MAF 6

2.3K 191 13
                                    

SELAMAT MEMBACA




Seminggu kemudian.

Pukul tiga pagi dini hari Syarifah terbangun dari tidurnya yang pulas hanya untuk melaksanakan shalat sunnah tahajud, hari ini adalah hari dimana ia akan segera menjadi milik seseorang.
Seseorang yang pernah Syarifah tolong di tepi pantai, pria tampan terdampar. Tunggu, ia tidak sedang bermimpi kan? hufh, oke. Syarifah benar-benar akan menikah hari ini.

Setelah shalat, Syarifah berdiri didepan jendela menyikap tirai. Raja pagi menembus masuk melalui ventilasi udara, dilihatnya pemandangan pagi yang indah. Syarifah menatap langit-langit, mengadahkan kepalanya mengarah pada bulan yang mengintip dari balik kapas.

Rabbi, Syarifah berharap pernikahan akan berjalan seperti yang diharapkan.

Bulan terus tenggelam dan matahari mulai menampakkan diri. Saat ini Syarifah tengah bersiap dengan gaun pengantin sederhananya, duduk di kursi meja rias membiarkan Aisha mengubah penampilannya.

Pernikahan digelar di ruang tengah, hanya keluarga dan orang tertentu yang hadir.
Usai memakaikan cadar pada Syarifah, ahh gadis itu terlihat sangat cantik dengan balutan gaun putih dan pashmina senada serta cadar yang menutupi sebagian kecantikan dari wajahnya.

Aisha menyunggingkan senyum manis, ia pandang lamat putrinya hingga tersirat rasa tak tega.

"Anaknya umi cantik banget." puji Aisha.

"Seperti Umi." imbuh Syarifah.

"Kamu bisa saja sayang." tawa Umi dengan mengelus pipi Syarifah yang dibaluti cadar.

Oh Allah, tidak bisakah Syarifah diberikan satu kesempatan lagi? Syarifah ingin terus bersama Umi. Umi adalah segalanya untuknya, tanpa Umi. Syarifah tidak akan lahir ke dunia.

"Umi, setelah menikah, Syarifah bolehkan sering-sering main ke rumah?" tanyanya.

"Tentu saja, nak. Toh rumah kita kan saling berdekatan, kamu mengesot saja bisa sampai."

"Ada-ada saja ih umi." Syarifah terkekeh.

"Nak, Umi pesan sama kamu..jangan pernah sesekali membangkang apalagi durhaka kepada suamimu. Jika istri melakukan kewajibannya kepada suami dengan sebaik-baiknya, setelah mentaati Allah, maka istri akan meraih surga.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda.
Jika seorang perempuan melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan puasa pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka dia akan masuk surga dari pintu mana saja dia kehendaki, HR Ibnu Hibban."

"Dalam segi keagamaan, saat istri tidak menuruti suami bisa disebut dengan Nusyuz. Secara bahasa, nusyuz berarti tempat yang tinggi atau menonjol. Sedangkan secara istilah nusyuz berarti istri yang durhaka kepada suami dalam ketaatan pada suami yang Allah wajibkan, dan selalu membangkang. Ibnu Katsir berkata, nusyuz adalah meninggalkan perintah suami, menentangnya dan membencinya, Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 4: 24."

Penjelasan panjang lebar Aisha diangguki beberapa kali oleh Syarifah, itu yang berarti ia mengerti dengan apa yang dikatakan Uminya.

"Mengerti?" tanya Aisha.

"Mengerti Umi." jawab Syarifah tersenyum.

"Maaf ya nak, kalau selama ini Umi dan Abi gagal mendidik kamu."

Syarifah menggeleng. Ia tidak suka mendengar Aisha berbicara seperti tadi, tidak ada orang tua yang gagal dalam mendidik anak mereka. Melainkan kesalahan anak itu sendiri.

MUHAMMAD ALI FAQIHWhere stories live. Discover now