BAB 08

9.8K 555 8
                                    

Yok bisa 50 vote untuk next part.

.....................

Sudah selama tujuh hari Sayana terpenjara di rumah sang mantan suami. Sama sekali tak diperbolehkan keluar oleh kepala ajudan.

Aturan mereka sangat ketat untuknya. Walau tak ada perlakuan buruk diterimanya.

Setidaknya, setiap hari masih disuguhkan makanan-makanan amat layak. Kebutuhan apa pun dirinya perlukan juga disedikan.

Walau begitu, Sayana tetap tidak nyaman dan merasa berada di tempat yang mengungkung kebebasannya, terutama soal komunikasi.

Ya, satu kali pun, kepala ajudan tak memberi izin padanya untuk memegang ponsel. Entah mereka taruh dimana handphone miliknya.

Sayana harus memutar otaknya agar tetap bisa mengabari kerabat-kerabatnya di luar sana yang tak tahu keadaannya.

Sayana memanfaatkan smart tv dan platform media video untuk mengirimkan pesan pada Regina. Sebelumnya sudah direncanakan dengan sang sahabat, andai mengalami permasalahan dalam berkomunikasi.

Walau hanya dengan beberapa kode bahasa yang telah mereka sepakati, Sayana yakin Regina akan memahami semua yang dirinya sampaikan lewat platform tersebut.

Tentu diberitahukan semua pada Regina termasuk keberadaannya di kediaman sang mantan suami, tanpa meminta sang sahabat mengirimkan bantuan kepadanya.

Hanya berpesan serius untuk menjaga dan melindungi Assena selamanya dirinya tak pulang. Sang putra harus tetap aman.

Berpisah berhari-hari, bukanlah perkara yang mudah untuknya. Selalu dirindukan buah hatinya itu. Segera rasanya ingin bertemu.

Namun misinya belum selesai, maka untuk kembali pada Assena dengan hati tentram tanpa beban masalah, akan sulit dilakukan.

Orangtuanya harus diselamatkan, minimal mengurangi vonis hukuman dari yang akan ditetapkan oleh para hakim nanti.

Tentu jika ingin agendanya terealisasi, maka mesti bisa memenangkan Lalitha Wedasana. Bagaimana pun caranya akan diusahakan.

Tok!

Tok!

Tok!

Ketukan pintu membuat Sayana segera turun dari kasur. Bergerak ke sumber suara yang diyakini dilakukan oleh kepala ajudan.

Saat sosok dimaksudnya sudah terlihat oleh mata secara langsung, tak dibuka mulut guna mengonfirmasi kedatangan kepala ajudan itu.

Biasanya akan menyampaikan informasi yang penting. Jadi, ia menunggu saja tuk didengar.

"Nyonya Lalitha datang."

"Nyonya ingin bertemu dengan Anda."

Sayana hanya memberikan respons dengan anggukan, tidak perlu berkomentar. Ia lalu mengikuti kepala ajudan yang mulai berjalan.

Tentu, mereka tengah menuju ke ruangan dimana akan bertemu Lalitha Wedasana.

Sayana kira tersembunyi tempatnya, namun malah di halaman belakang rumah dirinya dibawa oleh sang kepala ajudan.

Tampak Lalitha Wedasana duduk di bangku dengan posisi memunggunginya.

"Bu Sayana sudah datang, Nyonya."

Sayana berusaha tenang. Harus siap siaga untuk situasi ini karena tak akan ada yang berikan pertolongan padanya jika hal tidak menyenangkan terjadi seperti tempo hari.

Pertemuan kembali dengan Lalitha Wedasana sejak terakhir beberapa hari lalu, tentu akan jadi momen menegangkan untuknya.

Terlebih, dirinya dibawa ke kediaman sang mantan suami tanpa kesepakatan bersama sebelumnya, akan masuk sebagai bagian dari penculikan, jika ia kasuskan ke ranah hukum.

"Bagaimana kabarmu, Sayana?"

Lalitha Wedasana mulai bicara. Nada biasa saja, namun tatapan begitu serius. Walau terpasang senyum ramah palsu juga.

"Saya rasa kamu aman selama tinggal di sini. Semua pelayan dan pengawal melayanimu dengan baik bukan setiap harinya?"

"Anda ingin membahas apa?" Sayana segera saja menanyakan tujuan Lalitha Wedasana.

Wanita paruh baya itu tak menjawab, namun menyerahkan sebuah tas padanya.

Langsung saja dibuka untuk tahu isinya. Tak bisa menebak jika tak dipastikan lebih dulu.

Sempat dikira berisi dokumen-dokumen yang sifatnya rahasia, tapi ia malah menemukan kebaya warna biru dan kain bawahan model batik. Tak asing karena pernah dipakai.

Benar, dikenakannya sekitar lima tahun silam, saat upacara pernikahan dengan Atmaja.

"Kamu dan cucu saya akan menikah lagi."

"Kenapa?" Sayana perlu tahu rencana yang dibuat Lalitha Wedasana secara tiba-tiba ini.

"Kamu tidak mau dinikahkan dengan cucu saya? Kamu ingin menikah bersama pria lain di luaran sana, Sayana?"

"Tidak akan saya biarkan itu terjadi."

"Mas Atmaja membenci saya, jika Anda mau menikahkan kami, saya pikir dia juga tidak akan pernah mau." Sayana berpendapat.

Logikanya jelas juga menolak rencana Lalitha Wedasana ini, mengingat bagaimana besar kebencian sang mantan suami padanya.

Jika mereka menikah kembali, benar-benar tak masuk baginya. Akan semakin rumit misi yang harus dituntaskan pula olehnya.

"Urusan Maja, akan saya selesaikan. Kamu hanya perlu menyiapkan dirimu, Sayana."

"Jika saya mau menuruti perintah Anda, apa yang akan saya dapatkan sebagai bayaran?"

"Berapa pengurangan vonis diperoleh kedua orangtua saya dalam kasus penyuapan ini?"

Harus bernegoisasi ulang. Setiap tindakan akan dilakukan, tentunya mesti sebanding dengan imbalan diterimanya.

Lalitha Wedasana tertawa sinis. Sudah pasti ucapannya menyinggung wanita paruh baya itu. Sepertinya pembicaraan akan kian sengit.

"Lima belas tahun menjadi dua belas tahun."

"Jika kamu bisa melahirkan keturunan untuk cucu saya, orangtuamu paling hanya akan dibui selama sepuluh tahun saja, Sayana."

"Melahirkan keturunan keluarga Wedasana? Bukankah akan memalukan untuk Anda?"

"Saya ini anak seorang terdakwa koruptor yang sedang hangat dibicarakan di seluruh negeri." Sayana meloloskan sindiran.

Tawa sinis Lalitha Wedasana kian terdengar menggelegar. Mata terus tajam ke arahnya.

"Kamu harus menebus dosamu karena kamu sudah menggugurkan salah satu keturunan penting keluarga kami, Sayana."

"Masa lalu tidak seharusnya diungkit."

Sayana tahu balasan yang diluncurkan akan memancing amarah dari Lalitha Wedasana. Terbukti nenek sang mantan suami langsung berdiri dan berjalan mendekatinya yang tak berpindah.

Mata menyala oleh kemarahan.

"Berani sekali kamu bicara!

"Kamu manusia hina seperti orangtua kandungmu yang buta harta!"

Plak!

Setelah dicaci-maki Lalitha Wedasana, Sayana mendapatkan tamparan keras pada pipi bagian kirinya dari wanita paruh baya itu.

"Saya akan membiarkan cucu saya untuk membunuh kamu, Sayana."

..........................

Komen ditungguuu.

Mantan Suami AntagonisWhere stories live. Discover now