13. Menerka

60 13 13
                                    

"Udah bangun?" Tanya Arkasa usai menunggu Nadine tidur kurang lebih selama 2 jam.

Arkasa meninggalkan mejanya dan berjalan pada Nadine untuk membantu gadis itu bersender.

Sekarang pukul 2 siang.

Tak banyak yang dilakuin Arkasa selama Nadine istirahat tadi, ia sibuk pada laptopnya karena bekerja dari jarak jauh. Seminggu ini dia tidak akan masuk kantor, sebagian pekerjaan telah diselesaikan pagi tadi karena ngebut. Ia juga sudah menitipkan beberapa tugas penting kepada Fiona-sekretarisnya selama ia absen dari kantor nanti.

"Pusing gak palanya? Ada yang sakit?"

Nadine menggeleng pelan.

"Minum dulu." Arkasa menyodorkan gelas berisi air putih. Ia meletakkan kembali gelas itu setelah Nadine meneguknya.

Rambut Nadine terlihat lumayan berantakan karena habis bangun tidur.

Jari-jari panjang itu tergerak merapikan rambut Nadine, tanpa dia sadari kalau Nadine berdebar hebat akibat perbuatan mendadaknya. Jarak mereka terlalu dekat sampai Nadine bisa mencium parfum maskulin Arkasa.

Arkasa begitu telaten sampai-sampai kepekaannya hilang. Badannya setengah berjinjit dari kursi untuk membenarkan bagian satunya lagi. Mukanya begitu dekat dengan muka Nadine, oleng sedikit saja, hidung mereka bakal bersentuhan.

Nadine menahan napas dari tadi. Ia gugup dan panik sekaligus takut bergerak walau sedikitpun. Takut kalau-kalau bersentuhan dengan Arkasa. Gadis itu dengan sabar menunggu Arkasa membenahi rambutnya.

Bibir Arkasa melengkung tipis karena bangga akan kelihaian tangannya.

"Ud—"

Buggh

Kedua manik berbeda warna itu terbelalak karena hidung bahkan bibir mereka bersentuhan!

Tadi Arkasa hendak kembali duduk, namun rambut panjang Nadine tersangkut dikancing kemejanya hingga ia tertarik dan jatuh dengan tubuh setengah menyamping. Gilanya, Arkasa jatuh diatas Nadine. Dan kini bibir mereka saling bersatu.

"M—Maaf Nadine. Saya tidak sengaja." Arkasa buru-buru menjauh tapi lagi-lagi ia terjatuh karena lupa melepaskan rambut Nadine yang tersangkut.

Dan ya, bibir mereka kembali rujuk.

Sial, mana kenyal dan manis lagi!

Nadine berusaha mendorong Arkasa yang masih terpaku pada tekstur dan rasa bibirnya. Kali ini dorongan tersebut makin kuat. Sontak saja kesadaran Arkasa mulai balik, ia bergegas menjauh dan langsung melepaskan tautan rambut Nadine dari kancing baju.

Seketika, bayangan samar-samar seorang gadis merasuk lagi ke otak Arkasa. Didalam ingatan buramnya, gadis itu mendorong tubuh Arkasa begitu kuat sampai menangis dan memohon untuk melepaskannya.

Kenapa muka gadis itu tidak jelas?

"Mas." Panggilan Nadine menyadarkan Arkasa.

"Oh- maaf." Arkasa melepaskan rambut Nadine yang sudah terbebas dari kancing. Ia kembali duduk dan menelan saliva. Jakunnya naik turun karena masih bisa merasakan jejak bibir Nadine dibibirnya.

"Ada yang sakit gak? Tadi badan saya lumayan nimpa kamu." Tanya Arkasa khawatir.

Nadine menggeleng cepat.

Daripada menyebutnya sakit, Nadine sebenarnya mulai kepanasan. Padahal diruangan sudah terpasang AC, kenapa begitu panas?

Mereka berdua jadi awkward satu sama lain.

"Bentar, saya ambilin buah." Arkasa bangkit dari duduknya, ia berjalan kearah kulkas.

Saat hendak menyentuh pintu kulkas, mungkin Arkasa membukanya terlalu kuat hingga beberapa botol minuman jatuh. Beruntung botol-botol itu terbuat dari plastik jadinya tidak pecah. Arkasa memungut semua yang berjatuhan dan menempatkannya semula.

TAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang