BAB 16

9.4K 512 11
                                    


Tepat pukul tiga sore, Sayana sudah kembali ke kediaman Atmaja dengan seorang ajudan yang tentu masih setia mengawalnya.

Walau pergi hanya sekitar enam jam, namun sudah lumayan untuk menghirup udara segar setelah hampir dua minggu terkungkung hanya di kediaman sang mantan suami.

Hati Sayana pun sedikit senang bisa bertemu dengan putra kecilnya. Melihat Assena ceria dan sehat adalah momen yang berharga.

Memang rindu belum sepenuhnya terobati. Ia ingin bisa kembali ke buah hatinya. Namun ada misi yang belum tertuntaskan.

Harus ditahan keinginan berkumpul dengan Assena. Lagi pula, perpisahan ini hanyalah sementara. Ia perlu bersabar hingga akhir.

"Ada lagi yang Anda butuhkan, Bu?"

"Sudah cukup, terima kasih." Sayana bicara sopan pada pelayan yang bertanya.

Tangannya tak henti mengaduk kuah kaldu. Beberapa saat lagi akan dimasukkan bayam.

Sesampai di kediaman sang mantan suami, Sayana diperbolehkan beristirahat. Namun ia memilih berkutat di dapur dengan memasak.

Diminta staf-staf rumah yang bertugas untuk membelikan bahan-bahan diperlukan.

Sayana akan membuat dua jenis makanan kesukaan Atmaja. Ia sering menghidangkan pada pria itu, saat mereka dulu menikah.

Sayana juga masih kerap memasaknya ketika merasa rindu dengan sang mantan suami.

Assena pun suka setiap kali dibuatkan sayur bayam kuah dan juga telur rebus balado yang tidak pedas. Buah hatinya pasti akan lahap.

Assena cenderung lebih suka makanan asli Indonesia dibandingkan santapan western, walaupun sejak kecil tinggal di Kanada.

Selera sang putra sangatlah sama dengan Atmaja untuk makanan. Tentu selain wajah mereka berdua yang juga begitu mirip.

"Pak Atmaja sudah pulang."

"Pak Atmaja memarkirkan mobil di halaman depan. Pak Atmaja menyetir sendiri."

Walkie-talkie berbunyi. Melaporkan detail kedatangan sang mantan suami.

Sayana cukup tak menyangka pria itu akan kembali ke rumah secepat ini. Waktu yang kurang tepat jika mengingat Atmaja memiliki tugas kompleks sebagai pimpinan.

"Tolong bantu bawa semua makanan yang sudah jadi ke meja makan, ya."

"Saya mau menemui suami saya," pesan Sayana ke staf yang bertugas menolongnya dalam kegiatan memasak sejak tadi..

"Iya, Bu. Baik."

"Terima kasih." Sayana berujar sopan.

Lantas, dilangkahkan kakinya lumayan cepat meninggalkan dapur. Bergerak ke arah pintu utama, dimana Atmaja akan muncul.

Namun belum sampai dirinya di sana, sang mantan suami sudah tertangkap matanya.

Sayana merekahkan senyum seperti yang dulu ditunjukkan saat menyambut Atmaja pulang dari bekerja. Terkesan tidak tahu diri bukan? Namun inilah yang harus dilakukan.

"Kenapa sudah balik jam segini, Mas?"

Sayana tetap berjalan mendekat ke arah sang mantan suami, meskipun dilayangkan sorot mata tajam penuh kebencian oleh Atmaja.

Amarah pria itu tidak akan pernah surut.

"Mau makan, Mas? Kebetulan aku baru saja selesai masak makan malam untuk kamu."

"Lagi disiapkan di meja makan." Sayana pun mengarahkan pandangan ke tempat yang tengah dimaksud, bisa dilihat oleh Atmaja karena jaraknya tak cukup jauh dari mereka.

Sang mantan suami tidak mengeluarkan satu patah kata pun, namun berjalan cepat ke arah tempat yang baru saja dirinya sebutkan.

Sayana lekas mengikuti di belakang.

Hatinya cukup lega karena pria itu mau untuk menyantap makanan buatannya, walaupun Atmaja sangat membenci dirinya saat ini.

"Duduk dulu, Mas, aku akan ambil nasi."

"Aku buat telur balado yang Mas su-"

Brak!

Pukulan keras dilayangkan oleh sang mantan suami ke meja makan yang berbahan kayu.

Lalu, dengan gerakan sangat kasar, pria itu membuang brutal piring-piring kaca berisi masakan-masakan buatannya.

Semua berserakan di lantai.

Sayana jelas kaget akan apa dilakukan oleh sang mantan suami. Terlalu cepat aksi pria itu hingga membuatnya sungguh terkejut.

Tak hanya dirinya, dua staf dan kepala ajudan yang bertugas pun tampak sangat terkesiap.

"Kamu kira aku akan tersentuh, Jalang?"

Ucapan dengan nada begitu dingin, disertai tindakan Atmaja menarik tangannya kasar, tentu menjadi sikap tak diduga-duganya.

Pria itu juga memberikan kungkungan yang kuat dengan kedua tangannya melingkar di pinggangnya. Atmaja nyalang menatapnya.

"Mas takut jatuh cinta lagi denganku?"

Harusnya Sayana tidak memprovokasi, tapi ia juga kesal dengan tingkah Atmaja yang tega membuang semua makanan buatannya.

Dan tentu apa yang diucapkan menambah amarah pria itu hingga kungkungan terasa semakin erat, tubuhnya terhimpit ke Atmaja.

Namun tidak berlangsung lama karena sang mantan suami malah menghempas dirinya kasar, menyebabkannya jadi terjungkal ke lantai.

Sampai kapan ia akan diperlakukan dengan kasar seperti ini?

Hati Sayana menangis, namun tak akan ditunjukkan kelemahan di depan sang mantan suami. Ia harus tetap bertahan hingga rencananya bisa tercapai.

Sementara itu, Atmaja berjalan dengan emosi menuju ke ruang kerjanya. Dan kepala ajudan mengikutinya.

Pasti ada sesuatu yang ingin dikatakan.

Atmaja memilih berhenti melangkah.

"Ada apa?" tanyanya kemudian.

"Besok, Anda diminta Nyonya Lalitha ke rumah sakit untuk melakukan beberapa rangkaian tes DNA, Pak Atmaja."

"Tes DNA? Dalam rangka apa?" Atmaja jelas sangat curiga akan titah neneknya.

"Saya tidak tahu, Pak. Saya hanyalah diminta untuk menyampaikan pesan pada Anda dari Nyonya Lalitha."

............

Lanjut nggak nih?

Mantan Suami AntagonisWhere stories live. Discover now