16. Antara Sadar dan Tidak

58 11 0
                                    

"Kakak!!" Teriak Nata dalam gendongan Arkasa. Bocah itu turun antusias dan langsung duduk di bangku sebelah ranjang.

"Nata, jangan teriak-teriak gitu, kasian Kakaknya." Tegur Irina.

"Iya Ibuuuu." Sahut Nata berbisik. Matanya berbinar melihat keadaan Nadine yang semakin membaik.

Irina mengambil tas yang sempat tersampir dibahu Arkasa. Wanita itu tersenyum hangat. "Makasih ya Arka."

"Iya Bu, sama-sama."

"Makan dulu yuk, Ibu abis pesen nasi goreng." Ajak Irina pada Arkasa yang di angguk sopan.

"Ibu, Nata mau juga!" Seru Nata buru-buru turun dan menghampiri kedua insan yang tengah membuka bungkusan.

Sejak tadi, Nadine hanya menjadi penonton setia. Ia senang beberapa waktu lalu Nata berceloteh banyak tentang teman-temannya di sekolah. Namun, saat mendengar makanan, anak itu malah langsung oleng dan berpindah haluan.

Irina menyodorkan sterofoam berisi nasi goreng yang sudah ia buka. "Ini punya Arka, ini punya Nata yang gak pakai bawang merah."

"Nata gak suka bawang merah?" Tanya Arkasa heran.

"Iya, Nata gak bisa makan bawang merah. Mual-mual sama muntah."

Nata merespon ucapan Irina dengan menutup mulutnya rapat-rapat.

Alis Arkasa terangkat sebelah. "Saya juga gak suka bawang merah."

Mata Nadine berpendar hebat ketika mendengar pengakuan Arkasa barusan. Ia menelan saliva dan menggigit bibir bawahnya. Ia menatap laki-laki tersebut dan Nata bergantian.

Tidak mungkin kan?

"Howalah, Ibu ndak tau kamu gak suka bawang merah juga. Piye iki." Irina gusar dan merutuki diri karena tidak bertanya dulu pada Arkasa sebelum memesan makanan. Dikiranya, hanya Nata yang punya keanehan pada makanan lantaran tak menyukai bawang merah, ternyata ada orang lain juga yang persis seperti Nata.

"Om makan bareng sama Nata aja." Sela Nata mendongak pada Arkasa.

Bibir Arkasa melengkung, ia mengusap kepala Nata gemas. "Gakpapa, Nata makan aja. Om masih bisa makan kok kalo dikit."

"Arka makan bareng Nata aja ya, jangan dipaksain. Ini punya Nata juga kebanyakan, gak bakalan habis sama dia soalnya." Irina memberi saran.

Arkasa tampak menimbang, sejujurnya ia benar-benar tidak bisa sama sekali makan makanan yang mengandung bawang merah. Ia hanya ingin menghormati kebaikan Irina yang telah membelikannya makanan, makanya tadi ia berbohong.

"Nggih Bu."

Keputusan bulatnya Arkasa jadi berbagi makanan dengan Nata. Arkasa juga menyuapi Nata karena permintaan bocah itu yang entah kenapa tiba-tiba menjadi manja padanya.

"Om, nanti kalau Kak Nadine uda sembuh, kita jalan-jalan bareng yuk?" Nata mengajak antusias.

Arkasa mengelap sudut bibir Nata yang belepotan. "Emang mau kemana?"

"Ke Bali Om! Ayok! Nata belum pernah."

"Nata..." Irina kembali menegur.

"Maaf ya Arka." Tambah Irina menoleh pada Arkasa. Ia merasa sangat tidak enak atas permintaan Nata yang ada-ada saja.

Kembali menyuap, Arkasa menyunggingkan bibir. "Kenapa pengen ke Bali?"

Mengunyah beberapa kali, Nata tampak seperti memikirkan sesuatu. Ia menelan makanannya sebelum akhirnya memberi tatapan melas.

"Kemaren pas liburan, temen Nata pada liburan ke Bali bareng keluarganya, dia bilang seru. Jadi Nata pengen kesana." Nata mencebik bibir.

Arkasa mengacak-ngacak rambut hitam milik Nata. Hatinya terenyuh. "Yaudah nanti kita kesana ya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang