3. Bertemu Lagi

62 9 1
                                    

"Tiga bulan aja kan sayang?" Tanya Anya dalam perjalanan mereka.

"Iya sayang."

"Terus kalau kamu beneran suka sama dia gimana nanti?"

"Gak akan, aku gitu cuma karna Ibu aja."

Anya cemberut. "Kenapa sih orang tua kamu gak bisa nerima aku? Aku harus apa biar mereka seneng?"

Tidak ada jawaban. Arkasa pun bingung. Saat pertama kali Anya mengetahui perihal dirinya akan dijodohkan dengan gadis lain, Anya ngamuk besar dan bahkan mencoba bunuh diri. Pria yang kepalang kaget tersebut sampai harus menerobos masuk apartemen kekasihnya. Terlambat sedetik saja, pasti Anya sudah pindah alam.

Dilema batin, Arkasa sempat stres beberapa waktu lalu memikirkan sang Ibu juga pacarnya. Ditodong oleh dua pilihan sulit. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk berada dipihak Kirana. Untungnya Anya mau mengalah- mengesampingkan egonya. Walau tidak suka dengan berita perjodohan Arkasa, nyatanya ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Toh hanya tiga bulan kan? Lagipula ia sudah menjalin hubungan hampir lima tahun bersama Arkasa, tiga bulan tidak ada apa-apanya. Karena Anya pun tahu, Arkasa bukan orang yang gampang didekati.

"Awas aja kalo kamu berani macem-macem." Ancam Anya dengan wajah ketus. Jujur walau ia percaya pada Arkasa, rasa takut dan cemburu tidak bisa disingkirkan begitu saja. Ia perempuan normal kan? Mana ada perempuan yang rela pacarnya dijodohkan dengan gadis lain?

"Nggak akan."

"Besok anterin aku nyari baju ya buat nonton konser Taylor Swift." Imbuh Anya dengan nadanya yang masih tidak bersahabat.

"Kaos putih TS yang kemarin beli gak jadi dipake emangnya?"

"Nggak. Banyak yang make. Aku pengen beli dress yang blink-blink mirip Taylor."

"Jam berapa?"

"Sore aja kali ya? Sekalian kita jalan malemnya."

Arkasa mengangguk mengiyakan.

***

"Iya Bu, kayaknya agak maleman ya Nadine pulang. Masih bareng temen soalnya." Seru Nadine menjawab panggilan dari Ibunya. Hari ini ia bertemu dengan teman-teman semasa kuliah. Beberapa diantara mereka sudah ada yang menikah, bahkan telah dikaruniai anak.

"Iya Bu."

"Udah?" Tanya salah satu wanita berambut ikal saat melihat Nadine menutup telepon.

"Iya, uda ngabarin Ibu."

"Ibu lo masih suka nanyain anaknya pulang jam berapa gitu Din?" Kali ini wanita berambut pendek yang bersuara. Ia adalah Najwa alias anggota paling tua diantara mereka berempat. Sedangkan yang berambut ikal tadi bernama Lala, satunya lagi dengan figur wajah oriental bernama Margaret.

Keempatnya tengah nongkrong disebuah cafe dengan nuansa kalem dan aesthetic. Cafe ini terletak disalah satu daerah Jakarta Selatan.

"Iya, soalnya sekarang rawan begal. Makanya suka ditanyain."

Lala mengangguk setuju. "Iya anjir, serem banget. Kadang gue suka kesel sama polisi, padahal udah jelas-jelas muka pelakunya kerekam cctv, tapi gak bisa nangkep."

"Biasanya kalo belum viral tuh susah. Ada geraknya kalo udah viral." Timpal Margaret setuju akan pendapat Lala.

"Entar kalo kemaleman, lo ngikut gue sama laki gue aja Din. Nanti dianterin." Najwa memberi saran.

"Gapapa kok, aman. Gak enak juga soalnya gak searah. Kasian anak lo nungguin dirumah." Nadine menolak secara halus. Walau berita soal begal memang menyeramkan, tapi ia bisa menjaga diri kok.

TAUTANWhere stories live. Discover now