01. Admire you from afar

148 59 14
                                    

— I was enchanted to meet you

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

I was enchanted to meet you.

— 𝜗𝜚。

Ghea menghirup udara pagi setelah berlama-lama dalam kamar. Meskipun tidak pagi sekali, sekitar jam 9 lewat. Alasan dia keluar rumah pagi-pagi adalah karena kelas jam 10.

Sudah 10 menit Ghea menunggu ojek pesanannya. Untuk hari ini saja, dia tidak mau terlambat. Ghea tidak suka jika berada dalam situasi yang membuatnya malu. Mata Ghea berbinar, senyum muncul perlahan begitu melihat abang ojek dari kejauhan.

Perjalanan dari apartemen ke kampus tidak memakan waktu banyak. Ghea sengaja memilih tempat tinggal yang dekat dengan kampusnya. Tempat tinggal aslinya adalah Jakarta, namun dia sengaja memilih merantau demi masuk ke kampus impiannya.

Yang tak ia pikirkan sebelum merantau, tinggal sendiri itu ada enak dan tidak enaknya. Enaknya dia bisa bebas, tidak enaknya terkadang dia merasa kesepian jika para temannya sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Teman dekatnya dari jaman maba itu hanya Abell, Esha, dan Kei. Tidak bertambah ataupun berkurang. Bukan berarti dia tak berteman dengan teman kelasnya yang lain. Hanya saja ketiga temannya itu yang sangat dekat sampai tahu sisi buruknya. Ghea fine-fine saja membagikan sisi buruknya kepada tiga biang gibah itu, dia merasa mereka berempat sudah seperti saudara.

Tunggu, mengapa dia jadi menceritakan tiga biang gibah itu? Membuang waktu saja.

Setelah sampai didepan kampus, Ghea langsung turun dari motor abang ojek dan memberikan helm milik ojek itu. Begitu urusannya dengan abang ojek selesai– membayar tumpangan, Ghea berlari kecil seraya melihat jam diponsel. Beberapa menit lagi kelas akan dimulai.

Tapi mata jeli Ghea menangkap cowok berperawakan tinggi dengan menggendong tasnya disebelah bahu kanan, dan headphone senantiasa melingkar dilehernya. Ghea melihat cowok itu tertawa bersama dua orang yang tak begitu ia kenal.

Ghea terpana untuk kesekian kalinya karena Karel. Cowok barista yang ia lihat saat dirinya semester 1. Akhirnya dia mengenal cowok barista itu, dengan mencari tahu sedikit tentang Karel dari Esha si pengumpul banyak info terkait kehidupan kampus. Panggil saja Esha lambe turah.

Yang Ghea tahu, jika Karel adalah anak Fakultas Musik. Tak heran terkadang Ghea melihat Karel suka membawa gitar ke kampus dan headphone yang selalu melingkar dileher, seolah barang itu adalah hidup dan mati cowok itu.

Sampai kini meskipun 1 tahun berlalu, Ghea masih belum pernah berbicara dengan Karel. Dia menyukai Karel dalam diam.

Kerap kali sehabis kelas Ghea selalu mengunjungi kedai kopi yang sama. Dia berpikir jika membeli kopi di kedai itu dia dapat melihat Karel. Meskipun dia tak selalu melihat Karel bekerja setiap saat, entah karena apa, Ghea tak tahu. Yang Ghea tahu Karel ada di kedai itu setiap hari senin, kamis dan weekend.

Sentuhan pada bahu Ghea membuatnya menoleh kebelakang. Mendapati Arthan– salah satu kakak tingkatnya, sedang tersenyum dan bertanya akan keberadaannya yang hanya berdiam diri.

"Ngapain diem disini? Gak ke kelas?"

"E–eh, ini mau ke kelas kok." Ghea gugup, takut ketahuan jika dia sedang memperhatikan Karel. Mengingat tentang cowok itu, Karel telah menghilang dari pandangan Ghea, sepertinya Karel ada kelas juga.

Arthan tertawa melihat gelagat Ghea, "gue rasa kita udah telat sedikit, ayo."

Ghea menyusul langkah Arthan, mereka berdua berjalan menuju kelas.

𝜗𝜚

Kelas musik sedikit bising, tidak tahu dimana dosennya. Karel yang sedikit mengantuk tanpa pikir panjang memejamkan mata dan tak lupa memakai headphone untuk mencegah suara bising kelasnya memasuki indera pendengaran.

Semalam Karel bekerja di kedai kopi dan melanjutkan dengan menulis lagu, berakhir membuatnya begadang sampai pagi.

Baru beberapa menit tertidur, bahu Karel ditepuk oleh Jay. Karel menatap kedua temannya sedikit kesal, sedang Jay tak menghiraukan tatapan Karel, dia langsung membuka suaranya.

"Lo masuk lagi dalem base," kata Jay kemudian dilanjutkan oleh Shaka.

"Dirumorin jalan sama cewe, tolong gue ketawa banget." Shaka tergelak begitu juga Jay.

Ditengah asiknya tawa Jay dan Shaka. Karel membuka base kampus dan melihat fotonya sedang berjalan dengan Jenna kemarin. Tidak dia sangka akan berakhir masuk base.

"Siapa sih adminnya?"

Pertanyaan Karel hanya dijawab gelengan oleh Shaka dan Jay. Karel berdecak, lalu dia tak mempedulikan soal base lagi. Bersikap tak peduli sepertinya lebih baik.

Saat baru ingin melanjutkan tidurnya, kali ini Shaka yang mengganggu. Untuk kesekian kali Karel berdecak. Kepalanya terasa sakit karena tertidur sebentar lalu bangun.

"Tadi malem beneran lanjut tulis lagu?"

Karel menjawabnya dengan dehaman, Shaka hanya ber'oh' ria. Pantas saja dia melihat kantung mata Karel terlihat jelas, "sebelum dosen dateng, cepet tidur."

"Jangan harap bisa tidur Rel, noh dosen udah didepan." Timpal Jay seraya menunjuk kedepan dengan dagunya.

Karel menghela napas pasrah sebab waktu tidurnya gagal, dia mengucap syukur dalam hati mengingat mata kuliah ini hanya 2 sks.

Sedang di kelas desain, Ghea mengalami overthinking setelah Esha memberitahunya tentang base kampus. Sebenarnya, apa hubungan Karel dan cewek dalam foto itu? Ghea mengacak rambutnya frustasi, sontak itu menarik atensi dosen yang sedang menjelaskan materi.

"Gheanna, ada apa?"

Spontan tubuh Ghea menegak mendengar namanya disebut. Ghea menggelengkan kepala, "bukan apa-apa Pak, silahkan dilanjutkan."

"Tapi kamu mendengarkan materi saya kan?"

Damn! sepertinya Ghea telah terjebak sekarang. Mana mungkin materi itu masuk disaat otaknya memikirkan tentang Karel. Ghea meringis, "kali ini akan saya dengarkan Pak."

"Lain kali jangan melamun di kelas saya. Kalau ada masalah percintaan segera diselesaikan."

Seisi kelas tertawa mendengar penuturan dosennya. Ini yang tidak Ghea inginkan, memalukan diri sendiri ditempat umum.

Abell menyikut lengan Ghea seraya tertawa, "tuh dengerin, belum jadi siapa-siapa kok udah galauin dia sama cewek lain."

Baiklah, Ghea tersindir mendengar ucapan Abell. Detik ini juga, tolong bawa dia pergi dari sini.

— 𝜗𝜚。

Tbc

Coffee shopWhere stories live. Discover now