5. Jemputan Pertama

60 10 2
                                    

"Halo Mba." Sapa Sadewa pada Nadine dilorong kampus. Kebetulan mereka sama-sama sudah tidak ada kelas mengajar lagi, jadi memilih pulang.

"Halo." Balas Nadine walau dia sempat kaget atas aksi Sadewa yang tiba-tiba menyusul disamping dan mungkin sedikit sok kenal sok dekat?

"Pulang?"

"Nggak, mau ke Gramed dulu."

"Gramed mana? Deket sini?" Tanya Sadewa diangguki oleh Nadine.

"Bareng aja, kebetulan Mas Arka mau jemput. Nanti sekalian dianter."

Mata Nadine melebar, ia menjawab cepat. "Gak, gak usah. Deket kok."

"Gakpapa kali Mba. Toh suami sendiri."

Manik coklat itu terbelalak. "Suami?"

Mengganguk antusias, Sadewa menatap Nadine. "Iya, suami Mba. Mas Arka."

"Aku belum nikah sama dia."

"Sama aja, bentar lagi juga nikah kan?"

"Tapi kan belum pasti."

"Pasti jadi kok."

"Mas." Tutur Nadine berhenti dijalan, hal tersebut juga membuat langkah kaki Sadewa tidak bergerak. Ada nada dingin dari ucapan Nadine barusan. 

Gadis tersebut memberi tatapan serius. "Mas, boleh gak lain kali jangan bahas soal perjodohan aku sama mas Arka di kampus?"

Bulu kuduk Sadewa tiba-tiba berdiri. Ia mendadak merinding dengan tatapan Nadine. "I-iya maaf Mba."

"Bukannya gimana, tapi ini privasi. Gak pantes juga bahas di lingkungan kampus."

Pria yang seumuran dengan Nadine itu hanya diam tak berkutik seperti dinasehati oleh ibunya.

"Ngerti?"

"Iya Mba. Maaf."

"Hm." Nadine mengangguk, mereka melanjutkan perjalanan ke depan gerbang kampus.

Ketika sampai digerbang, saat itulah mobil hitam Arkasa juga datang secara bersamaan.

Melihat mobil Arkasa, Sadewa lekas menarik tangan Nadine cepat hingga si empunya terkejut tidak sempat mengelak. Sadewa buru-buru membuka pintu depan mobil- mendorong Nadine masuk dan menutupnya dengan cepat.

Baik Nadine dan Arkasa yang tidak bisa mencerna situasi saat ini, mereka sama-sama kaget menatap satu sama lain. Lalu acara tatap menatap itu buyar saat Sadewa menelvon.

"Mas, aku gajadi ikut kamu ya. Ku nebeng temen ke apart. Mba Nadine mau ke Gramed tuh, dianterin ya. Mau ujan lagi soalnya, susah dapet ojol kalo ujan."

Baru hendak menjawab, Sadewa langsung menutup telvon. Tentu saja itu membuat Arkasa jengkel. Bagaimana tidak? Ia sudah rela pulang cepat dari kantor demi menjenguk adik durhakanya itu. Tapi orang tersebut malah kabur meninggalkannya berduaan dengan Nadine.

"Saya turun aja Mas. Maaf ya soalnya tadi ditarik Mas Dewa kesini." Imbuh Nadine sudah siap menarik knop pintu mobil tapi Arkasa malah menguncinya. Manik coklat itu menoleh pada pria disampingnya dengan bingung.

"Kamu mau ke Gramed?"

Hening sejenak, entah sejak kapan aliran gugup mulai meresap diantara kedua sejoli itu walau masing-masing dari mereka berhasil menyembunyikannya.

"Iya."

"Yaudah."

Kening Nadine mengkerut. Arkasa yang melihat ekspresi si gadis, menjelaskan. "Saya yang anter."

Nadine masih terheran dengan sikap Arkasa. Kenapa juga laki-laki tersebut mau mengantarnya?

"Saya bisa sendiri Mas."

TAUTANWhere stories live. Discover now