14. Menggila

60 14 16
                                    

"Suhu AC nya udah saya naikin, kalo masih kedinginan bilang ya."

Nadine mengangguk mengerti.

Hari ini hari kedua Arkasa menjenguknya. Lelaki itu sibuk sejak pagi, sibuk mengurusinya. Nadine jadi tidak enak.

"Kamu gak kerja Mas?"

"Lagi gak banyak kerjaan kok." Arkasa duduk disamping ranjang. "Kamu butuh apalagi gak?"

Kepala gadis itu menggeleng.

Hari ini hanya tersisa mereka berdua, tanpa Irina dan Nata. Bocah itu ada kegiatan sekolah yang mengharuskannya menginap sehari. Mau tak mau, Irina harus menemani Nata. Irina meminta Arkasa untuk menjaga Nadine hari ini. Membuat Nadine makin sungkan.

"Kalo Ibu minta Mas nemenin saya atau apapun, Mas boleh bilang ke saya misal gak mau. Biar saya yang jelasin ke Ibu."

Sudut bibir Arkasa tertarik sebelah. "Saya atau kamu yang nggak mau?"

Raut wajah Nadine seperti tertangkap basah. Ia mencari alasan. "Mas kan kerja, pasti punya kesibukan sendiri. Saya nggak mau ngeganggu kegiatan Mas."

Tersenyum miring, Arkasa menatap lekat mata Nadine. "Saya nggak merasa diganggu." Laki-laki itu melihat bagaimana reaksi Nadine. "Kamu kali yang keganggu sama saya?"

Manik coklatnya berkeliaran. Diberi tatapan seperti itu sama Arkasa- rasanya tidak nyaman dan napasnya seolah tercekat.

"Saya nggak enak Mas. Takut ngerepotin. Toh kita juga nggak punya hubungan apa-apa kan sebenernya? Kenapa Mas mesti nge-iyain kata-kata Ibu?"

"Jadi kamu mau kita punya hubungan?"

"Maksud saya nggak gitu." Tegas Nadine, kali ini ia tidak menghindari kontak mata lagi. Namun netra coklatnya langsung melebar saat Arkasa tiba-tiba naik ke ranjang dan mendekatkan diri. Bahkan wangi maskulin pria itu tercium jelas.

"Jadi gimana maksudnya?" Tanya Arkasa setengah berbisik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi gimana maksudnya?" Tanya Arkasa setengah berbisik.

Nadine menggigit bibir dalamnya. Badannya memanas mendengar suara Arkasa barusan.

"Hm?" Arkasa semakin mendekat. Baritonnya serak dan berat. Bola matanya bergulir ke bibir Nadine. Kejadian kemarin terlintas lagi diotak Arkasa.

Bagaimana jika Arkasa memagut bibir itu?

"M-mas."

Satu kata 'mas' dari Nadine berhasil membuat Arkasa memikirkan hal jorok. Ia sedang membayangkan bagaimana Nadine menyerukan panggilan tersebut dibawah kuasanya. Menjerit dan meminta lebih.

Sial.

Arkasa buru-buru menjauh.

Detik kemudian, Arkasa mengangkat suara. "Saya gak ngerasa keganggu. Gak ngerasa terbebani juga. Emang mau nganterin kamu aja."

"Saya tau kita gak punya hubungan. Tapi selama tiga bulan kamu sama saya, saya harus jagain kamu." Lanjut Arkasa.

Bibirnya tersimpul keatas. Menatap Nadine begitu teduh. "Seenggaknya saya harus balikin kamu ke orang tua kamu dengan baik-baik kan?"

TAUTANWhere stories live. Discover now