mengerti dan menyuruh Cika agar membuang gelang itu karena mungkin saja gelang itu ada pemiliknya yang tidak rela dimiliki orang lain atau pemiliknya adalah hantu wanita cantik di rumah tua yang ternyata adalah jelmaan nenek tua dengan pandangan mata tajamnya yang dingin serta tawanya yang melengking seperti tawa Mak Lampir! Hih! Cika segera melempar gelang yang berada dalam genggamannya ke rerumputan di pinggir jalan dan berharap tidak akan ada orang yang akan menemukannya gelang itu lagi.




















'

TENTANG HORORWhere stories live. Discover now