10. Kemarahan Nadine

79 11 0
                                    

"Mwah." Anya mencium pipi Arkasa sekilas sebelum ia benar-benar masuk ke ruang tunggu penerbangan internasional.

"Hati-hati ya. Kabarin kalo uda sampe. Jangan telat sarapan, jangan banyak minum kopi." Arkasa memberi beberapa wejangan dan nasehat untuk pacar tercintanya. Ia memeluk Anya sebentar- sebelum akhirnya gadis itu memberi senyuman termanis dan berangsur pergi.

Hati Arkasa langsung sedih mengantar kepergian Anya yang akan meninggalkannya selama dua minggu. Ia masih setia memandangi punggung gadis itu dari kejauhan, perlahan semakin mengecil kemudian hilang.

Arkasa membuang napas panjang. Pupil hitam itu menoleh pada jam tangan. Pukul 07.00 pagi. Masih ada sisa waktu sekitar satu sampai satu setengah jam untuk ke kantor.

***

Seisi kampus heboh akan berita yang menerpa dosen tercantik mereka yaitu Nadine Aswira Amarta. Kabar mengenai gadis itu yang sudah dijodohkan, nampaknya bukan sekedar rumor lagi. Tapi fakta. Hal ini diperkuat oleh beberapa saksi mata kemarin saat melihat langsung sosok pria yang menjemput Nadine waktu pulang. Terlebih, yang paling bikin menggemparkan yaitu ternyata Nadine sudah punya anak.

Anaknya suka tantrum.

Banyak hati yang dikecewakan. Sebagian dari mereka memilih menyerah dan mendukung kebahagiaan Nadine. Bagi mereka, kebahagiaan Nadine adalah kebahagiaan mereka juga, walau sang dosen pujaan harus bersanding dengan pria lain.

Beberapanya lagi masih tidak terima dan menganggap para saksi mungkin berprasangka salah. Siapa tahu pria itu adalah sepupu Nadine? Atau saudara jauhnya? Bisa saja kan?

Sadewa yang tahu kejadian sebenarnya- hanya mesem-mesem sendiri melihat ekspresi terpukul mereka. Ia tertawa iblis dalam hati.

Sadewa bergumam pelan sekaligus mendecih atas bualan kakaknya. "Oh sekarang udah punya anak."

Disisi lain, Nadine sedari pagi sudah ditodong berbagai pertanyaan kepo dari dosen-dosen yang lain. Ia tidak mau membohongi orang-orang disana, tapi ia juga bingung harus menjelaskan seperti apa. Jika saja gosip itu tidak menganggu pekerjaannya, ia pasti akan bersikap cuek dan tidak peduli. Namun, manusia-manusia dikampus begitu tertarik dengan Arkasa yang menjemputnya kemarin. Bahkan saat mengajar tadi, murid-murid lebih fokus mengomonginya dari belakang dibandingkan mendengarkan gadis tersebut memberi ilmu pelajaran.

Nadine cukup terganggu.

"Gimana toh Nadine? Katanya kemaren belum nikah, katanya baru dijodohin, kok sekarang udah punya suami dan anak? Jangan bilang calon jodohnya duda anak satu." Tutur Fitria dari tempat duduknya yang kebetulan berhadap-hadapan dengan Nadine.

Dosen yang umurnya lebih tua beberapa tahun dari Nadine itu memang terkenal suka menggosip dan mengkritik setiap orang atau hal yang menurutnya buruk.

Nadine mengenal betul perangai bengis Fitria. Dosen tersebut tak akan segan-segan menambah atau mengurangi dari cerita yang sebenarnya.

Contoh saja seperti dulu, saat Nadine baru pertama kalinya ngajar dikampus ini, ia selalu ditanya "Mana pacarnya?"

Lalu saat Nadine memasuki tahun kedua "Belum nikah tah? Nanti jadi perawan tua loh, eh masih perawan gak sih?"

Juga ditahun ini saat Nadine akhirnya akan dijodohkan, "Calonnya ganteng gak? Kaya gak? Nanti pas nikah jangan ambis ngejar karir dikampus. Takutnya stress dan susah punya anak."

Hingga Nadine akhirnya disangka punya suami dan anak. Status hubungannya tetap saja dianggap salah.

"Kamu dijodohin sama duda anak satu? Atau suami orang yang dijodohin sama kamu?" Beberapa dosen diruangan melihat pada Fitria. Mereka sudah tidak heran dengan mulut nyinyirnya. Tapi kali ini bukankah keterlaluan?

TAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang