Prolog; meet you at the coffee shop

462 75 18
                                    

— 𝜗𝜚。

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

— 𝜗𝜚。

Entah sudah keberapa kali Ghea mengeluarkan helaan napas saat melihat tugas desain didepannya. Oke, semester awal ini adalah ujian baru baginya setelah lulus dari SMA.

Kini Ghea mengerjakan tugasnya disebuah kedai kopi yang tak jauh dari kampus. Bersama dengan para biang gibah yang tak lain adalah teman-temannya.

Ghea menelungkupkan kepala diatas meja. Bukan berarti dia bodoh, hanya saja dia masih terkejut dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosennya. Ghea mengangkat kembali kepalanya dan berakhir mengambil milkshake yang ia pesan.

"Gak nyangka loh, tugas semester 1 aja udah buat kepala sakit. Apa kabar semester atas ya?" Suara Abell memecah keheningan yang tercipta dimeja keempat gadis itu.

Esha menyetujui ucapan Abell dengan anggukan. Karena mulutnya sedang sibuk mengunyah makanan. Sedang Kei tertawa kecil.

"Siapa suruh masuk desain," timpalnya tanpa dosa. Berbeda dari ketiga temannya. Kei memang menyukai desain.

Abell sadar bahwa Ghea tidak menimbrung dengan mereka. Lantas bertanya, "Ghea, lo kenapa?"

Tidak ada jawaban. Lalu Esha yang duduk disebelah Ghea langsung menyikut lengan Ghea membuatnya gelagapan.

"Eh, apa?"

"Lo liatin apa sih? Serius banget sampe omongan gue gak kedengeran."

Ghea meringis, untung saja para temannya tidak tahu bahwa sedari tadi dia sedang memperhatikan seorang barista yang begitu telaten membuat kopi.

Dia memperhatikan bukan karena keahliannya membuat kopi. Namun, wajah tampan barista itu membuatnya terpana, dia merasa ada kupu-kupu yang beterbangan dalam perutnya.

Dapatkah disebut dia jatuh cinta pandangan pertama?

"Kan ngelamun lagi, woy!"

"Astaga Bel, gue gak ngelamun. Cuma–" Ghea menggantung ucapannya.

"Cuma apa?" Tanya ketiganya serentak.

Ghea cengengesan, malu sekali jika dia jujur bahwa dia sedang memperhatikan cowo. Sebelum ledekan temannya yang ia terima, Ghea menggeleng pertanda bukan apa-apa.

"Lo ngeliatin barista itu kan!"

Suara lantang Esha membuat Ghea panik. Tangannya dengan cepat membekap mulut ember Esha. Tapi sepertinya dia harus menahan malu kali ini, sebab cowo yang Esha bicarakan itu menoleh kearah meja mereka berempat. Berakhir mata Ghea dan cowo barista itu bertumburan. Mata Ghea semakin membola saat cowo barista itu tersenyum lembut kepadanya. Ghea langsung mengalihkan wajahnya, dengan salah tingkah dia merapikan semua peralatan tulis.

Jelek sekali salah tingkahnya.
Ghea merutuki dirinya sendiri, tapi senyum cowo tadi begitu membekas. Untuk pertama kali Ghea melihat senyuman semanis itu.

— 𝜗𝜚。

☕️🎸

🎧🎀📝

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


🎧🎀📝

n/a:alasan terbuatnya cerita ini tuhhh, karena aku lagi fall in love sama Leo Xodiac heheheheterus muncul deh ide buat cerita fluffy ginii!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



n/a:
alasan terbuatnya cerita ini tuhhh, karena aku lagi fall in love sama Leo Xodiac hehehehe
terus muncul deh ide buat cerita fluffy ginii!

dari lama pingin buat cerita about kehidupan kampus, biar halunya ga kejauhan wkaka terus ceritanya ga jauh dari kehidupan sehari-hari

thanks yang udah bacaa cerita ini
tolong beri dukungann sebanyak mungkin, biar aku semangat buat cerita ini sampai end 🫶🏻

see you guys! 👋🏻
next chapter >>>

NA.BE 060324

Coffee shopWhere stories live. Discover now