2. Perkenalan

61 9 0
                                    

Haris menunjuk Kirana dengan ibu jari menghadap atas. "Ini satu-satunya wanita paling cantik sekaligus paling cerewet dikeluarga kami. Istri saya, Kirana."

Seluruh anggota dari pihak wanita tersenyum karena Haris memperkenalkan sang istri dengan cara humoris.

Ibu jari itu berpindah pada Arkasa. "Ini Arkasa, anak pertama saya. Yang mau dijodohkan ke anak pak Raya."

Menatap kedua orang tua Nadine bergantian. Haris kembali melanjutkan. "Biasa dipanggil Arka. Umurnya 33 tahun. Arka ini kerjanya di Jakarta Selatan, punya kantor sendiri."

"Wes hebat ya anak pak Haris."

"Kantor kecil pak Raya. Bukan kantor besar. Kayak agensi marketing gitu."

"Ya segitu udah hebat pak." Raya tersenyum pada Arkasa, pria yang disenyumin itu mengangkat tangan terlipat membentuk salam, bibirnya ikut tertarik keatas.

Haris kembali ke percakapan. "Ada satu lagi yang paling bungsu, orangnya ijin ke toilet tadi. Saya jadi nggak enak karna kurang satu anggota keluarga."

"Yo ndak apa pak Haris. Namanya kebelet masa mau ditahan?"

Kalimat Raya barusan direspon Haris dengan tawa kecil. "Nanti tak jewer biar nggak telat lagi."

"Hahaha. Mau saya bantu?"

"Monggo kalau sampeyan mau."

"Hahaha." Raya terbahak ala bapak-bapak.

Giliran Haris menoleh pada Nadine. Menunggu Raya memperkenalkan permata cantiknya itu.

"Anak pertama kami, nama lengkapnya Nadine Aswira Amarta. Panggilnya Nadine. Umurnya 28 tahun."

Arkasa diam-diam melirik pada wanita didepannya. Usia 28 masih tergolong muda untuk wanita yang berstatus sebagai janda. Umur mereka terpaut 5 tahun. Tapi, jika usia Nadine 28 tahun, lalu anak kecil disampingnya umur berapa? Kapan gadis itu menikah?

"Nadine iki dosen. Udah ngajar kurang lebih 3 tahun."

Arkasa terkesiap mendengar penuturan Raya. Sudah mengajar 3 tahun? Berarti disaat umur gadis itu 25 tahun? Bagaimana bisa? Bukankah umur segitu biasanya baru lulus kuliah 1 tahun?

"Loh, anak Pak Raya ngajar di umur 25 tahun?" Tanya Haris bingung.

"Kebetulan Nadine siswa akselerasi, SD satu kali dan kuliah satu kali."

"Wuih, hebat banget anak pak Raya. Pantes bisa ngajar di usia 25. Tak kirain salah dengar tadi." Puji Haris pada Nadine saat mendengar penjelasan Raya.

Siswa akselerasi adalah siswa-siswa yang mengikuti program percepatan belajar, sehingga dituntut untuk lebih berprestasi dan mampu menguasai materi akademik lebih cepat dari teman sebayanya. Sebutan lainnya yaitu loncat kelas.

Nadine loncat kelas dari kelas 3 SD langsung ke 5 SD. Kemudian pada saat kuliah, Nadine juga berhasil mengejar akselerasi sehingga lebih cepat menyandang gelar Magister.

Arkasa cukup speechless saat tahu latar pendidikan dan pekerjaan Nadine. Bukan sesuatu hal mudah yang bisa digapai banyak orang. Membuatnya jadi bertanya-tanya sepintar dan setinggi apa IQ gadis itu?

"Saya sama istri sangat bangga sama Nadine. Seneng banget waktu wisuda jadi mahasiswa termuda dikampusnya yang lulus Magister."

"Cum laude Pak?" Tebak Haris yang mendapat anggukkan dari Raya. Semakin membuat Haris dan Kirana sumringah karena calon menantu mereka tidak hanya cantik, tetapi juga pintar.

"Loh, Mba Nadine?"

"Mas Dewa?"

Sadewa yang baru bergabung membuat semua penghuni disana bingung, kecuali satu penghuni yang paling pendek dan kecil karena dia masih tidak mengerti dengan situasi orang dewasa.

TAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang