Part 36

7.1K 397 12
                                    

Dua bulan sudah berlalu, kehidupan rumah tangga Meera dan Lian semakin harmonis. Apalagi Lian yang semakin menempel pada istrinya, seakan tak pernah memberi celah untuk mereka berjarak sedikit pun. Bahkan saat ada urusan kantor yang mengharuskan Lian ke luar kota, Meera harus ikut bersama Lian. Meera harus bersama Lian dalam waktu dua puluh empat jam.

Meera kadang merasa bosan pada sikap posesif suaminya, namun Lian selalu punya cara tersendiri agar Meera kembali mewajarkan sikap Lian padanya. Entahlah, mungkin mereka yang sama-sama bucin dengan pasangan nya.

Lian juga tak pernah absen untuk meminta jatahnya pada Meera. Namun karena Meera sekarang bekerja, Lian bisa menahan dan membatasi kegiatan bercinta mereka. Karena Lian tidak ingin istrinya itu sakit karena kelelahan.

Lian juga menjadi sangat manja pada Meera, dari bangun tidur sampai menjelang tidur malam hari. Hidupnya hanya bergantung pada Meera. Lian benar-benar menggantungkan hidupnya pada wanita yang sangat ia cintai.

Ceklek

Pintu ruangan Lian terbuka dan menampakkan Lian dengan wajah yang sangat lesuh.

"Hey, kenapa mas?" Sapa Meera

"Biasa Meer, client nya ribet. Bolak balik minta ganti konsep. Tiap meeting selalu ganti konsep. Gue sama Lian sampe kesel banget sama tuh orang" Bukan Lian yang menjawab tapi Varro

Lian memang sengaja tak mengajak Meera untuk meeting kali ini, karena Istrinya itu sedari pagi sudah merasakan tidak enak badan. Awalnya Lian memaksa agar Meera di rumah saja, namun Meera menolak.

"Sayang mau peluk, capekk" Rengek Lian

"Mas, gak malu apa di liatin Varro, kamu manja begitu" Ucap Meera

"Udah lu keluar sana, gue mau nenangin pikiran sama bini gue. Cabut lu Sono" Usir Lian

"Anjirr, mentang-mentang punya bini. Yaudah lah, gue keluar dulu" Balas Varro

Setelah Varro keluar, Lian menutup dan mengunci pintu ruangannya.

"Sayang pelukk" Rengek Lian

"Iya sini sini" Balas Meera

Meera mengajak Lian untuk duduk di sofa ruangannya.

Tanpa berlama-lama Lian langsung masuk ke dalam dekapan Meera dan mengusal-usal pada dada Meera.

"Capek ya?" Tanya Meera

Lian hanya menganggukkan kepalanya

Lian membawa tangan Meera pada kepalanya.

"Ini sakit sayang, pusing" Rengek Lian

"Aduh aduh, kasiannya bayi gede aku. Pusing ya mas? Mau di pijitin?" Tawar Meera

"Mau, mau di pijitin sambil nen" Rengek Lian

"Ih mas, ini di kantor loh. Masa mau nen" Omel Meera

"Ini di ruangan mas, gak ada siapa-siapa. Pintu juga udah mas kunci. Aman sayang" Ucap Lian sembari tangannya membuka kancing kemeja Meera

"Mas?"

"Mau nen sayang, mas pusing. Mau nen" Rengek Lian

"Ck, yaudah iya. Rewel banget sih bayikk. Pulang meeting malah rewel begini" Balas Meera

Meera memilih merebahkan dirinya di sofa dengan Lian yang sudah nemplok pada dadanya. Lian menghisap nipple Meera dengan kuat, sedangkan tangannya bermain pada dada Meera yang menganggur.

Tangan Meera juga terulur memijat pelan kepala suaminya. Meera paham betul jika suaminya saat ini tengah pusing menghadapi client baru nya.

"Swaaywang" Panggil Lian tanpa melepas nipple Meera pada mulutnya

LenteraWhere stories live. Discover now