Part 16

4.9K 362 18
                                    

Meera masuk ke dalam kamarnya membawa roti dan susu untuk Lian. Di lihatnya Lian tengah berada di balkon kamar dengan tangan yang sudah memegang sebuah rokok.

"Mas" Sapa Meera

"Masuk, gausah kesini" Balas Lian tanpa menengok ke arah Meera

"Ya kamu masuk juga, jangan ngerokok terus" Balas Meera

"Gausah ngatur-ngatur saya! Kamu gak berhak ngatur saya!" Bentak Lian

"Ohh, okee. Kalo bapak gamau di atur yaudah! Gausah ngatur-ngatur saya juga! Balik ke kesepakatan awal! Gausah ngurusin hidup saya, atau pun sebaliknya! Saya gak akan ngurusin bapak lagi!"

"Roti sama susu nya saya taruh meja! Makan gak di makan terserah bapak!" Ucap Meera kesal

Meera keluar kamar meninggalkan Lian, Meera benar-benar kesal karena Lian membentaknya. Selain itu, Meera merasa Lian hanya bertindak seenaknya sendiri. Dia selalu mengatur kehidupannya, namun Meera hanya ingin Lian berhenti merokok saja Lian tak segan sampai membentaknya. Sungguh tidak adil bagi Meera.

Di sisi lain, Lian termenung mendengar ucapan Meera. Entah kenapa hati nya terasa aneh saat Meera kembali memanggilnya bapak, di tambah dengan ucapan Meera yang seakan-akan tak ingin peduli lagi padanya. Lian tau jika istrinya tengah marah padanya karena ia tak sengaja membentaknya. Namun Lian bisa apa? Dia bahkan tak tau bagaimana cara membujuk seorang wanita.

"Arrghhhhhhh, kepala gue mau pecah" gumam Lian kesal

Sementara Meera, ia berjalan masuk ke dalam kamar Qeela. Dia lebih memilih masuk ke dalam kamar Qeela karena tak ingin ayah Mario curiga dengan Meera dan Lian.

"Dasar, manusia aneh! Manusia gila! Kadang baik, kadang lembut! Sekarang kumat lagi ke mode awal! Marah-marah, bentak-bentak orang seenak jidat!"

"Dia pikir dia siapa? Mentang-mentang udah jadi suami gue, terus gue harus takut gitu sama dia! Sorry to say, manusia kaya Lian hukumnya wajib buat di lawan! Kalo gak di lawan, bisa-bisa makin seenak jidat tingkahnya!" Monolog Meera kesal

Meera merebahkan tubuhnya di atas ranjang Qeela sembari bermain ponselnya. Namun, saat asyik scroll sosmed miliknya, kegiatan Meera terganggu karena Lian menelponnya.

Meera yang masih sangat kesal pada Lian pun sengaja tak mengangkat telpon Lian, ia bahkan mengubah peraturan ponselnya menjadi nada senyap agar telpon Lian tak menganggu telinga nya. Meera memutuskan untuk tidur dan mengabaikan ponselnya yang terus menyala akibat telpon Lian yang tak kunjung berhenti.

Di sisi lain, Lian tampak gelisah saat telponnya tak kunjung di angkat oleh Meera. Lian sudah keluar kamar mencari Meera di dapur, ruang tengah yang hanya ada ayah nya, ruang tamu, halaman belakang. Semua tempat sudah Lian cari, namun nihil, Lian tak menemukan Meera.

"Ck! Dimana sih gadis itu! Merepotkan saja!"

"Ahhh! CCTV, kenapa kau bodoh sekali Lian" Gumam Lian

"Awas saja jika dia berani keluar bersama Arga! Akan ku hukum gadis itu!" Monolog Lian

Lian akhirnya mengecek CCTV untuk mengetahui kemana pergi nya Meera, dan saat berhasil menemukan. Lian pun bernafas lega, ternyata istrinya berada di sebelah kamarnya. Lebih tepatnya Meera berada di dalam kamar Qeela.

***

Meera terbangun karena mendengar suara adzan dzuhur.

"Wah, lama banget gue tidur busett. Dari jam delapan sampe dzuhur begini"

"Sholat dulu deh, baru bantuin bibi nyiapin makan siang" Gumam Meera

Baru saja Meera melangkahkan kaki ke kamar mandi, terdengar suara ketokan pintu dari luar kamarnya.

LenteraWhere stories live. Discover now