DEAR JEFF [ BAB 01: AGNESYA LYORA WILMAN ]

549 54 5
                                    


Suara ketukan hak sepatu yang beradu dengan lantai marmer di koridor rumah sakit besar sedikit banyak mendapat perhatian dari orang-orang sekitarnya.

Seorang perempuan dengan tinggi semapai dan wajah ayu mempesona sontak melontarkan senyum tipis ke arah rekan kerja yang turut menyapanya di sepanjang langkah kaki nya menapak.

"Siang, dok. Mau makan di kantin? Kebetulan hari ini menu makan siang di kantin lagi enak-enak, lho." salah satu rekan kerja menghentikan langkahnya dan menyampaikan sebuah informasi mengenai menu makan siang.

Perempuan itu kembali melontarkan senyuman tipis lalu menggelengkan kepala. "Saya udah ada janji makan siang di luar nih. Mungkin lain kali baru makan di kantin. Tapi makasih ya informasi nya, suster Erna."

"Pasti mau makan bareng komandan Jeffrey, ya?" tebak suster Erna dengan mimik wajah bersemu. "Tadi saya liat komandan baru masuk ke mako bareng Iptu Teno." lanjutnya.

"Iya barusan dia ngabarin saya kalau udah sampai mako."

Suster Erna kembali menampakan raut bersemu. "Yang langgeng ya dok sama komandan Jeffrey. Saya tunggu undangan nya aja deh."

Perempuan itu tersenyum amat sangat tipis menanggapi ucapan suster Erna. "Kalau begitu saya duluan ya." ucapnya lalu kembali melanjutkan jalan.

Agnesya Liora Wilman, sosok perempuan cantik yang berprofesi menjadi seorang dokter spesialis kardiovaskular di Rumah Sakit Bhayangkara.

Merupakan sosok perempuan yang di gadang-gadang akan menjadi calon ketua Bhayangkari karena hubungan percintaannya dengan Kepala Kepolisian Resor - Jeffrey Dirgantara.

Namun nampaknya hal itu tidak mudah seperti kelihatannya. Diantara hubungan mereka terdapat tembok kokoh yang membatasi.

Latar belakang keyakinan yang di anut keduanya sudah dipastikan menjadi alasan terbesar dari hambatan mereka melangkah menuju hubungan yang lebih serius.

Keluarganya besar dengan ajaran Katolik yang taat. Bahkan ayah dan kakek nya berprofesi sebagai pendeta di salah satu Gereja.

Sedangkan Jeffrey besar dari keluarga beragama muslim yang tentu taat juga. Kedua orang tua Jeffrey sudah menunaikan haji. Ayah nya menjadi salah satu donatur pondok pesantren di kota.

Dari latar belakang itulah yang membuat mereka masih belum menemukan waktu yang tepat kapan akan melanjut ke jenjang pernikahan.

Karena jujur saja hubungan mereka tidak mendapat restu yang baik dari kedua belah pihak keluarga besar.

Keluarga Agnesya menginginkan anaknya menikah dengan seorang pendeta. Dan keluarga Jeffrey menginginkan anaknya menikah dengan wanita muslim yang sholehah.

Keduanya tidak tahu-menahu akan dibawa kemana hubungan ini. Karena sudah sering kali mencari jalan keluar, namun tidak ada satupun dari mereka yang menemukannya.

Agnesya tiba-tiba teringat pesan kakek nya. "Tuhan memang cuma satu, nak. Tapi keimanan di dunia ini terbagi menjadi berbagai macam ajaran. Keluarga kita menganut ajaran Katolik sejak nenek buyut. Gak mudah kalau mau keluar dari ajarannya. Kamu gak punya siapa-siapa yang bisa kamu jadikan tumpuan kalau bukan Tuhan dan keluarga." - begitulah kata kakek nya.

Dan kata-kata nasihat dari ayahnya. "Perbedaan memang bukan penghalang. Tapi coba kamu pikir-pikir sekali lagi. Kalau akhirnya kamu mengikuti keyakinan Jeffrey apa kamu yakin bisa memulai semuanya dari awal? Apa kamu bisa beradaptasi dengan perbedaan di antara kalian? Apa kamu bisa memaklumi keyakinan yang di anut Jeffrey. Begitu juga Jeffrey yang mungkin nanti akan mengikuti keyakinan kamu. Apa dia bisa mengkhianati Tuhan nya? Mengkhianati orang tua nya? Semua hal tentang keyakinan gak akan pernah sepele. Karena itu semua menyangkut tentang diri kamu sendiri dan Tuhan. Kalau papah jelas menolak kamu pindah keyakinan."

[6] MY DRAFT (JAEROSE)Where stories live. Discover now