10. See, I'm hurting

45 16 17
                                    

— I only look at you even though it hurts

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

I only look at you
even though it hurts.

— 𝜗𝜚。

Pagi ini tidak secerah biasanya. Seolah langit pun mendukung tak semangatnya hati seorang perempuan yang sedang tidak baik-baik saja.

Meskipun sudah jam 7, Ghea masih setia berbaring dibawah selimutnya. Dia hanya mengintip ke jendela kaca yang menampilkan langit abu-abu. Lalu matanya bergulir mencari ponsel disekitaran kasur.

Begitu melihat notif, Ghea menghela napas kasar saat mengetahui ada kelas di jam 10. Tidak ada rasa semangat, hanya rasa malas yang ia rasakan. Mau tak mau Ghea beranjak dari kasur untuk membersihkan diri. Ketimbang dia harus membolos berakhir mengulang semester.

Sebelum membersihkan diri, Ghea memandang pantulan wajahnya dicermin. Dia meringis saat melihat matanya begitu sembab. Haruskah ia pergi ke kampus dengan kacamata hitam? Ah tidak, itu terlihat konyol.

Bahu Ghea kian melemas, lalu berjalan gontai memasuki kamar mandi.

Setelah melihat kejadian kemarin, dia harus bereaksi bagaimana jika bertemu Karel? Atau baiknya dia harus menghindar dan kembali menyukai cowok itu dari jauh?

Ternyata apa yang Ghea takutkan benar terjadi. Memang baiknya kita tidak perlu tahu lebih dalam tentang seseorang, sama saja mencari penyakit. Lihat dirinya sekarang, di casting sebagai zombie pun sangat cocok.

Baiklah, Ghea harus mencurahkan isi hatinya dengan para sahabatnya. Rasanya sekarang dia seperti memasuki salah satu kaum sad girl.

𝜗𝜚

Esha berlari memasuki kelas menuju tempat duduk ketiga temannya. Napasnya terengah-engah sehabis berlari. "SUMPAH YA GHEA LO KENAPA?!" Itulah kalimat pertama yang diucapkan Esha dengan keras. Membuat seisi kelas menoleh kepadanya. Tapi Esha tak menggubris tatapan para teman kelasnya.

"Ini mah gak usah pake toa lagi untuk bangunin orang tidur," celetuk Abell seraya mengelus dada.

"Diem lo monyet, gue ngomong sama Ghea."

Oknum yang diperbincangkan hanya diam dengan tatapan kosong. Mata Esha menangkap wajah tidak semangat dari Ghea, lalu matanya bergulir menatap Abell dan Kei.

Abell menggeleng tak tahu, begitupun Kei hanya mengedikkan bahu.

"Kirain udah ngumpul lagi pada gibah anjir," kata Esha dilanjutkan dengan mengibaskan tangan didepan wajah Ghea. "Cerita sini, lo bilang di grup chat mau cerita tapi kenapa malah diem bengong kayak orang depresi."

Coffee shopWhere stories live. Discover now