Lagi dan Lagi.

160 35 32
                                    

"Udah ada kabar dari polisi?" Taufan bertanya, dengan santai memakan cilornya. "Belum." Halilintar menggeleng. Mereka semua masih menunggu kabar Blaze. "Hmp.." Taufan sedikit cemberut. Ia menatapi taman sekolah.

"LO SENGAJA?!" Suara nyaring terdengar bergema. Elvi berlari langsung memukul kepala belakang Halilintar.

"WOI?!" Halilintar berdiri, menatap tajam sekaligus kesal. "LO SENGAJA NGEBULLY ANAK KELAS 6 TRUS MAKE NAMA GUE SEBAGAI TAMENG?!" Elvi berteriak kesal. Wajahnya memerah karna marah.

"MAKSUD LO APA?! GUE DARI PAGI SAMA TAUFAN!! JANGAN FITNAH BOCAH!!" Halilintar mengepalkan tangannya.

"GUE DAPET INFO, LO BULLY CINDY TERUS BILANG KALAU GUE NYURUH LO BUAT TAGIH HUTANG DIA?!" Elvi mendekat, tanpa aba aba dia menenju perut Halilintar. Pemuda bernetra ruby tampak kebingungan sekaligus kesakitan. Pukulan anak itu benar benar menusuk. Taufan panik, Ia tidak tau harus bagaimana.

"Guys, tenang dul—"

"DIAM!" Keduanya membentak. "FITNAH LO?! GUE SAMA TAUFAN DARI PAGI!!" Halilintar berseru sambil memegang hijab Elvi.

"NAMA GUE TERCEMAR ANJING!!" Anak itu menampar pipi Halilintar. "SINI PUKUL LAGI BANGSAT!!" Halilintar menunjuk pipinya, tatapan pemuda itu tajam.

"NGAJAK RIBUT LO??" Elvi hampir menampar Halilintar lagi, tapi Ia terhenti. "DIEM LO YATIM." Halilintar memukul Elvi di bagian pipi dan leher lalu melempar anak itu. Gadis kecil tersebut terbanting ke tempat sampah taman.

"HALILINTAR!!" Taufan berseru panik, ia tidak berani mendekati mereka berdua. Gadis bernama Elvi itu terbaring lemah dengan darah di hidung dan mulutnya.

"Haha, nyesel gue anggap lo sebagai salah satu orang yang gue percaya, cowo najis kaya lo ngapain hidup? Percuma ortu lengkap tapi diri lo jadi beban keluarga, mati sana." Elvi terkekeh ringan, gadis itu berdiri, merapikan seragamnya.

"Yatim piatu kaya lo mending diem." Halilintar mendekat, hampir memukul kepala Elvi. Namun gadis itu sudah lebih dahulu menendang lutut Halilintar membuat pemuda itu sedikit lengah.

"MATI LO SANA!!" Elvi mengambil tempat sampah besi dibelakang nya, mengangkat tempat itu lalu melempar kan tempat dengan isinya ke kepala Halilintar.

Pemuda bernama Halilintar tampak sangat kacau. Seragamnya kotor, rambutnya acak dengan hiasan sampah kering dan basah, wajah pemuda itu tertutup rambut, sangat menjijikkan.

Halilintar terkekeh.

"Lumayan, tapi lo ga bisa bikin gua mati dengan itu. Nyerah aja, lagian kalo lo mati ga ada yang bakal sedih, secara kan lo yatim piatu." Nada bicara halilintar sangat agresif, ia menginjak kaki Elvi dengan kuat.

"Lo ga tau? Ibu lo jadi lacur di club malam punya kepsek." Elvi tertawa dengan mata menyipit. Ia sedang meremehkan Halilintar, tak kenal takut, Elvi menendang Halilintar hingga terjatuh lalu menindih pemuda itu. Elvi menjambak serta menampar Halilintar. Tak lupa di bagian akhir Ia berdiri sambil menginjak wajah Halilintar.

"LO-"

"ALI!! ELVI!! KALIAN NGAPAIN ANJING. MIKIR, DEWASA DIKIT, KALIAN MAU DI DO?!" Fang berlari, memisahkan mereka. Taufan sedari tadi tetap duduk di kursi taman. Tidak ada yang mengerti dengannya.

"Masa lo tega mukul cewe? Dia masih 9 tahun Li!!" Fang menatap sinis pada Halilintar. "Lo juga, kecil-kecil mukul orang dewasa, sopan lo gitu?" Fang beralih menatap Elvi.

Kepala Halilintar berdarah akibat injakan Elvi, sedangkan Elvi mengalami luka memar di pipi serta lehernya. Mereka berdua nampak kacau. Sedari tadi banyak siswa siswi yang menyemangati Halilintar, berbeda dengan Elvi yang mendapat hinaan, tapi ya .... Peduli apa dia?

Sinting Gila Miring S2 ✔Where stories live. Discover now